two: Bed All Day

1.1K 129 92
                                    

Jack merasakan hari-harinya tidak pernah semembosankan ini. Bayangkan! Terkurung di kamarnya tanpa boleh keluar sama sekali. Turun ke lantai bawah rumahnya saja tidak diperbolehkan. Kamarnya benar-benar terkunci dari luar. Terbuka hanya jika Mamanya sedang mengantarkan makanan dan mengecek apakah dia masih bernapas. Juga memastikan apakah anaknya tidak terjun dari jendela. Plis. Kamar J ada di lantai tiga dan dia tak akan sebodoh itu untuk mati muda. Dia masih pingin punya anak dan membuat anak sebanyak-banyaknya.

"J! Bangun!"

Mentari--Mama Jack--mengguncang-guncangkan bahu anaknya sambil menarik selimut yang melingkupi Jack. Sontak cowok itu langsung menggeliat tak suka karena hawa dingin AC langsung menerpa tubuh bagian atasnya yang telanjang.

"Astaga Jack! Bangun gak?! Mau mama siram pakai kuah sup yang baru matang?!" bentak Mentari. Kebetulan barusan ia membawa sup untuk sarapan anaknya.

Namun Jack tak mempan dengan ancaman yang samar-samar ia dengar itu. Ia berniat kembali ke alam mimpinya yang menyenangkan. Gimana gak menyenangkan kalau tadi dia mimpi lagi tidur bareng sama Selena Gomez. So hawttttt.

"Oke kalo gak mau bangun ya! Mama tumpahin supnya sekarang... Satu... Dua... Ti--"

hening.

Hanya hembusan napas teratur yang terdengar. Mentari mendesah sambil berdiri metenteng. "Oke. Biar papa mu aja yang bangunin!"

Sedetik kemudian Jack langsung bangun geragapan. Jangan sampai papanya yang datang karena bisa dipastikan pria berumur empat puluhan itu akan membangunkan Jack dengan cara yang kejam. Bukan cuma kuah sup yang mendidih, memukul dengan rotan saja Papanya itu tega. Tidak peduli Jack adalah satu-satunya anak beliau. Tegas dan disiplin. Diwa adalah satu-satunya orang di bumi ini yang ditakuti Jack. Selama ini, sebisa mungkin ia melakukan kenakalan-kenakalannya tanpa sepengetahuan Diwa. Tapi apalah daya nasib, Diwa selalu bisa tahu jika anaknya itu selalu berbuat onar.

"Jangan! J udah bangun, oke? Jangan panggil papa!" ujar Jack sambil memberengut.

Mentari tersenyum geli melihat kelakuan anaknya itu. Benar-benar jiplakan semua sikap Diwa. Keras kepala, semaunya sendiri namun selalu memiliki kelemahan pada satu orang. Jika Jack takut dengan papanya, Diwa bisa dikatakan model suami-suami takut istri.

"Mandi gih, habis itu sarapan!" titah Mentari.

"Ntar, Mah. Makan dulu ja..." Jack langsung mengambil sup jagung dari atas nakas samping tempat tidurnya.

Jack mulai menyuap sesendok demi sesendok sup jagung ke dalam mulutnya. "Udah dapet sekolah buat J belom?" tanya Jack di sela-sela makannya.

"Belum. Papa sama mama sudah berusaha carikan kamu sekolah swasta yang lumayan. Tapi tetep aja gak ada yang mau nerima anak yang udah di drop out lima kali," jawab Mentari sambil menyindir anaknya.

Jack mendengus. Ia meletakkan sendok dan berhenti makan sejenak.

"Mama tau gak? Orang-orang sukses dulunya punya riwayat kena drop out dari sekolahnya. Mark Zuckerberg, Steve Jobs, Bill Gates, Jose Mourinho. Mereka DO tapi akhirnya bisa sukses. Jadi tunggu aja besok Jack jadi orang sukses, Ma!"

Mentari memutar bola matanya jengah. "Tapi Steve Jobs, Mark dan orang-orang yang kamu sebutin tadi gak tawuran kaya yang kamu lakuin, J! Mereka drop out lalu ngelakuin sesuatu yg bermanfaat sampe bisa bikin facebook, microsoft gitu. Lha kamu apa yang kamu lakuin selama dikurung papa di kamar?" tanya Mentari sambil mengedarkan pandangan ke penjuru kamar anaknya.

Kamar yang berantakan. Bungkus snack yang berceceran, stick play station yang tak dibereskan, juga dalaman yang berceceran adalah pemandangan di kamar Jack yang luas ini. Jack meringis. Selayaknya anak laki-laki lain, ia tidak punya niat untuk membereskan kamarnya. Pun yang dilakukan cowok itu selama dikurung memang hanya makan-tidur-main ps-nonton bokep dan segala kegiatan tak berfaedah lainnya.

átaktosTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang