M-A :: (2) Pameran

250K 14.4K 940
                                    

M-A :: (2) Pameran

===============

Cahaya terik matahari di siang bolong cukup membuat semua orang ingin pulang ke rumah. Termasuk Matt dan Mou tentunya. Mereka tengah menyusuri koridor sekolah menuju parkiran.

“Tau gak? Pak Edi ngasih remed lagi!” seru Mou menggebu-gebu. “Gue gak bisa kimiaaa.”

Matt duduk di jok motornya, lalu mulai menyalakan mesin kendaraan. “Kimia gak susah. Lo juga gak bego. Kalo bego lo gak mungkin masuk National High.”

Mou menggerutu. Lolosnya dia ke SMA National High hanya karena keberuntungan. Jangan bilang pada Matt waktu Mou tes masuk National High, dia menggunakan jurus dal-dil-dul saking pusingnya.

“Ya ... mungkin IQ-nya Pak Edi turun,” celoteh Mou sambil memanjat ke jok belakang motor Matt. “Pulang cepet! Gue mau semedi di kamar.”

Meski bingung soal IQ-Pak-Edi-Turun, Matt tetap menuruti kemauan Mou. Dia keluar dari pelataran parkir dan tak lama mereka membelah jalan jakarta yang macet.

“Matt,” panggil Mou dari belakang.

“Apa?” Matt menyahut, konsentrasinya pada jalanan kini buyar. Mungkin karena suara Mou persis di telinganya atau karena mobil sebelah meng-klakson dari tadi? Entah.

“Ban—“

“Bantuin kimia? Iya,” potong Matt langsung karena tidak tahan konsentrasinya pecah.

“Nanti sore ya? Ya? Ya?” dengan semangat Mou menggoyangkan bahu Matt, membuat kendali motor cowok itu goyah.

Sudah sering Mou membuat Matt jantungan—dalam artian sesungguhnya, jadi hal remeh seperti “nyaris jatuh dari motor” bukanlah apa-apa. Da hanya mengerutkan alis dan mencoba menstabilkan kendali motor.

Baru saja Mou ingin berkicau lagi, dia tak sengaja melihat gedung pameran baru di Jalan Sudriman. Mou langsung menggebuk punggung Matt. Membuat Matt nyaris terjungkal.

Kali ini mau tak mau Matt menggerutu. “Gak usah gebuk, berapa?”

“Berhenti! Berhenti,” sergah Mou sambil meloncat dari motor Matt.

Dan motor Matt masih berjalan, catatan: dengan laju yang bisa dibilang cepat.

“MO-U-RE-TA!” seru Matt kewalahan. Dia memberhentikan motornya mendadak. Meski Matt tahu Mou itu seperi kelinci hiperaktif yang setengah waras, tapi Matt tidak menyangka Mou senekat ini.

Loncat dari motor? Matt mendengus. Dasar gila.

“Kenapa sih?” tanya Matt jengkel pada dirinya sendiri seraya menepikan motornya di dekat gedung pameran.

Dilihatnya, Mou sudah masuk ke dalam gedung pameran. Matt meniup poninya yang lepek. Jika kekesalan ada levelnya, Matt dapat jackpot.

“Mou!” panggil Matt begitu masuk ke gedung pameran dengan langkah berderap.

Mou sedang melihat foto beruang kutub sewaktu Matt berhasil mengejarnya. Tangan Mou menyusuri foto beruang kutub itu seolah si beruang merupakan anugerah.

“Mou, lo gila apa gila?” Matt bertanya, sewot.

“Enggak, gue cuman lagi suka fotografi,” tukas Mou. “Kebetulan pameran ini lagi ada. Ya gue ke sini lah.”

“Kok tiba-tiba?” tanya Matt sedikit curiga.

Sebelum Mou sempat menjawab, seseorang menginterupsi mereka. Mou dan Matt menengok bersamaan. Lagi-lagi Reza.

TRS (2) - Matt and MouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang