One(1)

33.4K 700 16
                                    

"Buruan! Kalau guru ngelihat kamu lewat sini, hukumannya bakal lebih parah"



"MAMPUS deh gue!"
Cewek itu menepuk jidatnya begitu melihat gerbang sekolah sudah ditutup, lantas melirik jam mungil yang melingkar di pergelangan tangannya.sudah telat lima belas menit.
Bagi murid lain, terlambat adalah sesuatu yang biasa. Akan tetapi, berstatus murid pindahan yang baru bersekolah selama satu minggu kemudian dapat masalah karena terlambat sepertinya akan menjadi masalah besar.
"Sssstttt...."
Salma tersentak kaget mendengar desisan seseorang dan otomatis menolehkan kepala saat mencium aroma rokok menyengat di dekatnya. Dia menarik tubuhnya dua langkah menjauh lantaran melihat seorang cowok berpenampilan urakan ada di sebelahnya.
"Telat.?" tanya cowok itu sambil menyentil batang rokok yang sudah habis terisap masuk ke got dekat gerbang.
"I-iya." Salma mengangguk takut.
Mata Salma memperhatikan cowok itu. Kemeja sekolahnya tidak dimasukkan ke dalam celana, tidak memakai dasi, rambutnya sedikit melewati kerah dan dua kancing teratas seragamnya terbuka sehingga kaus dalam putih yang dikenakannya dapat terlihat. Tipikal siswa yang gemar melanggar aturan.
"Kamu telat juga?" tanya Salma khawatir.
"Kelihatannya gimana?" balasnya juga dengan pertanyaan.
"Murid baru? Udah berapa lama di sini? Takut amat"
Salma mengangguk samar, "Iya, baru seminggu," jawabnya ragu.
"Bener, ternyata. Nggak pernah saya lihat mukanya di sini."
Mata Salma berpindah melihat dada kanan cowok itu.
Tidak ada badge nama yang melekat di sana.
"Mau saya bantuin? Biasanya jam segini gerbang samping masih buka, guru-guru belum ada yang jaga di sana." Kemudian, mata cowok itu berpaling ke jam tangannya. "Tiga menit lagi, Bu Endang baru mulai jaga. Berarti masih sempet."
"Hah?" Salm mengernyit. "Sempet apa."
"Sempet untuk bantuin masuk lewat gerbang samping."
Seumur hidupnya dia tidak pernah coba-coba untuk menyusup masuk. "Ngg-nggak deh, di sini aja."
"Yakin?" Cowok itu mengangkat alis. "Soalnya kalau ketangkap di sini lebih bahaya lagi, kamu tau nggak apa hukuman kalau terlambat? Surat panggilan orang tua."
"Terus kamu juga telat, kan?" balas Salma menatap cowok itu heran. "Ya udah kita sama-sama telat."
"Yah, kalau saya sih udah puas dikasih hukuman," sahutnya datar. "Terserah deh. Soalnya kamu masih murid baru, kasiankalau baru sekolah beberapa hari, eh udah dapet hukuman aja," balasnya dengan nada menyindir. "Oke deh, saya tinggal ya." Lalu sang cowok tak dikenal itu berbalik, meninggalkan Salma sendirian. Ya, sendirian. Di balik tembok. Bersembunyi dengan jantung berdebar.
Dengan penasaran, Salma kembali menoleh untuk mengintip, dan tepat di waktu bersamaan, Bu Rena yang ada di depan gerbang meliriknya.
"Mati gue," Salma memelotot,menarik lagi kepalany untuk bersembunyi. "Mampus deh, ketahuan," lirihnya. Dia lalu melihat punggung cowok yang berjalan menjauh ke arah gerbang samping sekolah.
Salma dengan nekat berlari menyusul cowok itu, berusaha menyejajarkan posisinya dan menahan lengan si cowok. "T-tunggu!
Ya udah... ikut, deh," jawabnya dengan napas terengah-engah.
"Oke." Cowok itu mengangguk sambil tersenyum samar dan kembali melirik jamnya. "Sebentar. Kamu tunggu sini, biar saya cek gerbang sampingnya dulu," katanya dengan nada seolah dirinya memang sudah terbiasa dengan aktivitas seperti ini.
Salma mengikuti gerakan cowok itu, dilihatnya sang cowok seperti berbicara pada seseorang dan memberikan beberapa batang rokok sebagai bahan sogokan. Tak lama, dia kembali menatap Salma sambil menggerakkan telunjuknya supaya Salma mendekat setelah berhasil melalukan negosiasi. " bentar lagi gurunya bakalan dateng," katanya sewaktu Salma sudah berjalan mendekati gerbang samping yang ternyata baru saja dibuka oleh penjaga kantin belakang
"Kamu nggak masuk?"
"Nggak. Mau cabut."
Mata Salma terbelalak mendengarnya.
"Buruan! Kalau guru ngelihat kamu lewat sini, hukumannya bakal lebih parah."
"Iya, iya!" Salma mengangguk. "Ya udah, makasih ya!"
Tanpa banyak berkata-kata,dengan kaki yang masih gemetar dan lemas, sekuat tenaga dia berlari sekencang-kencnagnya melewati koridor gedung samping yang akan membawanya ke lapangan dan berbaris di barisan paling belakang tanpa ketahuan oleh guru.



Salam dari gue Nadila
Tolong di vote ya gaess😂

Dear NathanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang