Two(2)

20.2K 395 17
                                    

Surga bagi anak-anak SMA sebenarnya sederhana: habis panas-panasan upacara lalu disambut pelajaran Matematika yang luar biasa membosankan karena gurunya killer sekaligus jadul lalu tiba-tiba diberi tahu kalau gurunya tidak masuk karena alasan mendadak. Alhasil semua murid yang ada di kelas 10-2 seketika berteriak girang, mengalahkan kehebohan suporter timnas sewaktu tahu tim favorit mereka berhasil menjebol gawang lawan.
Semuanya beraksi di posisi masing-masing. Anak cewek berkumpul di kelompok barisan tengah, biasanya itu kelompok yang suka gosip, semua hal diceritakan; mulai dari gosip artis sampai ujung-unjungnya lari menggosip siapa bapak dari kucing sekolahan yang sedang bunting. Kucing yang diberi nama Cinglay alias kucing belai, karena setiap bulannya pasti dihamili oleh kucing jantan yang berbeda-beda. Sejenis riset kecil-kecilan yang dilakukan oleh sekelompok murid kurang kerjaan.
Sementara barisan anak cowok melompat ke daerah sarang penyamun, paling pojok, benar-benar pojok dan terpencil. Main handphone dan seketika berteriak heboh, "Wow, Man, gila seksi banget!" Yang lainnya lagi membahas tak kalah seru. "Iya, mantap! Gede banget, gila." Kira-kira bisa ditebak mereka sedang apa.
Makanya tidak salah kalau Riko, ketua kelas 10-2 yang baru saja menjabat tiga bulan sebagai ketua kelas ingin cepat-cepat mengundurkan diri.
"Untung aja lo lewat gerbang samping, kalau nggak yah, lo udah abis kali sama Bu Rena." Setelah upacara, Salma bercerita pada Orlin teman yang duduk di depan bangkunya tentang kejadian tidak menguntungkan tadi pagi. "Lo tahu siapa cowok yang udah nolongin lo itu?"
"Nggak, gue nggak tahu. Soalnya dia nggak pake badge nama, badge kelas juga nggak. Tapi dari penampilannya, dia pasti anak bandel."
Mendengar suara teriakan anak-anak cowok yang makin berisik, Orlin memutar bola matanya. "Berisik banget, sih!"
Cewek itu bangun dari kursinya dan menatap Jaya tajam sambil berkacak pinggang. "Woi, Jaya, lo tu ya! Udah sekolah jarang, sekalinya sekolah langsung buat ribut, udah gih sana lo di rumah aja. Nggak usah sekolah nggak apa-apa. Syukur alhamdulillah kelas tenang-tenang aja!"
Di setiap kelas pasti ada satu murid yang tergolong unik. Untuk di kelas 10-2, gelar itu pantas ke Jaya. Murid yang terkadang dalam satu minggu hanya sekolah dua hari, kadang tiga hari. Jangan heran kenapa dia jadi langganan dipanggil wali kelas dan sering mendapat surat panggilang orangtua. Sekalinya sekolah langsung menjadi biang keributan,  kerjaannya di kelas kalau bukan main ponsel,  yaitu tidur.
        "Lo-lo pasti nonton aneh-aneh,  kan?! Ngaku deh,  biarin gue aduin guru lo. Lihat aja."
        "Berarti gue normal, dong! Sirik aja, kalau mau ikutan, sini duduk bareng." Jaya menepuk pahanya dan dibalas Orlin dengan pelototan tajam.
          Suasana begini memang benar-benar baru lagi Salma Alvira. Murud pindahan dari Bandung, karena ayahnya dimutasi ke Jakarata yang akhirnya membuat Salma harus ikut pindah sekolah. Akhirnya pilihannya jatuh ke SMA Garuda. Dulu waktu di Bandung,   Salma sekolah di SMA yang rata-rata anak lakinya kalem dan tidak banyak ulah. Kebanyakan di kelasnya adalah murid kutu buku dan berkacamata. Makanya dia benar-benar kaget melihat keadaan kelas barunya yang pantas dijuluki sarang penyamun.
           "Lin, udah deh, nggak usah diurusin org kayak begitu." Salma menarik bajuk Orlin supaya tenang.   "Kalau lu urusin justru tambah jadi."
           "Biarin sih, lo marah-marah entar ujung-ujungnya cinta, kayak di sinetron gitu," seru Rahma mengerlingkan mata.
          "Cinta sama tu penyampun? Mendingan gue sama Ucuo dibanding sama tuh orang."
         Ucup. Manusia paling lugu sekaligus pintar yang ada di 10-2. Saat anak-anak cowok sibuk berkumpul di kursi Jaya, Ucul hanya duduk di kursinya sambil baca buku biologi.
         Ucup yang duduk di belakangnya seketika berpaling dan melempar tatapan bingung.
"He, bercanda Cup." Orlin tersenyum geli. Sebenarnya nama asli Ucup itu Ramanda Amanoa Putra. Tapi, nama kerennya seketika berubah sewaktu Jaya yang tiba-tiba memanggilnya Ucup. Entah dapat ilham dari mana bisa mengubah nama kerennya menjadi empat huruf tanpa makna.
Riko muncul di pintu kelas di pintu kelas, berdiri di depan papan tulis. "Woi, dengerin gue!" teriaknya supaya didengar seluruh siswa yang sibuk dengan kegiatan masing-masing. "Rama, Jaya, Birul, Orlin, Rahma, Meysha, Puteri, Rizki, Adam, Jeri,. Lo semua dipanggil ke kelas 10-6 sekarang!"
"Lho kenapa dipanggil?" Tanya Salma heran.
"Gara-gara nggak ngumpulin tugas PKN, lo semua dipanggil Bu Dian, cepat!"
"Tuh kan, udah gue kira! Pasti gara-gara tugas," Orlin menggerutu, "nggak asyik." Orlin bangkit dari kursinya. "Ya udah yuk, buruan, sebelum Bu Dian marah." Orlin menarik teman-temannya supaya keluar kelas dan ke kelas 10-6 yang ada di lantai tiga. Bu Dian sedang mengisi pelajaran pertama
Melihat teman-temannya beranjak pergi, Salma menarik tangan Orlin. "Eh, tunggu dong, masa gue di tinggal sendirian? Gue ikut deh." Salma yang masih berstatus murid baru, dan baru akrab dengan tiga anak Rahma, Orlin, Meysha memilih untuk ikut mereka dibanding jadi korban bully oleh para penyamun di kelasnya. "Gue ikut aja deh."
"Yah udah, yuk."



Jangan lupa vote yah
Vote yg banyak😊

Dear NathanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang