Aku dan Hyuna langsung lari dan menjauh dari sekolah. Nafas kami sudah tak beraturan lagi. Saat itu kami pergi ke Rumah Hyuna, untuk melihat hasil rekaman. Rekaman yang berdurasi 4 menit 13 detik itu akan kami simpan untuk di perlihatkan oleh teman-teman dan kepala sekolah.
" Bagaimana ini? Kalau Jeslyn tau, tamatlah kita."
" Huft, kita dikutuk." lanjut Hyuna
" Ayolah Hyun. "
" Kau mau roti bakar? Aku punya." tawar ku.
" Baiklah, aku ambil dulu ya. Tunggu.."
Langkah ku terdengar sangat jelas. Rasanya merinding." Ugh, tak apa Chealsie. Ini hanya dapur, bukan Rumah Sakit" batin ku. Keringat dingin mulai membasahi pipi ku. Setelah sampai di dapur, aku mengambil roti bakar yang sempat di sisakan. Namun jangan kira itu roti bekas.
" Nih, rotinya." kata ku menyodorkan roti itu ke Hyuna.
" Wah, makasih..".
Ku lihat dia memakan rotinya sangat lahap, mungkin dia sengaja tidak makan karna aku pasti memberikannya makanan. " Ayo tidur, besok kita sekolah." ajak ku.
Aku menarik selimut dan menutupi seluruh badan ku. Entah kenapa, insiden tadi masih terbayang. Aku pun tertidur setelah 3 jam terbayang insiden tadi siang.
Keesokannya....
Aku duduk bersama Hyuna hari ini. Walau aku tahu, rasa takut masih menyelimuti kami. Kami hanya mencoba untuk bungkam atas insiden kemarin. Aku melihat Jeslyn senang tak karuan, dia bahkan mirip seperti orang gila. " Jeslyn? Ada apa? Mengapa kamu terlihat senang sekali?" tanya ku dengan penuh keringat dingin. " Justru aku yang tanya kepadamu. Mengapa kamu terlihat gelisah? Hi..hi..hi" tawa nya. " Ehm, uhm, itu...". Belum selesai berbicara bel sekolah berbunyi.
8 jam berlalu......
Aku dan Hyuna menunggu jemputan. Tiba" ada yang menelpon nya. " Sebentar ya, ada telpon." kata nya sambil pergi meninggalkan ku. " Ah.. halo?".
Tak lama kemudian, dia kembali dengan wajah yang tak biasa. Keringat pun menetes dan akhirnya jatuh ke tanah. " Eh, ada apa? Kok wajahmu jadi berubah? " tanya ku. " Ini.. mama ku tadi telpon. Aku harus pulang sekarang. Bye!". Dan, dia pergi. Aneh, tadinya dia baik-baik saja...
Aku pun berusaha memutar otak ku betul-betul. Apa mama nya menyuruhnya untuk pulang? Apa dia ada urusan penting? Atau mungkin Jeslyn? pikirku. " Chealsieeeee, pulang yukk!!!" ajak Kakak ku. " Ah, iya..". Sempat aku memikirkan Jeslyn di mobil. Bahkan, hal-hal aneh ku pikirkan. Sampai di Rumah, aku tidur dengan nyenyak nya.
Pagi hari nya, aku ke kelas dan duduk di bangku pertama. Aku melihat Jeslyn, dia sangat bahagia. " Hai, Jes. Kok seneng gitu?" tanya ku. " Ohh.. soal itu aku telah membereskan satu masalah. Dan masalah itu selesai." kata nya meringis.
" Masalah apa itu? Bisa ceritakan?".
" Aku bisa, namun tidak secara detail.".
" Mengapa?".
" Karena aku tak ingin kamu tau."
" Kenapa aku tak boleh tau? Apa masalahnya?".
" Oke, aku akan cerita. Kemarin aku telah mengajak seseorang untuk bertemu, tepatnya di belakang sekolah. Dan aku memberi pelajaran kepadanya, karna dia kurang ajar dengan ku. Dan akhirnya dia lari terbirit-birit, tak sempat ku kejar karena dia sudah sangat jauh.".
Akhirnya selesai juga sekolah ku untuk hari ini. Hyuna kemana? Kok enggak kelihatan?, batin ku. Eh, tunggu. Aku ingat apa perkataan Jeslyn. Dia bilang telah memberi pelajaran di belakang sekolah. Aku akan cek ke sana. Dan apa yang ku lihat? Ada seorang mayat seusia dengan ku tergeletak tak berdaya di tanah. " HYUNAAAAAA..." jerit ku.
KAMU SEDANG MEMBACA
Psycopath
TerrorJeslyn, seorang siswi baru yang sempat membuat kami curiga. Karna, sejak kedatangannya banyak murid-murid meninggal dunia. Sebelum dia datang, sekolah kami terbebas dari teror yang membuat penerimanya merinding. Siapa pembunuh nya?