Hyuna meninggal. Sempat aku panik di sana. Aku menjerit minta tolong karena Hyuna telah tewas. Tak lama sekumpulan murid dan guru datang, dan melihat Hyuna yang tak berdaya. " Tolong dia...." isak ku memeluk jasad nya. Sebelum jasad Hyuna sudah di bawa ke Rumah Sakit terdekat, aku disuruh ikut bersama Kepala Sekolah untuk ke Rumah Sakit. Sesampainya di sana aku dan Kepala Sekolah menunggu hasil otopsi. " Chealsie, apakah kamu tau insidennya?" tanya Kepala Sekolah. " Tidak.".
Aku pun pulang. Masih terbayang Hyuna yang mati mengenaskan. Aku mengingat kenangan ku bersamanya. Tertawa, meledek, tersenyum. Sakit rasanya, mengapa dia pergi?
Hancur. Aku menangis. Aku masih tak rela melepaskan mu.. Mengapa kamu pergi? Siapa yang membunuh mu?
Kringgg....
Telepon rumah ku berbunyi. " Halo?".
" Maaf, apakah dengan Chealsie?".
" Iya, saya sendiri. Ada apa? Dan, ini siapa?".
" Ini dari pihak Rumah Sakit. Kami hanya ingin menyampaikan sesuatu yang penting."
Jantung ku langsung berdegub kencang setelah mendengar kata-kata itu. " Ehm, silahkan."
" Jadi begini, Ibu, Ayah, dan kakakmu mengalami kecelakaan. Dan, mohon maaf. Mereka meninggal."
Deg!
Aku menjatuhkan teleponnya. Jatuh air mata ku. Bencana apalagi yang menimpa ku? Apa yang Tuhan mau dari kehidupan ku?
Aku menangis kencang sambil meremat dadaku. Seakan aku tak terima dengan semua ini. Aku telah kehilangan semuanya. Aku putus asa. Dan emosi ku mulai tak terkontrol saat itu. Aku membanting semua benda. Suara bantingan itu terdengar seperti suara tembakan. Hingga tetangga ku datang menengok. Diaadalah guru ku. Bu Irene, guru Bahasa Indonesia ku.
" TENANG, NAK. TENANG!!!" jerit Bu Irene memegang ku dengat erat. Dia pun memegang tangan ku untuk mencegah ku untuk membanting benda lagi. " Tenang, nak."
" BAGAIMANA AKU BISA TENANG? HIDUP INI TIDAK ADIL! TUHAN MERAMPAS KEHIDUPAN KELUARGA KU DAN SAHABATKU! BAGAIMANA AKU BISA TENANG?!" jerit ku disertai air mata yang jatuh membasahi pipi ku.
" Tenang, nak. Semua ini rencana Tuhan untukmu. Ini rencana terbaik dari Tuhan mu."
Aku hanya diam, di sertai isak tangisan yang tak terkontrol. " Apa dengan cara ini, kamu bisa tenang? Ini hanya melukai mu, nak. Ibu mohon, berhentilah.".
Aku terdiam. " Tuhan selalu menemani mu, nak. Dia tidak akan meninggalkan mu dalam kegelapan. Percayalah." kata Bu Irene meyakinkan ku.
" Tinggalkan aku sendiri.".
Aku menuju kamar ku. Ku peluk bantal ku. Dan aku menangis di sana.
Tiba-tiba handphone ku bergetar. Ku lihat ada telepon dari seseorang. Aku menerima telepon itu karena itu dari teman ku, Katheryn. ' Halo?? Chealsie?". Dan aku hanya diam mendengarkan. " Aku kerumah mu, ya.". Dan Katheryn menutup telepon nya.
10 menit kemudian....
Katheryn mengetok pintu. Dan dia membukanya. Dia melihat pecahan kaca berserakan. Dia mengecek semuanya. Dan dia membuka kamar ku. " Chealsie! Apa yang terjadi? tanya nya. Dia memeluk ku. " Keluarga ku.....". " Kenapa? Ada apa? " tanya nya. " Meninggal.".
Sepertinya Katheryn kaget mendengarnya. Dia menepuk bahu ku. "Aku mengerti.".
" Terima kasih, Kate.".
KAMU SEDANG MEMBACA
Psycopath
HorrorJeslyn, seorang siswi baru yang sempat membuat kami curiga. Karna, sejak kedatangannya banyak murid-murid meninggal dunia. Sebelum dia datang, sekolah kami terbebas dari teror yang membuat penerimanya merinding. Siapa pembunuh nya?