Hari yang sama seperti biasanya. Hari yang terlalu membosankan untuk di jalankan.
Itulah yang Arista pikirkan sekarang.Arista, wanita yang terkenal dengan sebutan 'ice'. Bagaimana tidak? Arista adalah wanita yang cantik, tapi wajahnya tak pernah dihiasi dengan sebuah senyuman.
Sekarang ia menginjak kelas dua SMA. Tapi ia masih tak memiliki teman.
"Arista! Mau makan bersama?" Tanya seorang lelaki berambut putih dengan mata merahnya."Tidak" jawab singkat Arista. Ia memang selalu dingin dengan semua orang bahkan dengan gurupun ia tetap dingin.
"Oh ayolah Arista,, aku memaksamu! Sekali saja terima tawaranku" desak lelaki itu.
Banyak orang yang ada didalam kelas menatap aneh kedua orang ini. Bahkan ada beberapa yang menggosipkan mereka.
Tapi kedua insan ini tidak memperdulikannya."Bisakah kau menyerah Glen" ucap Arista tanpa menatap mata lelaki bernama Glen itu.
"Aku tidak akan menyerah Arista! Aku menyukaimu, setidaknya kau anggap aku temanmu. Itu saja sudah cukup buatku" ujar Glen dengan penuh ambisi.
Arista berdiri tanpa memperdulikan Glen. Ia berjalan melewati Glen dan keluar kelas.
Glen tetap diam ditempat, sudah hampir ratusan kali Arista menolaknya bahkan mengacuhkannya, tapi Glen terus saja mengejar Arista."Menyerahlah Glen, Arista itu tidak memiliki hati" ujar seorang gadis yang kini sudah berada disamping Glen.
"Masih banyak wanita cantik yang bisa kau pilih. Kenapa harus Arista.. Bahkan aku---"
"Bisakah kau diam. Aku benci wanita berisik" ucap Glen penuh kebencian. Wanita itu langsung diam, wajahnya takut melihat tatapan Glen yang mengerikan. Akhirnya wanita itupun menjauh.
Glen keluar kelas Arista dengan tatapan dinginnya. Banyak wanita yang membicarakan Glen dibelakang. Glen memang tampan, pintar dan populer. Tapi sifatnya dinginnya inilah yang paling menakutkan. Tak ada seorang pun yang berani melawan ataupun menolak Glen saat ia dalam kondisi marah seperti ini.
Sekarang Arista sudah berada diatap sekolahnya. Tempat favorite Arista sejak ia masuk kesekolah ini. Hanya angin, langit dan awanlah teman sejatinya disini.
"La la.. lala.. lalalala... " mulut Arista bersenandung kecil. Suaranya sangat merdu. Tapi ada sebuah luka dimelodinya. Hanya orang-orang tertentu yang bisa mengetahuinya.
Arista memang suka menyanyi, tapi ia tidak pernah mau mengikuti ekskul paduan suara. Karena menurutnya, mengikuti kegiatan seperti itu sangat tidak berguna.Hari ini Arista lebih memilih untuk membolos dan berdiam diri diatap. Ia merasa bosan dikelas, apalagi saat pelajaran sejarah di jam terakhir. Ia lebih memilih diam disini.
Mata Arista mulai berat, angin lembut yang menyapu kulitnya semakin membuatnya terlena.
Akhirnya Arista pun menutup matanya, dan pergi ke alam mimpi.Belum lama Arista tertidur, sebuah pintu pun terbuka. Menampakkan seorang lelaki berambut putih dengan mata merahnya. Ya, dia Glen.
Glen berjalan mendekati Arista. Ia berjalan sepelan mungkin agar tidak membangunkan Arista.
Ia menatap sendu wajah Arista yang masih terlelap, tangan Glen menyikap rambut Arista yang menutupi wajahnya dengan pelan. Sudah lama Glen menyukai Arista. awal mereka bertemu saat masa orientasi siswa. Waktu itu Glen melihat Arista yang memanjat pohon hanya untuk menyelamatkan seekor anak kucing.Glen yang waktu itu hanya bersembunyi, menatap Arista bingung. Kenapa wanita yang dikabarkan tak memiliki hati masih mau menyelamatkan kucing?
Itulah awal dari perjuangan Glen untuk terus mendekati Arista.Glen duduk disamping Arista, ia ikut membolos karena tahu bahwa hari ini Arista pasti juga membolos. Ia selalu diam-diam datang dan duduk disamping Arista yang masih terlelap.
Ia hanya bisa mendekati Arista jika ia tertidur seperti ini. "Arista.. bisakah aku mengembalikan hatimu?" Gumam Glen sembari menatap langit biru tanpa ada awan yang menghalangi.
0o0
Arista terbangun dari tidur panjangnya. Ia melihat langit yang sudah bewarna orange. Selama itukah ia tidur?
Arista menyentuh dahinya, entah kenapa ia tadi bermimpi jika ada seorang pangeran yang mencium dahinya.Dengan tatapan dingin Arista langsung membuang jauh fikirannya tentang seorang pangeran. Karena dalam hidup Arista, ia tak percaya dengan kebahagiaan sejati.
Arista mulai beranjak dari posisi duduknya. Tidurnya sangat nyenyak hari ini.
Ia berjalan menuruni tangga. Dan akhirnya sampai dikelasnya. Semua sudah sepi. Tentu saja, karena sekarang sudah jam enam sore. Ia keluar dan berjalan menuju lokernya."Arista..." ucapan seseorang membuat Arista berhenti. Ia melihat Glen yang kini ada didepannya.
"Aku akan mengatarkanmu" ucap Glen penuh penekanan.
"Tidak perlu" Arista berjalan melewati Glen yang terdiam.
Tapi langkahan kaki Arista terhenti saat lengannya ditarik mundur oleh seseorang yang tak lain adalah Glen.
Glen mendorong tubuh Arista ke dinding membuat Arista hanya meringis kesakitan."Kau memang cari mati ya Arista!!" Bentak Glen tepat dimuka Arista. Arista hanya diam. Tak ada rasa takut sama sekali dihatinya.
"Lepaskan" ucap Arista dingin.
Membuat Glen semakin kesal. Ia sudah tidak bisa menahan amarahnya lagi. Sekarang Glen tertawa dengan kerasnya."Kau wanita pertama yang menolakku Arista.. Kau akan menyesal" ucap Glen disela-sela tawanya.
"Aku tidak akan pernah menyesal" jawab Arista datar.
Glen menatap dingin mata Arista. Ia tahu bahwa dirinyalah yang akan terhipnotis jika menatap mata datar Arista.
Arista tipekal wanita yang tidak peduli dengan orang lain, bahkan dirinya sendiri.Glen mendekatkan wajahnya, dan akhirnya napsu sudah tak bisa ia tahan.
Ia mencium bibir lembut Arista .
Arista tetap diam.
Ia tidak peduli dengan apa yang dilakukan Glen padanya.Karena, hanya satu hal yang di inginkan Arista saat ini..
Sebuah Kematian...
Tbc :v
Summon :v 😂 HUMANLISTWORK123
😂😂
KAMU SEDANG MEMBACA
Lost Heart
ChickLitApa kalian percaya dengan kasih sayang? Apa kalian yakin hidup akan berakhir bahagia? Apa kalian yakin ada seorang yang akan mengerti dirimu? Apakah kalian yakin mereka mengerti perasaanmu? TIDAK !! Semua itu hanyalah kebohongan! -Historia Archa...