Aku Tak Perlu Menunggu

7 2 0
                                    

Tidak kuuntai kata mesra atau yang menggeliatkan-- untukmu yang tak segera pulang.
Atau aku tidak akan menyeduh dua cangkir torabika pada malam yang tak dihuni siapa pun kecuali denting di atas atap-atap kamarku.

Kini tak ada lagi lagu "Pelangi di Matamu" yang dinyanyikan
olehku, olehmu, atau oleh
suara-suara hati yang tidak diteriakkan siapa-siapa.

Jemuran-jemuran yang masih basah di belakang rumah enggan kuangkut ketika rombongan hujan tiba-tiba menyerbu.

Tapi malah kubiarkan saja dia menjadi
lebih basah, lebih dingin, lebih menyakitkan.
Tidak ada lagi pilu-pilu itu.
Tidak ada rona kuning yang tertutup wajahmu ketika aku bilang sebuah rindu.

Kini semua bebas saja kulihat.
Rona kuning di langit timur terpandang jelas tanpa sekat.
Sekian katamu.

Kepulanganmu tak perlu ditunggu. Atau aku ini dulu orang yang paling dungu ketika kau berpamitan akhir bulan itu.

"Aku tak perlu menunggu"

Biar kakiku tak lebih jauh membentang jarak, maka kuputuskan diri untuk menunggumu.
Karena aku ini pecintamu yang dungu.

Sajak Pencecah BumiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang