Chapter 21

1K 139 39
                                    

Alsou tertidur pulas dengan tubuh kucingnya, sedangkan Tendo hanya menatap gadis itu dengan wajah yang tampak semakin muda dan sehat. Senyuman tergambar jelas dari kedua sudut bibirnya.

"Tidak kusangka kau akan sepenurut ini, sedikit berbeda dengan Audrey yang terkadang masih membangkang." Tendo bangkit dari duduknya lalu mengusap tubuh kucing Alsou untuk membangunkannya.

Mata kucing tersebut terbuka, ia masih merasa kelelahan, sebab Tendo terlalu banyak mengambil sihir yang merupakan tenaganya.

Tidak akan berlangsung lama, aku hanya perlu menyembuhkan gadis itu lalu kembali pada Zac.

"Sudah cukup istirahatnya, sekarang ikutlah denganku. Selama kau bersikap baik maka aku tidak akan melukai siapa pun." Tendo menatap tajam ke arah Alsou dan dengan gerakan malas gadis itu merubah wujudnya menjadi manusia kembali, setelah sebelumnya telah berlindung di balik dress yang ia kenakan.

Alsou mulai merasakan hal aneh pada sikap Tendo, bukan karena pria itu sangat baik padanya, tetapi alasan dan cara dia mengambil kekuatan Alsou terasa begitu menyiksa. Selain itu, Tendo juga tidak ingin menjelaskan siapa foto gadis yang mirip dengannya di kamar itu.

"Ada sesuatu yang sedang kau pikirkan?" tanya Tendo, sambil mengeluarkan asap cokelat keemasan dan mengarahkannya pada Alsou. "Pengekang, agar kau tidak bisa macam-macam denganku selama berada di luar."

Mengernyit, Alsou memegang lengan kanannya yang seketika terasa sakit, seperti terdapat suatu benda yang bergerak di dalam urat nadinya.

Dia memasukan gold thread ke dalam urat nadiku. Alsou menegang, menyadari betapa hati-hatinya Tendo terhadap dirinya karena benda tersebut akan membuatnya tidak bisa melukai pria itu sedikit pun, kecuali jika ia mau dirinya mati bersama.

***

Seorang wanita berkimono putih tampak berjalan anggun menuju salah satu ruangan di rumah sakit. Matanya menatap nanar ke arah sosok yang terbaring tidak sadarkan diri, diam-diam ia menoleh ke kiri dan kanan untuk memastikan bahwa tidak ada siapa pun yang melihat keberadaannya.

Serbuk putih mengelilingi tubuhnya. Ia datang di waktu yang tepat yaitu di saat para petugas medis tidak melakukan pemeriksaan.

Selang-selang pendeteksi kehidupan masih terhubung pada tubuh gadis itu, membuat wanita tersebut begitu geram. Marah akibat semua ini terjadi karena perangai pria licik bernama Tendo Akiyama.

"Bangunlah," bisik wanita itu, sembari mengeluarkan serbuk putih ke arah gadis yang sedang terbaring. Ia harus memberikan sedikit kekuatan untuk membangunkannya karena gadis di hadapannya sudah seperti boneka tak bernyawa.

Perlahan gadis itu membuka mata. "Ibu ... kau di sini? Aku merindukanmu."

"Dia ... adikmu ... kau harus membantunya." Wanita itu tampak was-was khawatir jika waktu yang ia punya tidak cukup untuk menjelaskan semuanya. Menarik napas dalam, wanita tersebut melanjutkan kalimatnya, "Akan kuberi sedikit kekuatanku, tetapi cobalah berkomunikasi dengannya bahwa hal yang akan dia lakukan akan membuatnya sama sepertimu."

"Kita akan melawannya, 'kan?" bisik gadis itu, sambil menggenggam tangan ibunya.

Wanita itu mengangguk kemudian menyebarkan serbuk putih ke sekujur tubuh gadis yang terbaring di hadapannya. "Karena dia bertindak sesuka hati, maka biar kita saja yang mengikuti rencananya. Aku harap dia akan baik-baik saja."

"Pasti, karena dia adik yang sangat hebat." Gadis itu tersenyum tipis menatap ibunya, wajah yang begitu pucat membuat siapa pun yakin bahwa ia dalam keadaan sakit, meskipun para dokter tidak bisa menemukan penyakit yang terdapat di dalam tubuhnya.

Alsou [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang