Zac dan Alsou kini sedang duduk di dalam kereta, butuh waktu 90 menit dari bandara Kansai hingga mereka tiba di Kyoto. Sambil membaca novel, diam-diam Zac melirik ke arah Alsou yang duduk di sampingnya. Perjalanan yang sangat panjang telah membuat Zac merasa begitu lelah, tetapi tidak bagi Alsou, ia tampak begitu segar setelah Zac memberitahu bahwa dirinya telah sampai di Jepang—tempat kelahiran Zac dan si kucing Alsou.
"Kau terlihat sangat senang," ucap Zac, sambil mengusap rambut Alsou.
Gadis itu tidak menjawab, hanya menatap pemandangan senja yang berada di luar jendela. Matanya berbinar dan sebuah senyum mengembang di wajahnya. "Aku merindukan tempat ini. Aku merasa ...." Gadis itu menggantungkan kalimatnya dengan menatap kedua tangannya yang kembali memperlihatkan serbuk berwarna biru.
"Kau ingin bermain dengan kekuatanmu lagi?" Nada khawatir mulai terdengar pada setiap kalimat Zac. "... dan akhir-akhir ini, tubuh kucingmu tidak terlihat lagi." Tatapannya mulai menyelidiki gadis tersebut.
Alsou tertawa kecil dan memeluk Zac membuat tubuh pemuda itu menegang. Namun, segera ia menarik napas dan membuat dirinya menjadi lebih santai. "Tidak ... hanya ada sesuatu yang berbeda. Seperti ... aku tidak tahu Zac."
Serbuk berwarna biru mengelilingi tubuh Alsou dan Zac, berpadu indah dalam cahaya matahari yang telah meredup dan tergantikan dengan malam. Untung saja para penumpang tidak terlalu banyak hari ini hingga Alsou tidak menjadi pusat perhatian. Pemuda itu hanya berdiam diri, berpikir bahwa mungkin Alsou menyadari bahwa ini juga merupakan tanah kelahirannya. Yeah, Alsou adalah salah satu anak kucing yang dulu ia temukan di dekat kuil Genkoan—seekor anak kucing yang tampak sangat kurus dan penuh luka.
Aku ingin mengajaknya ke tempat itu, seketika aku merindukan ketenangan dari kuil Genkoan.
Alsou melepaskan pelukannya dan menatap Zac. "Apa Zac akan membawaku ke suatu tempat?" Kembali gadis itu menatap Zac dengan cemas.
Ia menganggap apa yang dirasakan Alsou adalah wajar karena ketika masih di London, Alsou berusaha keras untuk meminta Zac agar tidak pergi. Namun, pemuda itu berkeras membawa Alsou berlibur ke Jepang—ia tidak ingin jika Rika kembali menyusul dan menyeretnya untuk kembali pulang seperti tahun lalu, sama persis di saat Zac masih menjalin hubungan dengan Lousiana.
Hal itu memalukan sekali baginya.
"Tidak perlu takut karena selama di sini aku akan selalu bersamamu, sama seperti saat kita berada di London." Pipi Alsou memerah setelah Zac mencubitnya—melakukan hal tersebut agar gadis itu tersenyum. Ia menyukai senyuman Alsou. "Kau ingat, bukan? Hanya ada dua jenis manusia di sini baik dan jahat. Namun, jauh di lubuk hati orang yang jahat sekali pun, akan tetap tersimpan kebaikan di dalamnya, walaupun hanya sedikit."
"Zac tidak mengerti," bisik Alsou, nyaris tak terdengar karena tenggelam dengan suara para penumpang lain yang bersiap untuk keluar kereta.
Alsou menggenggam erat ujung baju Zac, tubuhnya bergetar, meskipun ada perasaan senang di dalam hatinya yang ia sendiri pun tidak mengetahui alasannya.
Ia tidak mengerti, tidak ada petunjuk sedikit pun untuk mendapatkan sebuah alasan.
Sejauh ini Alsou merasakan rasa takut dan senang secara bersamaan, seperti ada sesuatu tersembunyi dan dia belum atau tidak mengetahuinya.
Saat melangkahkan kaki di stasiun kereta, tiba-tiba hal aneh terjadi, Alsou terduduk dan akhirnya terjatuh dipelukan Zac.
"Zac ... help—"
***
Belum saatnya. Aku akan melakukannya secara perlahan dan sepertinya kau melupakan jati dirimu.
Alsou mengernyit ketika Zac menggendongnya masuk ke dalam kamar. Ayah, Ibu, dan Rika sempat terkejut melihat gadis yang dibawa Zac tampak tidak sadarkan diri.
Apa yang kau lakukan?! Mengapa kau ....
"Arghh!" Alsou berteriak kecil ketika ia akhirnya bisa membuka mata, sadar dari mimpi buruk yang menghasilkan ucapan yang sama dari seorang laki-laki dan perempuan secara bergantian.
"Alsou, kau baik-baik saja?" Zac terlihat khawatir, wajahnya lebih putih dari biasanya seperti tidak ada darah yang mengalir dari balik kulitnya.
Gadis itu tersentak, bergerak cepat ke sudut kasur. Napas Alsou tak beraturan dan saat melihat pintu kamar yang sedang dalam keadaan terbuka, ia segera berlari meninggalkan Zac, tidak peduli ketika pemuda tersebut memanggilnya—berusaha untuk menghalangi.
"Alsou!" Pemuda itu turut melangkahkan kaki mengikuti Alsou tanpa peduli ketika kedua orang tuanya sempat menghadang sekadar untuk menanyakan apa yang telah terjadi. Jangan pergi lagi Alsou, kau tahu bahwa kita sudah melewatkan banyak hal bersama. Kau membuatku nyaman.
"Alsou!" Zac memanggilnya lagi berusaha mengejar Alsou yang sepertinya bergerak semakin cepat. Mata pemuda itu terbelalak ketika melihat beberapa tubuh kucing Alsou mulai terlihat di bawah sinar bulan musim dingin, tetapi gelap malam membuat hal tersebut tidak mengundang perhatian para penduduk sekitar.
Udara dingin membuat Zac menggigil, tetapi melihat jarak yang semakin jauh dengan Alsou membuat pemuda itu harus tetap mengejar dan berlari sekuat tenaga. Ia tidak peduli ke mana gadis itu membawa Zac, saat ini yang menjadi fokusnya adalah mengikuti Alsou, memeluk, dan menenangkan.
Ia tidak ingin kehilangan Alsou untuk yang kedua kalinya. Sadar bahwa gadis itu sangat berarti ketika Zac sempat tidak menemukan Alsou ketika mereka bertengkar di sungai Thames.
Alsou merasakan bulu-bulu mulai keluar dari kulit manusianya. Ia tahu bahwa Zac berlari di belakang untuk mengejar, tetapi saat ini dia tidak ingin Zac mengikutinya karena ketika terjatuh dan tidak sadarkan diri di stasiun kereta, Alsou kembali merasakan sakit.
Rasa sakit yang sama seperti saat seorang pria misterius tidak sengaja menyentuhnya ketika Alsou baru saja menjadi manusia.
Ada beberapa ingatan yang merasuk ke dalam pikiranku dan ingatan itu ada di sana.
Kembali melirik ke kedua tangannya, Alsou semakin cemas dan tiba-tiba ia berhenti, menunggu Zac menghampirinya. Matanya menatap sesuatu yang masih terlihat sangat jauh dari jarak mereka. Alsou berbalik, cairan bening terlihat hendak keluar dari pelupuk matanya, seperti tidak sabar ingin membasahi pipi gadis itu. "Help me Zac ...." Suara Alsou terdengar serak, nyaris tak terdengar oleh hembusan angin.
Tubuh Zac bergetar akibat hawa dingin di Kyoto dan secara lembut ia memeluk Alsou, tidak ingin melihat air mata gadis tersebut. Diusapnya kepala Alsou yang telah memperlihatkan beberapa anggota tubuh kucing, memposisikan badannya agar tidak ada seorang pun yang melihat Alsou.
"Alsou, maafkan aku jika aku membuatmu tidak nyaman di sini. Besok kita akan segera kembali ke London," bisik Zac dengan suara parau. Ia bisa merasakan getaran di tubuh Alsou.
"Hal yang buruk ...." Alsou mendorong tubuh Zac. Ia merasa akan kembali menjadi seekor kucing.
Tuk tuk tuk.
Suara sepatu yang seakan memecah kesunyian terdengar di telinga mereka berdua. Sebuah langkah yang membuat insting Alsou merasa aneh, waspada, dan takut. Sekelebat gambaran saat tak sadarkan diri kembali muncul dalam pikirannya, samar, tetapi membuat Alsou merasa begitu waspada dengan sosok yang mengintimidasi dalam kegelapan malam.
"Apa terjadi sesuatu?" Suara berat tiba-tiba terdengar dari balik punggung Alsou.
"A ... konbanwa ...." Kalimat Zac terputus saat sesuatu menghantam tengkuknya ketika ia menyapa pria tampan di hadapannya.
"Zac!" teriak Alsou, ia menoleh ke arah sosok dibelakangnya dan seketika ia terjatuh duduk di depan Zac yang tak sadarkan diri setelah mendapatkan hantaman keras dari orang lain.
"Belum waktunya, tetapi aku tidak bisa menunggunya lagi, Anak baik." Asap berwarna cokelat keemasan terlihat samar dari kedua tangannya.
Pria itu menyeringai, menatap Alsou yang berusaha melindungi Zac.
"Kumohon, jangan ...." Alsou memeluk tubuh Zac, mencoba untuk melindunginya.
____________
Semoga terhibur.
KAMU SEDANG MEMBACA
Alsou [END]
Paranormal-Paranormal - Kontemporer Fantasy- 16+ "Bukan! Bukan seperti itu. Lihat caraku melakukannya." Seperti mengajarkan seorang balita, Zac harus memperlihatkan dan mengajarinya bagaimana cara makan yang baik dan benar. Meskipun demikian, berulang kal...