Chapter 9

1.7K 219 31
                                    

Alsou membuka mata, perutnya terus berbunyi karena lapar, semalam ia tidak bisa bangkit dan menelan makanan hingga terpaksa gadis tersebut harus tertidur dalam kondisi perut yang kosong. Terlihat kasur Zac dipenuhi dengan beberapa helai bulu cokelat milik Alsou. Ia memiringkan kepala dan melihat Zac tertidur di sampingnya.

Daddy telah bersikap sama seperti dulu. Alsou memiringkan tubuhnya, merapat pada Zac dan membenamkan wajahnya sambil berpikir mengenai hal aneh yang terjadi kemarin sore hingga malam.

"Zac, apa hari ini Zac tidak pergi? Biasanya Zac akan bersiap-siap di jam sekarang," bisik Alsou tepat di telinga pemuda itu. Alsou tidak tahu bahwa sepanjang malam Zac mengkhawatirkannya hingga membuat pemuda itu harus bergadang semalaman dan baru bisa tertidur ketika Alsou kembali tenang.

Zac memperlihat manik cokelat gelap yang sebenarnya masih terasa begitu berat. Hari ini senin, tetapi Zac terlalu lelah untuk bangun pagi serta mengikuti kuliah di jam pertama. Sepertinya, ia akan membolos beberapa mata kuliah saat ini.

Mata pemuda itu tiba-tiba membulat sempurna kemudian buru-buru ia bangkit dari tempat tidurnya, kondisi yang masih sangat mengantuk membuat Zac hampir membentur lemari. Namun, untung saja Alsou sempat menahan Zac dengan sihirnya. Pemuda itu segera berdiri, menggengam tangan Alsou lalu menutupnya menjadi kepalan.

Zac menggeleng, ekspresinya berubah khawatir dan Alsou tahu itu. "Jangan lakukan lagi. Aku tidak mengerti apa yang terjadi denganmu kemarin, tetapi jika itu terjadi karena sihirmu, maka jangan lakukan lagi." Zac menatap wajah Alsou yang selalu membuatnya bersemu. Namun, sekarang hal seperti itu harus ia abaikan terlebih dahulu karena Zac sudah merasa nyaman dengan gadis di hadapannya-lebih tepatnya setelah mereka menghabiskan banyak waktu di akhir pekan.

Sambil mengembuskan napas, Zac mengusap rambut Alsou kemudian membantunya berdiri. "Ayo, sarapan. Kau belum makan dari tadi malam, 'kan?"

"Zac sangat mengkhawatirkan aku, bukan? Boleh aku melakukan hal yang sama seperti ketika ada si Pirang. Pada saat itu kau ...."

"Tidak, tidak, tidak perlu a-aku baik-baik saja." Zac segera memalingkan wajahnya yang terlihat sangat merah. Dalam hati ia memaki karena merasa dirinya seperti seorang gadis saja sebab terlalu sering merasa gugup dan memerah. Selain itu, hanya pemuda kurang ajar yang akan menganggap ucapan Alsou sebagai lautan emas.

Apakah ini yang membuat Lousiana memilih Arianna dibandingkan diriku? Zac mengedikkan bahu malas.

Air keran menyala dan Zac segera mencuci beberapa sayur yang mereka beli kemarin. Ia melirik ke arah jam sebentar lagi waktu perkuliahan akan dimulai, tak masalah baginya tertinggal satu mata kuliah hari ini dan untuk mempersingkat waktu, Zac memutuskan untuk membuat salad serta menyiapkan ikan kaleng cepat saji untuk Alsou.

Kembali ia berpikir mengenai niat untuk membawa Alsou ke kampus dan memperkenalkannya pada dunia pendidikan. Entah, sejak memutuskan untuk menampung si manusia Alsou di apartemen telah membuat Zac merasa bertanggung jawab. Namun, satu hal yang membuat pemuda itu merasa kesulitan, yaitu bagaimana mendapatkan kartu identitas untuk Alsou.

Sepertinya aku harus kembali ke Jepang mengenai hal ini.

***

Gadis itu mengeringkan rambutnya dengan handuk, tentu saja Zac lah mengajarinya terlebih dahulu sebelum pemuda tersebut pergi meninggalkan apartemen.

Dia sendirian di dalam apartmen sama seperti biasanya saat dulu masih menjadi seekor kucing. Sekarang Alsou terduduk di samping jendela kaca kamar Zac, menunggu sang Kucing jantan duduk di pinggir jalan hanya untuk menunggu Maria—kucing milik tetangga.

Alsou [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang