sakit

4.3K 508 34
                                    


[WARNING]
chapter ini pendek dan ga nge feel. percayalah








S

udah dua hari Jimin tidak berangkat kerja. Dia sakit.

Ya, suamiku yang paling tampan ini sakit.

Entah kenapa dia bisa tumbang seperti ini yang jelas, dua hari yang lalu sehabis ia pergi makan-makan dengan rekan kerjanya, Jimin pulang ke rumah dengan suhu tubuh yang tinggi dan juga keringat dingin di sekujur tubuhnya.

Aku sudah bilang padanya untuk pergi ke dokter. Tapi dia tidak mau. Katanya hanya demam biasa. Nanti juga sembuh.

Jadi ya sudah terserah padanya.

Sekarang ini aku sedang menuangkan bubur buatanku ke sebuah mangkuk berukuran sedang. Lalu setelah semuanya selesai, aku menghampiri Jimin yang sedang tidur-tiduran di kamar.

"Jim makan dulu." Ujarku. Aku mengambil posisi di sebelahnya agar mudah menyuapinya.

"Bubur lagi??"

Aku berdecak, "Yaudah kalo gamau. Aku aja yang makan."

"Eh iya iyaa. Jangan ngambek gitu dong ah."

Ya memang selama ia sakit, aku hanya memberinya bubur. Lagipula bubur memang makanan untuk orang sakit kan?

Aku ingin membuatkannya yang lain, tetapi aku tidak tahu apa yang bagus untuk orang sakit. Jadi aku hanya memberinya bubur.

"Makan sendiri nih."

"Maunya disuapin."

"Ih Jimin kamu ga liat itu tugas kuliahku numpuk?"

"Kamu tega sama suami kamu yang lagi sakit?"

Oke. Aku kalah.

Jika Jimin sudah bertindak 'sok' imut seperti itu, aku tidak tahan.

Mau tidak mau aku menyuapi bayi besar ini dengan perlahan agar ia tidak tersedak.

Jujur aku sangat khawatir Jimin sakit seperti ini. Tapi tugas kuliahku juga tidak bisa ditinggalkan begitu saja. Aku sudah dua kali absen dari kelas. Aku juga sama sekali belum mengerjakan tugasku. Jimin melarangku untuk melakukannya. Ia bilang padaku untuk fokus padanya selama ia sakit.

Dasar manja.

"Udah ah."

"Apaan sih kamu baru makan lima sendok juga."

"Yaudah sekali lagi biar enam."

Jika saja dia tidak sakit

Jika saja dia bukan suami ku

Sudah ku jambak sampai botak.

"Dah minum obat dulu."

"Gamau."

"Jim, please."

"Obatnya kamu aja. Sini kamu boboan disamping aku."

"Aku serius."

"Aku juga serius."

Ku letakkan mangkuk bubur yang ku pegang ke atas nakas yang ada di samping kasur.

Lagi-lagi aku harus menyerah pada lelaki satu ini.

Dengan perlahan dan sangat hati-hati, aku merebahkan tubuhku di samping Jimin. Pria itu langsung saja memelukku padahal aku belum sepenuhnya rebahan sehingga membuatku sedikit terjungkal.

"Jim ngapain sih?! Aku ni lagi hamil loh."

"Eh iya maap maap. Abisnya kamu gemesin sih."

"Ck."

Aku tidak tahu apa yang Jimin pikirkan saat ini. Alasan macam apa itu? Sudahlah. Mungkin ini efek demam yang di deritanya 

Sekarang Jimin tidur sambil memelukku erat. Membuatku sedikit sesak nafas. Tetapi ku biarkan. Aku selalu suka jika Jimin memelukku seperti ini. Rasa kesalku padanya surut seketika

"Yang kalo anak kita lahir, mau dikasih nama apa?" Tanya Jimin tiba-tiba.

"Gatau. Aku belom mikirin. Lagian anak kita laki atau perempuan aja kan belom tau."

"Oh iya ya."

"Dasar haha. Udah gih bobo. Biar cepet sembuh."

"Iya mamah."

"Mamah apaan."

"Kamu kan bentar lagi jadi mamah."

"Iya aja lah."

Setelah kami berbincang-bincang seperti itu, Jimin tertidur layaknya anak kecil.





***



wkwkwk part macam apa ini. gue tau ini ga nge feel sama sekali tapi yaudah lah yaw.

btw gue lagi sakit genks dari minggu lalu tapi ga sembuh sembuh. gws-in dong WKWKWKWKWK.

masih batuk pilek gitu deh. ga ngerti kenapa ga sembuh sembuh padahal gue kalo sakit gini juga dua hari kemudian sembuh.

efek nganggur kali ya. soalnya kerjaan gue setelah lulus lulusan cuma fangirlingan seharian, makan, minum, bobok alias mager.

maaf ya kalo ada typo, males nge cek lagi hehe.

yaudah ya gitu aja. tunggu update-an selanjutnya. byee👋

 byee👋

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Jimin-Sera's Story💐Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang