6. Believe

242 3 3
                                    

(note : masih flashback :"v)

Suara derap langkah kaki seseorang terdengar menggema sepanjang penjuru sebuah lorong sepanjang 10 meter itu.

Sedang kedua tungkai kakinya bergerak perlahan, tiba-tiba langkahnya terhenti ketika ia mendapati dua pasang bola mata yang berasal dari arah berlawanan sedang menatapnya dengan guratan kekecewaan yang mendalam yang tercetak jelas pada wajahnya.

Dia memilih untuk memutuskan kontak mata itu lalu membawa tubuhnya berbalik, hendak meninggalkan tempat ini melalui arah yang ia lalui sebelumnya.

Jelas, ia bisa menebak arti tatapan yang di tunjukkan seseorang itu untuknya.

Dan tentu saja, dia tidak ingin rasa emosi yang sudah dengan susah payah ia redam lagi-lagi menyelimuti dirinya.

"Jeon Jungkook," Suara berat milik seseorang yang tadi menatapnya menghentikan langkahnya.

Bahu Jungkook naik turun saat menyadari bahwa rasa kesal kembali menyelimuti dirinya. Ia berusaha meredam rasa kesalnya, dan sebisa mungkin ia membuat dirinya terlihat santai. Ia membalikkan badannya dan menatap Namjoon yang kini berjalan dengan santai kearahnya.

"Ada apa hyung?" Jungkook bertanya sesantai mungkin walau perasaan kesalnya kian bertambah saat Namjoon menatapnya dengan guratan keraguan yang terlihat pada wajahnya.

Jadi Namjoon hyung benar-benar sudah mengetahuinya, batin Jungkook.

"Kenapa kau menghindariku?" Jungkook tidak menghindari Namjoon. Laki-laki itu hanya berusaha menghindar dari segala kemungkinan terburuk yang mungkin terjadi setelah ini.

"Tidak apa-apa," Jawab Jungkook sambil menatap motif lantai yang sedang ia injak.

Semakin banyak pertanyaan yang muncul di benak Namjoon saat melihat tingkah laki-laki di hadapannya itu.

"Aku harus bicara denganmu." Jungkook tertegun mendengar perkataan Namjoon. Kini rasa takut kian merayapi dirinya.

"Kita sedang bicara sekarang, hyung." Helaan napas terdengar dari bibir Namjoon. "Tidak di sin."

"Kita harus berangkat sebentar lagi, Sejin hyung bisa marah pada kita nanti kalau kita terlambat." Jungkook mencari alasan agar ia bisa menghindari pembicaraan ini, tetapi Namjoon justru mempertanyakan dengan sangat jelas tentang hal yang benar-benar ingin ia hindari sekarang.

"Kau, menerima penawaran itu?"

Jungkook mengusap wajahnya frustasi. Sementara Namjoon telah mempersiapkan dirinya pada kemungkinan terburuk yang akan terjadi setelah ini. "Kenapa kau harus membahas hal itu lagi? Sudah lah, aku pulang duluan." Jungkook baru saja akan meninggalkan Namjoon, namun perkataan laki-laki itu lagi-lagi menghentikan langkahnya.

"Apa yang kau katakan pada Taehyung?" Pertanyaan Namjoon membuat Jungkook teringat tentang kejadian yang ia alami beberapa saat yang lalu. Seketika perasaan kalut kembali menyelimuti dirinya.

"Oh, jadi dia sudah menceritakan semuanya kepadamu?" Tanya Jungkook dengan nada sarkastik.

"Semua kata-kata Taehyung, adalah sebuah kebohongan kan?" Terdengar sebuah nada keraguan dari pertanyaan Namjoon. Jungkook hanya bisa terdiam sambil mengalihkan tatapannya menuju objek lain di sekelilingnya.

"Kau tidak menerima penawaran itu kan?" Namjoon ingin mempercayai Jungkook. Tetapi ia sendiri justru semakin meragukan kepercayaannya itu.

Apakah perkataan Taehyung tadi sepenuhnya benar?

"Kau percaya padaku?" Jungkook bertanya sedang pandangannya masih tertuju pada objek lain di sekitarnya.

"Jungkook-ah," Namjoon ingin melawan semua kenyataan ini, tetapi perkataan Jungkook benar-benar meruntuhkan kepercayaannya.

BACKSTAGE│BTS-FanFicTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang