The School

371 9 0
                                    

Reign Academy, salah satu akademi terbesar di Cosmo City. Bahkan mungkin bisa dibilang 'satu-satunya' yang bisa 'bertahan' dalam dahsyatnya kejahatan di kota penjahat itu. Semua yang bersekolah di sini dijamin memiliki masa depan yang mapan (walau mungkin tidak terlalu cerah). Akademi ini juga jenjangnya dari taman kanak-kanak sampai SMA.

Dan sekolah inilah yang dipilih oleh para keluarga mafia untuk menyekolahkan anak-anak mereka. Semua keluarga mafia, baik yang besar maupun kecil bersekolah di sini. Tanpa terkecuali Keluarga Lancelot.

Sekolah ini juga satu-satunya sekolah yang memperbolehkan siswinya memakai seragam laki-laki. Karena itu, berhubung Arion sangat tomboy (bahkan sering salah dikira laki-laki) ia merupakan salah satu dari jejeran siswi yang memakai seragam laki-laki.

Pagi ini, terlihat Arion sedang berjalan di koridor sekolah dengan santainya. Ia terus menerus menguap, tanda bahwa ia tidak cukup istirahat malam sebelumnya.

"Hoahmm… Gara-gara mengerjakan tugas OSIS kakak, aku jadi kurang tidur. Untung aku sudah selesai mengerjakan tugasku. Kalau belum, apa jadinya?" gumamnya. Ia pun memasuki kelasnya, kelas 11-A.

Sekedar info, kelas di Reign Academy dibagi menjadi 6, yaitu kelas A sampai F. Kelas A diperuntukkan bagi mereka yang punya kecerdasan di atas rata-rata atau mereka yang punya pamor yang tinggi. Kelas B untuk mereka yang punya rata-rata nilai tinggi namun masih di bawah kelas A. Kelas C untuk mereka yang jago dalam olahraga. Kelas D untuk mereka yang pintar dalam seni. Kelas E untuk mereka yang nilainya hanya rata-rata. Dan kelas F diperuntukkan bagi mereka yang nilainya dibawah rata-rata dan dicap sebagai 'produk gagal'.

Kalau begitu, Arion pintar karena masuk kelas A?

Salah.

Arion bukan hanya sekedar pintar saja, tapi ia sudah dicap sebagai jenius. Tidak ada satupun siswa dan guru di Reign Academy yang tidak tahu tentang hal ini. Tidak hanya mata pelajaran eksak saja, namun ia juga ahli dalam olahraga dan seni. Nilai rata-ratanya pun jauh dari siswa lainnya. Ia juga populer di kalangan anak laki-laki dan perempuan.

Tidak heran kalau orang-orang memanggilnya 'Jenius yang Muncul Setiap 100 Tahun'.

Kembali ke Arion, saat ia memasuki kelasnya, ia langsung disapa oleh ramainya suasana kelas itu. Ada yang masih mengerjakan tugas, ada yang sedang asyik bergosip ria, ada juga yang sedang kejar-kejaran. Pokoknya kelas itu terlihat sangat berantakan.

Arion menghela napas pelan, lalu ia berjalan menuju bangkunya tanpa memperdulikan sekitarnya. Di samping bangkunya, ada lelaki duduk di sana sambil membaca sebuah buku.

"Pagi, Victor" sapa Arion pada lelaki itu.

"Pagi" jawab lelaki itu singkat.

Lelaki itu adalah Victor Wyvern, teman masa kecil Arion. Mereka sudah bersama sejak berumur 5 tahun. Dan karena keluarga Wyvern adalah bawahan keluarga Lancelot, jadi Victor tahu tentang identitas rahasia Arion.

"Kudengar kamu berhasil lagi dalam misi kemarin" kata Victor memulai pembicaraan.

"Tentu saja. Memangnya kapan seorang Arion Lancelot pernah gagal?" jawab Arion sambil bersandar di kursinya. Walau kalimatnya terkesan membanggakan diri, tapi entah kenapa ia mengatakannya dengan nada bosan.

Tapi bukan Victor namanya kalau tidak bisa mendeteksi kebosanan Arion.

"Kenapa kamu kedengaran bosan seperti itu? Apa gara-gara ayahmu terus memberimu misi?"

"Yah, begitulah. Siapa yang tidak bosan kalau terus dibombardir dengan misi?" keluh Arion.

Victor tidak mengatakan apapun, dan kemudian melanjutkan membaca. Ia sendiri juga tidak tahu harus melakukan apa. Mau bagaimana pun, Arion adalah anggota Black Phantom favorit kepala keluarga Lancelot itu. Jadi tidak heran kalau ia selalu dipercayakan misi oleh ayahnya, bahkan yang sulit sekalipun.

"Oh, iya…" gumam Arion tiba-tiba dan berdiri dari bangkunya. Ia lalu berjalan menuju bangku laki-laki berambut merah jabrik dan memakai plester di hidungnya.

"Oi, Trey. Kapan kamu mau bayar hutangmu?" tanya Arion sambil menyodorkan tangan kanannya pada laki-laki itu.

Laki-laki itu, Trey Sparrow dikenal sebagai preman sekolah. Selain sifatnya yang kasar, ia juga suka berbuat onar di sekolah maupun di lingkungan lainnya. Ia bahkan sering membuat keributan dengan para polisi. Pamor itulah yang membuatnya bisa masuk kelas A.

"Aku lupa bawa uangnya. Besok aku ganti!" ucap Trey kasar dan kemudian memalingkan wajahnya. Arion hanya bisa memasang wajah kesal.

"Dasar kamu, Trey. Utang kamu biarkan menumpuk begitu…" sindir laki-laki di sebelah Trey.

Dia adalah Joey Frederick. Ia sering terlihat bersama Trey, jadi orang-orang mengiranya sebagai bawahannya. Tapi ia tidak suka dipanggil begitu. Ia lebih suka menganggap dirinya sebagai 'pengawas' sang preman sekolah itu.

"Diam kamu, Joey!"

"Kamu ini… dari kemarin bilang begitu" gerutu Arion, lalu menyilangkan lengannya. "Oke, aku akan tunggu besok. Tapi ini kali terakhir aku meminjamimu uang, paham?" lanjutnya tegas.

"Iya, iya…"

Arion mengangguk mendengar jawaban Trey. Ia pun berniat untuk kembali ke bangkunya. Namun, baru saja ia mau berbalik, seseorang sudah melingkarkan tangannya ke leher Arion.

"Arion~"

Arion menghela napas panjang. Ia tahu siapa yang memeluknya. Kenyataannya ia hampir setiap hari 'diserang' dengan cara yang sama oleh orang yang sama pula.

"Ada apa, Axel?"

Sang pelaku, Axel Flamewing, langsung melepaskan pelukannya. Akhir-akhir ini ia memang sering terlihat dekat dengan sang idola sekolah. Selain itu, ia juga merupakan anggota keluarga mafia Flamewing, salah satu keluarga mafia besar di Cosmo City. Nyatanya, ia adalah pewaris tunggal keluarganya itu.

"Aku mau minta tolong sama kamu" ucap Axel tanpa rasa bersalah.

"…minta tolong apa?" tanya Arion dengan nada was-was. Ia tahu kalau orang di depannga ini sering meminta hal yang tak terduga.

"Kamu punya kertas atau barang apapun yang bisa dibakar? Aku butuh, nih" jawab Axel sambil mengeluarkan korek api miliknya.

Oh, apa aku sudah bilang kalau Axel adalah seorang pyromaniac akut? Belum? Kalau begitu sekarang kalian sudah tahu.

Arion langsung menepuk keningnya. Dia sudah menduganya. Ia tahu kalau Axel akan meminta hal yang tidak masuk akal.

"Tidak ada, cari di yang lain sana" kata Arion berusaha mengusir laki-laki di depannya.

"Masa, sih? Aku lihat tadi kamu bawa tumpukan kertas banyak sekali" balas Axel tidak percaya.

"…itu tugas OSIS kak Vincent. Kalau kamu membakarnya, aku pasti akan kena marah" jawab Arion. "Sana minta ke Ray. Pasti dia punya. Kalian 'kan sama-sama pyromaniac"

"Oke, deh. Aku terima saranmu" jawab Axel sambil mengacungkan jempol. Kemudian ia pergi menghampiri orang yang dimaksud Arion.

DENG! DONG!

Tepat setelah itu, bel masuk berbunyi. Para siswa dan siswi langsung duduk di bangku masing-masing. Tak menunggu lama, guru mapel pun memasuki kelas dan memulai pelajaran seperti biasa.

MAFIATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang