Sebuah Nama

120 1 0
                                    

Kepada sebuah nama,

Kamu, seseorang di sana. Entahlah ini perasaan atau apa, yang pasti, selalu ada denyut yang lebih kencang saat aku bertemu denganmu. Apakah kamu juga merasakan hal yang sama?
.
Tapi baik.
Cukup pertanyaan itu kulontarkan dalam hati saja. Tak perlu terkirim ke ponselmu. Perasaan ini sudah berulang kali hadir, hingga aku meyakini bahwa hati memang selalu berbolak balik.
.
Ketahuilah bahwa hubungan yang diawali dengan ucapan 'aku padamu' hanya kamuflase belaka. Jangankan Allah, bahkan negara pun tak sudi mengakuinya. Aku tidak ingin menjadi pacarmu.
.
Aku hanya akan menumpahkan semua rasa, asa, dan cinta pada ia yang jelas-jelas direstui oleh agama, negara, dan keluarga. Pada pasangan yang kelak di-ikat dengan janji suci berkalimat... qabiltu.
.
Sekarang, izinkan aku untuk menunduk saat kita berpapasan, ya. Aku memang selalu tersenyum padamu, tersenyum pada punggungmu. Walau aku harus mengakhiri senyuman itu dengan ucapan istighfar. Dan satu lagi, biarkan kontakmu kusimpan ,tanpa perlu bersaling sapa. Tanpa harus bertanya mesra. Walau sebenarnya ada sejuta kata yang ingin kusampaikan padamu.
.
Ketahuilah bahwa, boleh jadi perasaan kita memang sama, tapi jodoh tidak selalu sama. Aku takut kamu adalah taqdir orang lain. Pula, tak ada jaminan kalau akulah taqdir kamu.
.
Baiklah. Jika kita memang ingin tetap bersama, maka saat ini bersamalah dengan cara mengadah kepada Allah. Bermunajatlah dengan doa yang sama.
.
Berdoalah, semoga perasaan ini bukanlah sebuah dosa. . .

Keyakinan Adalah Soal PerasaanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang