:: one

144 11 18
                                    

REVISI

Wednesday | May 12, 2017 | 2:25pm

Nadine, menatap layar handphonenya selidik dengan mata yang sedikit menyipit. Meyankinkan dirinya sendiri bahwa sekarang belum terlalu sore untuk sebentar saja berdiam di rooftop sekolah. Langit nampak masih menahan senja yang meronta ingin menyeruak segera muncul. Tak terusik, gadis itu terus melantunkan alunan musik dari earphone yang sedari tadi bergelayut di kedua telinganya.

Setelan khas baju sekolah berwarna putih abu yang melekat di tubuhnya ditambah geraian rambut kecoklatan miliknya yang sesekali tertiup hembusan angin yang berlalu lalang memperlihatkan bahwa ia salahsatu murid SMA Bhakti Harapan. Suasana siang itu membuatnya nampak damai dengan kesendirianya di rooftop, hanya berteman alunan musik dan keheningan tapi ia rasa itu cukup. Dia menikmati itu semua, hal yang sederhana.

Nadine sesekali menutup mata dan menenggelamkan dirinya dalam setiap lirik yang mengalun indah bersama melodi yang mengiringinya. Tubuh mungilnya bersandar pada tembok yang tingginya hanya lebih 10cm dari posisinya yang kini terduduk. Sebelah tangannya asik menari menciptakan ketukan ketukan kecil ikuti tempo yang terselip dalam setiap nada yang ia dengar.

Tiba-tiba saja tangan kanannya merasakan panas dan sakit secara bersamaan. Sontak ia terkejut dan meringis melihat jemarinya diinjak oleh seseorang. Tak hanya Nadine yang terkejut, namun yang tak sengaja menginjak jemarinya pun ikut terjolak kaget merasakan kakinya menginjak sesuatu dan samar mendengar ringisan.

''Aww.. ''

''So-sorry... Sini gue liat.'' tanpa basa basi laki-laki itu langsung meraih tangan gadis di depannya dan ikut terduduk.

Perlahan laki-laki itu meniupi dua jemari Nadine yang nampak memerah. Nadine malah ternganga melihat lelaki didepannya yang terus berkutat dengan jemarinya itu.

''Lo bawa air mineral?'' tanyanya singkat yang dijawab anggukan Nadine dan segera mengambil sebotol air mineral di dalam tasnya.

Tanpa diminta dan bertanya, laki-laki itu membasahi jemari Nadine yang tadi diinjaknya. Mengusapnya perlahan dengan sapu tangan yang ia bawa. Lalu menutupi dua jemari Nadine yang selesai ia keringkan.

''Lo kalo naroh tangan tuh jangan disembarang tempat.'' ucapnya lagi datar.

Nadine mengernyit, ''Ya disini kan bias-''

''Meskipun lo mau bilang kalo biasanya rooftop ini sepi, tetep aja ini tempat umum dan lo ceroboh.'' kilahnya memotong ucapan Nadine yang belum terlontar sempurna.

''Loh, kok lo jadi nyolot sih? Gue juga gatau bakal ada orang kesi-''

''Udah untung gue nginjeknya gak sampe bikin tangan lo remuk.'' Potongnya lagi dan lantas bangun lalu menjauh dengan wajah datar yang memang sedari tadi ia tunjukan.

Nadine bergeming menatap sosok didepannya yang menjauh. Mencoba mengepal tangan kananya, namun nihil dia malah merasakan sakit karena pergelangan tangannya yang sedikit terkilir.

Tadi aja baik nolongin, lah udahnya malah nyolot. Manis diawal pahit diakhir,ck-gerutunya dalam hati.

Nadine yang masih terduduk mencoba mengusap dua jemari di tangan kanannya. Saat digerakkan memang sedikit sakit, agak memerah pula. Moodnya tiba tiba kacau, ia memutuskan untuk bergegas pulang ke rumah saja. Saat baru saja terbangun dari duduknya, matanya menangkap sesuatu berwarna navy yang sepertinya bukan barang miliknya. Eh tunggu..

Ini bukannya sapu tangan cowo tadi?

---

Sosok jangkung itu berjalan sedikit tergesa entah kenapa. Sesekali melirik tempat sepi yang ia cari tuk ia jadikan tempat berdiam diri sendiri di rooftop sekolah siang ini.

Heart's DesireTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang