REVISI
Kerumunan orang menenggelamkan Nadine pada suasan riuh dan sesak. Tak heran, waktu menunjukan limat menit lagi menuju bel masuk. Banyak siswa siswi berhamburan karena baru saja sampai ataupun malah sekedar berkelana disekitar lorong untuk nongkrong atau menunggu temannya.
Nadine berusaha keluar dari himpitan yang memiiki kerenggangan yang tidak begitu saja membuatnya mudah melewati kerumunan. Namun akhirnya ia berhasil terbebas dan lantas berlari menuju kelasnya, 10 IPA 2.
Saat hendak berbelok, sial baginya karena tangan kanannya sempat menyentuh pintu dengan cukup keras. Sontak ia meringis kesakitan, sakitnya tepat pada pergelangan tangan dan dua jemarinya yang masih saja memerah.
Sosok perempuan dengan rambut hitamnyayang tergerai lantas berbalik dan menghampiri Nadine saat mendengar ringisan dari arah pintu. ''Yaampun, Nad. Lo gapapa kan?''
Nadine menggeleng, namun tetap mengelus dan mecoba menggerakan pergelangan tangannya begitu perlahan. Tanpa sedikitpun bersuara, ia langsung duduk dikursinya.
''Nad, lo beneran gapapa? Kita ke UKS aja yu, gue khawatir nih nanti tangan lo takutnya malah nambah sakit.'' ajak Abilanisya Azahra -Abila- yang terduduk disebelah Nadine.
Nadine bergeming, ia terus mengelus buku-buku jemarinya sambil sesekali meniupinya agar sedikit meredakan rasa sakitnya.
''Dua hari yang lalu, gue kepeleset di toilet rumah. Terus.. ini agak sakit sih, dan lagi kemaren ada yang gak sengaja nginjek tangan gue sampe jemari gue merah kaya gini. Udahlah gue males ke UKS, lagian masih bisa kalo dipake nulis kok.'' jelasnya tanpa diminta dengan menirukan gaya saat tangan kanan digunakan untuk menulis.
Abila mengangguk paham dengan sedikit khawatir pada sahabatnya itu. Setelah perbincangan yang terbilang singkat sebelum bel masuk, semua bersedia menghadapi kegiatan yang selalu saja diselingi desahan malas ala para pelajar.
---
Tepat dari pintu masuk di ujung kantin, terlihat ada siswa yang tengah berwi-five dengan kerumunan di salah satu meja kantin yang sesak dan riuh siang itu.
''Nad, liat deh.''
Nadine bergeming, tetap asik mengaduk bosan jus pesanannya yang baru ia minum seperempat gelasnya saja. Lamunannya terusik karena beberapa kali Abila menyikut pelan lengannya agar menoleh tuk melihat objek mata yang ia temukan. Dengan malasnya, Nadine mendongak dan tepat saat objek itu sedang menatap ke arahnya.
Dua pasang manik itu bertemu, menelan sepersekian detik waktu dalam tatapan keduanya yang ciptakan suasana teduh.
''Dia liatin lo Nad?''
Nadine tersadar langsung memalingkan wajah berusaha lari dari lawan tatapnya tadi.
''Siapa?'' tanyanya yang mengaduk bosan jus didepannya, lagi.
Abila memutar bola matanya malas. ''Lo pura-pura ga sadar atau gimana sih?''
Nadine menatap temannya itu heran, setelahnya menopang kepalanya di tangan kirinya. Abila terlihat gemas, dia sadar bahwa tadi ada sepasang mata yang nampak memperhatikan Nadine. Entah temannya itu memang tidak sadar, tapi dia yakin tadi Reza melihat ke arah meja yang kini mereka duduki.
Abila menarik nafas panjang saat melihat Nadine justru malah terihat melamun dengan menggerak-gerakan tangan kanannya yang sakit.
''Reza.''
''Ha?'' Nadine nampak bingung, menautkan kedua halisnya yang nampak tidak terlalu tebal itu.
''Tadi dia liat kesini, dan kayanya dia liatin lo.''
![](https://img.wattpad.com/cover/108889575-288-k437707.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Heart's Desire
Roman pour Adolescentstentang bagaimana hati dan hasratnya. tentang bagaimana aku dihatinya.