Lima belas tahun kemudian.
Sheilene merasakan degup jantungnya berdegup kencang. Lagi- lagi ia merasakan hal itu, perasaan aneh yang selalu menghantuinya setiap ulang tahunnya. Perasaan seakan- akan ia tengah diawasi, seakan- akan ia tengah dinanti- nantikan oleh sesuatu.
"Mom, aku merasakan hal aneh ini lagi" Sheilene menatap Hilda dengan tatapan gelisah. Ia menggenggam kalung berlian antiknya erat- erat, keberadaan kalung itu selalu berhasil membuat Sheilene merasa tenang.
"Itu hanya perasaan gugup, ini adalah ulang tahunmu yang ke delapan belas. Kau sudah dewasa" Hilda tersenyum, kemudian meninggalkan Sheilene untuk menyiapkan minuman.
Menghela nafas, Sheilene bergegas menyiapkan dekorasi pestanya. Hilda selalu mengatakan itu padanya setiap saat, tapi Sheilene tau betul bahwa perasaan yang ia rasakan bukan hanya perasaan gugup. Ini sesuatu yang lain, perasaan yang seakan- akan mencakari Sheilene dari dalam, dan setiap tahunnya perasaan itu semakin kentara dan terasa mengerikan.
***
Bau keringat dan asap rokok memenuhi udara, dan dentuman lagu remix mencemari keheningan malam. Lelah, Sheilene berkeliling halaman rumahnya untuk menyapa para undangannya. Yang hampir seperempatnya tidak ia kenali.
"Sheilene, selamat ulang tahun" ucap seorang gadis berambut pirang dengan akrab. Semua orang yang datang hanya untuk menikmati pesta dan mengucapkan selamat ulang tahun benar- benar membuatnya muak. Bahkan Sheilene tidak mengenal beberapa dari mereka, mereka hanya datang dan memenuhi halaman.
"Halo, Sheilene!" orang- orang mulai banyak berdatangan dan menyapa Sheilene. Dulu, mungkin ia akan menyukai antusiasme seperti ini, namun sekarang semuanya terasa begitu mengerikan.
Samar- samar, Sheilene melihat siluet seorang pria di kejauhan. Pria itu menatap Sheilene dengan tajam, tatapan pria itu penuh kerinduan yang sangat menghanyutkan dan seketika jantung Sheilene berdegup sangat cepat. Baru saja ia hendak menghampiri pria itu, namun tiba- tiba pria itu menghilang seakan- akan di telan malam.
Aneh sekali.
***
Tidak ada yang menyenangkan dengan pesta ulang tahunnya tahun ini. Selain ia harus kelelahan menyapa banyak orang, ia juga harus membersihkan kekacauan yang mereka buat tanpa bantuan dari siapapun. Sheilene meletakan tangan di atas jantungnya, perasaan itu bahkan belum hilang meskipun acara ulang tahunnya sudah selesai berjam- jam yang lalu. Seperti ada seseorang membuat lubang besar yang kosong dan menyakitkan disana dan butuh seseorang untuk menempati kekosongannya. Ia sama sekali tidak tau harus pergi dan bercerita dengan siapa, ibunya terus bersikeras bahwa itu hanyalah perasaan gugup sementara ia takut teman- temannya akan berfikir bahwa ia gila.
Hilda berjalan dengan tergesa- gesa menghampiri Sheilene, bahkan ia sudah tidak memperhatikan kekacauan yang di timbulkan oleh putrinya.
"Sheilene," ada sedikit keraguan di dalam suara Hilda yang membuat Sheilene menelan ludah. Apapun yang akan di ucapkan ibunya, pasti bukan sesuatu yang baik.
"Kau sudah pulang?" Sheilene berusaha menghilangkan pikiran yang mustahil dari otaknya dan bersikap natural.
"Ada yang ingin aku bicarakan denganmu, ibu sudah menunggu lama untuk hal ini, jangan khawatir, ini bukanlah sesuatu yang buruk" Hilda menyingkirkan gelas plastik dari sofa kemudian duduk diatasnya dengan gusar.
"Apapun itu, aku harap bukan hal yang membahayakan nyawaku" Sheilene memaksakan bibirnya untuk tersenyum dengan leluconnya yang canggung.
"Kita akan pindah ke luar kota" Hilda meremas tangan Sheilene yang terlihat syok dengan keputusan yang di buat ibunya.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Kings Hearts #1 (Cursed Castle Series)
VampireArthur Blackpearl. Kalau kau tidak pernah mendengar nama itu, kau sangat beruntung. Ia adalah pejuang besar yang haus darah, tak mengenal belas kasihan terhadap musuh tanpa mengenal jenis kelamin dan usia. Seorang raja vampir berusia ribuan tahun...