8. Menganggu

18 0 0
                                    


Entah sampai kapan seperti ini. Hanya bisa menatapmu dalam diam, mengagumimu dalam kesunyian, menyayangimu dalam kesendirian.

********

Adara lagi-lagi memegang kepalanya yang mulai terasa pening. Selalu seperti ini, Ia segera bangkit dan duduk dengan masih mengeggam selimut tebalnya. Lalu, mengambil obat di atas nakas tepat disamping tempat tidurnya.

Ia memasukkan obat kapsul yang Ia pegang kedalam mulut, dan meminum segelas air yang sudah biasa Ia siapkan diatas nakas.

Mulai merebahkan badannya kembali. Sudah sedikit mereda rasa sakit dikepalanya, yang selalu datang tiba-tiba jika ia sedang memikir keras.

Adara mulai memejamkan matanya kembali, terasa nyaman dihari meliburkan diri sendiri yang cerah ini. Ia bisa beristirahat sejenak dari kekejaman dunia yang selama ini Ia alami.

Sepertinya Ia memang sudah sepantasnya mengalami kekejaman dunia ini.  Buktinya sejenak saja Ia ingin merasakan tidur dengan nyaman. Kenapa sulit sekali?

Adara memejamkan matanya saat bel itu terus bunyi berulang-ulang.

Mau tidak mau Ia harus bangkit dari kasurnya karena Ibunya sedang keluar.

Pening dikepalanya semakin kuat,Ia berusaha keras untuk bangkit dari tempat tidur dan menyeimbangkan tubuhnya. Bisa-bisanya mengganggu ketenangannya, Siapa pun itu, Adara akan menghabisinya!

Saat membuka pintu, Adara geram melihat wajah Rangga dengan senyuman sok polosnya berdiri di depannya seraya membawa beberapa bingkisan.

"Tau darimana rumah gue?"

"Gue ga ditawarin masuk dulu gitu?" Tanya Rangga dengan cengiran polosnya.

Adara menggeser tubuhnya memberi jalan. Rangga memasuki rumahnya dan langsung duduk di bangku ruang tamu.

Ia menutup pintu lalu mengikuti Rangga, duduk di depan Rangga.

"Lo bolos?" Tanya Adara seraya melihat Jam dinding yang masih menunjukkan pukul 09.00 pagi.

Lagi lagi Rangga tersenyum polos. "Nih buat lo." Ujarnya seraya meletakkan beberapa bingkisan itu diatas meja.

Adara mengeryitkan dahinya "Apan nih?"

"Sesajen."

"Serius." Ujar Adara kesal.

Rangga menatapnya datar "Ya lagi pake nanya, Itu bingkisan buat lo, kan hari ini lo gamasuk karena sakit jadi gue jenguk lo secara sukarela."

Adara hanya mengangguk saja seraya membuka beberapa bingkisan itu. Ia tersenyum senang saat melihat dalamnya. Ada susu, buah-buahan, roti, dan cemilan lainnya.

Lumayan, kulkas yang selama ini kosong hanya diisi beberapa sayuran dan es batu akhirnya bisa terisi dengan beberapa makanan.

Adara mengeryit dahinya lagi.  "terus?kenapa lo jenguknya sekarang?kenapa ga nanti aja balik sekolah?"

Rangga lagi-lagi hanya menampilkan cengiran polosnya. "Hehehe, gue kangen, kalo gaada lo jadi hampa.

Hampir saja, Adara memuntahkan bubur yang Ia makan tadi pagi. 

"Najis lo."

Rangga mengabaikan hujatan Adara, Ia teringat dengan Aldev saat disekolah tadi.

"Oiya. Dar, Aldev itu siapa si?"

"Emangnya Kenapa?"

"Engga, tadi dia disekolah nanyain lo, katanya kenapa lo sampe bisa gamasuk? Mukanya kaya khawatir banget gitu. Dia gebetan lo ya?" Tanya Rangga dengan wajah penasaran

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Oct 12, 2017 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

It's YOUTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang