♡ Cheating 2 ♡

667 55 60
                                    

Edisi revisi. Enjoy ya.

Mendadak alarm dalam kepala gue berbunyi

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Mendadak alarm dalam kepala gue berbunyi.  Ini tak boleh diteruskan!  Bahaya.  Gue mendorong tubuh Jungkook hingga ia jatuh terjengkang di lantai.

"Iiihh Noona, kenapa Kookie didorong sih?  Sakit tauk," rajuknya manja.  Ia memegang pantatnya yang baru saja ciuman dengan lantai.  Gayanya terlihat polos dan menggemaskan, bikin gue tak tega memarahinya.

Gue bangkit berdiri, dan mengacak~ngacak rambut tebalnya.  "Jangan coba~coba lagi bikin Noona jadi sparing pengalaman kelelakian lo!"

Kookie langsung protes begitu mendengar ucapan gue.  "Noona, kau tahu betul itu tak benar.  Kookie tulus mencintai Noona!"

Gue tersenyum lembut padanya.  "Kookie lo masih kecil.  Lo belum bisa membedakan sayang dan cinta."

Kookie menggerang frustasi.  "Kookie akan terus membuktikan kalau Kookie betul~betul cinta Noona."

Gue tersenyum meledeknya, kemudian berjalan meninggalkan kamarnya.

"Noona mau kemana?"

"Mau gabung dengan yang lain.  Berduaan sama elo bikin otak lo error, Kookie!"

Gue menahan senyum melihat Kookie mengerucutkan bibirnya.  Imutnya.

"Ntar malam Noona tidur disini ya," rayunya dengam puppy eyesnya.

"Ogah, ntar lo grepe~grepe.  Gawat!"

"Ayolah Noona, Kookie janji gak akan ngapa~ngapain.  Kookie akan jadi anak manis.  Swear!"  Ia mengacungkan telunjuknya, membentuk huruf V.

Mengapa gue gampang lemah terhadap makhluk imut ini?

"Ntar lihat dulu deh.  Masalahnya Tae bakal marah kalau gue gak tidur di kamarnya."

"Ck, Kookie yang akan ngomong sama Taehyung Oppa.  Tenang saja Noona," kata Kookie optimis.

==== >(*~*)< ====

"Tidak!" ucap Taehyung tegas.  "Malam ini Oku harus tidur di kamar gue.  Dia milik gue."

Gue langsung menoyor kepala kembaran gue.  Nih orang kalau ngomong suka ngawur, ambigu banget jadinya!

"Apa sih?" protes Tae.

"Ngomong dipikir dulu.  Penistaan seksual jadinya kan."

Tae meleletkan lidahnya menanggapi protes gue.  Malas ih melayani dua cowok childish ini.  Gue beranjak mendekati Yoongi Oppa, dari tadi ia masih sibuk dengan korannya.

"Baca apaan sih, Oppa?  Sepertinya asik sekali."
Gue melirik koran yang dibaca Yoongi oppa.

Daebak!

Dia membaca gossip tentang Sehun dengan teman modelnya, Crystal.  Gue terkekeh geli membaca judul berita itu.

"Lo enggak cemburu membaca berita ini Oku?" tanya Yoongi oppa.

"Enggak mungkinlah.  Gue tahu Sehun gak mungkin selingkuh."

"Wah percaya banget lo sama cowok lo," puji Yoongi oppa.

"Bukan begitu.  Gue tahu Sehun punya phobia khusus, ia benci disentuh orang."

Itu juga sebabnya Sehun sering menolak job foto dengan model lain.  Kalau pun terpaksa memenuhinya, dia tak mau ada scene skinship dengan orang lain.

"Aeyo, jadi selama kalian pacaran lima tahun Sehun tak pernah menyentuh lo?" tanya Namjoon oppa yang mendadak ikutan nimbrung.  Alarm cowok ini peka banget kalau menyangkut urusan beginian!

"Ya enggaklah, gue udah ciuman sama dia meski gak sering~sering banget," jawab gue polos.

Itu juga banyakan gue yang inisiatif dibanding dia.  Gue pacaran dengan Sehun setahun, baru bisa mencapai tahap gandengan.  Dua tahun baru tahap pelukan.  Tiga tahun baru tahap cium kening dan pipi.  Empat tahun kami pacaran, barulah ada adegan cium bibir.  Ini guenya yang terlalu sabar atau tragis ya?  Eh gak connect banget.

Namjoon terperangah mendengar jawaban gue.
"Jadi kalian ciuman pipi doang?  Apa bedanya dengan pacaran anak TK!" cemooh Namjoon oppa.

"Ciuman bibir tauk!" bantah gue.

"Cuma itu?  Gak raba~raba.."  Namjoon meraba dada dan bagian bawahnya.

Kampret, dasar cowok mesum!  Wajah gue yang merona merah, membuat Namjoon tertawa mesum.

"Yaelah, Oku masih belum terjamah!  Sini Hyung ajarin grepe~grepe ria," goda Namjoon oppa.

Gue sontak menjerit dan berlari menghindari Namjoon oppa.  Sampai menginjak sofa yang diduduki Taehyung dan Kookie.  Taehyung mengaduh saat gue tak sengaja menginjak pahanya.  Sedang Kookie dengan lihai memanfaatkan momen itu dengan mengangkat tubuh gue sebelum gue menginjak pahanya, lalu ia mendudukkan gue di pangkuannya dan dipeluknya dari belakang.

"Yeeeee, Kookie yang menang!" teriaknya riang.

Gue jadi melongo mendengar teriakannya.

"Lo menang apaan sih?" tanya gue bingung.

"Lomba menangkap Noona," jawabnya polos.

Namjoon oppa terkekeh geli.

"Aeyo, siapa yang ngadain lomba konyol begitu?  Gue tadi modus ingin grepein Oku.  Dia kan belum terjamah oleh Bihun dodol itu!"

Wajah gue memanas.  Sesaat gue tergoda ingin menceburkan Namjoon oppa ke kolam piranha.

"Noona belum pernah disentuh sama orang itu?  Mau Kookie yang ngelakuinnya?" tanya Kookie malu namun tak bisa menyembunyikan rasa senangnya.

"Yakk! Kookie.  Ngapain lo ikut~ikutan mesum gini?!" 

Gue jitak kepalanya dengan kesal.

==== >(*~*)< ====

"Tae, gue pinjam kaus lo ya!" teriak gue pada kembaran gue yang berada didalam kamar mandi.

"Iya," sahut Tae singkat.

Gue membuka lemari baju Tae.  Lumayan rapilah tatanannya dibanding punya Kookie yang super amburadul.  Gue menemukan poster Supergirl ditempel didalam dinding lemarinya.  Kok wajahnya nampak familiar?  Ya ampun itu wajah gue!  Gue melirik poster lain dan menyadari satu hal.  Tae demen banget memasang wajah gue ke poster tokoh-tokoh favoritnya.  Ada minion versi gue, ada Shizuka versi gue, ada Desi bebek versi gue  dan sebalnya ada kungfu panda versi gue  juga hulk versi gue.

Haizzz, kembaran gue ini masih saja berkutat dengan problem Sister Complexnya deh.  Itu sebabnya dari dulu ia paling tak suka pada Sehun.  Tae memang paling dekat dengan Kookie meskipun mereka sering berdebat tentang segala hal, kecuali dalam hal ngerjain Sehun mereka jadi kompak banget.  Kasihan ya cowok gue.

Gue meminjam satu kaus oblong putih punya Tae, gue paduin dengan celana pendek hawaii gue.  Jadinya kayak gue gak pakai celana deh, berhubung ketutupan sama kaus Tae yang kebesaran buat gue.  Hehehe..

Gue baru saja merebahkan tubuh gue di kasur king size Tae ketika Kookie dan Tae kompakan muncul.  Kookie muncul dari luar  kamar sedang Tae muncul dari dalam kamar mandi.  Mereka saling menatap tak suka, lalu mendadak berlari dan melompat ke kasur!

Bleg!

Gue jadi terjepit diantara mereka berdua.

"Ih sempit, minggir sono!" usir gue semena~mena.

"Yakk!  Ini ranjang gue, Oku!  Masa gue yang diusir?!" sembur Tae.

Gue melirik Kookie, terlihat dia mengerucutkan bibirnya dengan gayanya yang menggemaskan.

"Kookie gak mau pindah!  Kalau Noona mau ikut ke kamar Kookie barulah Kookie mau pindah!" katanya bersikeras.

Tae kehabisan kesabaran, dia menggapai ke daerah Kookie untuk mencengkeram kausnya.  Gue jadi sumpek dan suntuk terkena tindihan tubuh Tae!  Dengan kesal gue mendorong tubuh Tae dan langsung bangkit berdiri.

"Udah lo berdua aja yang bobok disini.  Gue nebeng di kamarnya Jimin."

"Tidak!" bantah mereka berdua kompak.

"Noona, gak usah pindah.  Lihat, tempat Noona lega kok."

Kookie menggeser tubuhnya ke ujung kasur dan menendang Tae supaya bergeser kearah sebaliknya sehingga menyisakan tempat di tengah yang cukup lebar.  Gue mengalah dan kembali rebahan lagi di antara mereka.  Baru saja gue berbaring, mereka langsung beringsut mendekat.  Ini mah sami mawon.  Gue merasa dijebak!

"Noona ayo tidurin Kookie," pinta Kookie manja sambil menaruh kepalanya di ceruk leher gue.

Ck!  Kalimat bocah ini ambigu banget sih.  Tae spontan menjitak kepala Kookie.

"Apaan sih!  Kookie kan cuma pengin diusep~usep rambutnya biar cepet bobok," kata Kookie polos.

Tangan gue ditaruh diatas rambutnya.  "Ayo Noona, usepin."

Gue tertawa memperhatikan gaya manjanya.  Lalu gue usep~usepin rambut tebal Kookie.  Dia nampak puas mirip anak anjing yang dibelai majikannya.  Tae jadi iri, ia ikut menaruh kepalanya di bahu gue.

"Oku, gue juga mau dong diusepin," katanya merajuk.

"Ck!  Gak tau malu ya?!  Lo kan udah gede," cemooh gue.

"Gue sama Kookie cuma selisih empat tahun doang!" protesnya kesal.

"Empat taun itu banyak, Nyet!  Sok imut lo."

Tae merengut. Ia lalu berbalik tidur memunggungi gue.  Melihatnya Kookie tertawa penuh kemenangan tapi saat gue meliriknya, dia langsung memasang tampang polos dan manja.  Gue jadi berasa kayak emak~emak yang tidur ngelonin dua anak balitanya.

Tae yang udah terlelap berbalik menghadap gue, kepalanya disandarkan di bahu gue.  Sedang Kookie masih tetap setia di posisi awalnya.  Gue pikir mereka berdua telah tertidur.  Eh ternyata si bayi gede Kookie menggumam pelan, "Noona, leher Noona wangi sekali.  Kookie paling suka wangi tubuh Noona.  Boleh cium?"

Belum juga gue menyahut 'gak boleh', dengan cepat ia bergerak mengecup leher gue.

Cup.

Hati gue bagai tercubit, geli.  Sial bocah satu ini telah membuat gue deg deg deg an aja!  Jiahhhhh, sekarang dia malah mencium leher gue dan.. what!  Dia menghisapnya.  Gue mendorong kepalanya menjauh, tapi terlambat.  Dia berhasil membuat tanda merah kecil disitu.

"Kookie!" bentak gue jengkel.

"Maaf Noona, leher Noona enak rasanya.  Kayak Lolipop," sahutnya polos dan malu~malu sambil menggaruk tengkuknya yang tak gatal.

Dan seperti biasanya gue tak bisa marah pada bocah imut satu ini.

Haizz..

==== >(*~*)< ====

"Kok lama?" tanya Sehun kesal saat gue masuk mobilnya.

"Biasa, mereka berebut ingin mengantar gue kuliah," jawab gue sambil mengecup pipi Sehun.

Kalau sama gue Sehun sudah merasa nyaman, gue bebas menyentuhnya dimana saja.  Tapi terhadap orang lain, dia benci disentuh.

"See, mereka semua pada modus sama kamu kan."

"Kan modus sama saudara sendiri.  Mereka semua pengidap Sister complex, seperti Tae."

Sehun mendengus dingin.  "Pasien pengidap Sister Complex yang paling akut datang!"

Kookie membuka pintu belakang mobil Sehun dan tanpa permisi duduk di bangkunya.

"Noona, tolong antarin Kookie sekolah ya," pintanya manja.

Gue melirik Sehun yang duduk di samping gue.  Dia jelas nampak keberatan.

"Kookie, bukannya biasanya lo diantar Jin oppa?"

"Jin oppa baru saja pigi.  Ayolah Noona, masa Noona tega menyuruh Kookie naik taksi?"

"Ada Tae kan?"

"Yaelah bisa dibantai dulu Kookie sebelum diantar ke sekolah."

Gue menghela napas.  "Sehun, bagaimana?"

Sehun tak menjawab.  Dia menstarter mobilnya, mulai menjalankannya.  Kookie tersenyum penuh kemenangan, diam~diam dia mengedipkan matanya ke gue.

Daebak!

Bocah ini sengaja ya, ada Sehun juga.  Tiba~tiba Kookie memajukan duduknya hingga jaraknya semakin dekat pada gue dan Sehun.  Gue bisa mencium wangi tubuhnya yang menyegarkan itu.

Sehun mulai merasa tak nyaman berdekatan dengan orang lain dalam jarak sedekat ini karena phobianya.  Sepertinya Kookie sengaja ingin menyiksa Sehun.  Dia mendekati Sehun dan mengendus~ngendus di dekat leher Sehun.

"Hyung, lo pake parfum apa?  Wangi juga!"

Sehun kaget, setirannya jadi oleng.  Gue menarik Kookie supaya menjauhi Sehun dan mendekat ke gue.  Kayaknya tindakan gue salah besar.  Kookie dengan manja menaruh kepalanya di bahu gue.

"Noona juga wangi.  Kookie suka banget wangi tubuh Noona!" ucapnya manja sambil menduselkan wajahnya ke leher gue.

Kampret nih bayi gede.  Dia sengaja ingin memanas-manasi cowok gue.  Sehun melotot garang kearah kami.  Gue sadar diri, dengan cepat gue mendorong kepala Kookie supaya kembali tegak.

"Yah Noona, pelit ah!  Padahal semalam kita tidur seranjang," protesnya manja.

Gue melotot geram pada bayi gede ini.  Liciknya, dia berniat merusak hubungan gue dan Sehun!

"Kamu tidur di kamarnya?" tanya Sehun dingin.

"Enggak!  Gue tidur di kamar Tae.  Kookie memaksa ikut bobok di ranjangnya Tae," kata gue menjelaskan.

Sehun diam saja, sepertinya dia marah.  Gawat!

"Ih, leher Noona ada merahnya.  Apa itu gegara Kookie.."

Gue langsung membekap mulut Kookie yang sengaja ingin menunjukkan hasil kelakuannya semalam.

Sehun melirik leher gue untuk melihat tanda itu.  Matanya menatap gue dengan pandangan bertanya.

"Digigit nyamuk nakal semalam," kata gue cengengesan.

Nyamuk babon yang lagi gue bekap sekarang, tambah gue dalam hati.
Kok gue berasa seakan menyembunyikan hal yang kotor dibelakang cowok gue?

==== >(*~*)< ====

Kami telah menurunkan Kookie di sekolahnya, dia mau turun setelah sempat protes.  Kookie ingin gue diturunkan dulu sebelum dia.  Sinting tuh anak!  Dia bisa terlambat kalau gitu.

Memang mengantar Kookie membuat rute kami berputar lumayan banyak.  Secara kampus gue dan Sehun lebih dekat dari rumah dibanding sekolah Kookie.

Cittt..

Mendadak Sehun menghentikan mobilnya di pinggir jalan.

"Mengapa, Hun?" tanya gue bingung.

Dia tak menjawab.  Malah mengeluarkan tissu basah antiseptik dari dashboard mobilnya.  Dia membuka kancing atas kemeja gue hingga membuat gue panik.

"Sehun, lo mau apa?"

Wajah gue merona merah, tapi Sehun bersikap biasa saja.  Dia baru berhenti setelah membuka tiga kancing atas kemeja gue.  Lalu dia mengelap bahu gue dan leher gue dengan tissu basah yang tadi dikeluarkannya.

"Aku tak suka cewekku disentuh cowok lain," dengusnya dingin.

Sial, gue sempat berpikir yang aneh~aneh ternyata ini berkaitan dengan phobianya.  Sampai membawa tissu antiseptik dan cairan antiseptik kemana~mana!  Sehun menggosok keras di bagian leher gue yang ada tanda merah seakan ingin mensterilkan kuman saja.  Tapi tak bisa, yang ada gue malah meringis kesakitan.

"Itu kerjaan nyamuk Hun, bukan orang!" sanggah gue.

"Aku  juga tak suka cewekku dicium nyamuk, apalagi nyamuk nakal!" sindirnya.

Ya ampun, kumat lagi dia.  Ini yang dilakukannya setiap kali dia merasa gue disentuh cowok lain secara intim.  Setelah itu, dia tak mau menyentuh gue paling gak selama seminggu.

Yaelah alamat tak dapat jatah selama seminggu gue.  Jangan piktor lho, maksudnya jatah ciuman doang!

Ciuman aja!  Tak lebih..

==== >(*~*)< ====

Bersambung..

10. Cheating With You! (END) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang