Part 16 (Kampung Halaman)

50 9 0
                                    


Aku bangun pagi-pagi sekali untuk bersiap-siap pergi ke Bandung bersama Kevin. Entah mengapa aku sangat bersemangat sekali pagi ini. Mungkin ini bukan pertama kalinya aku ke Bandung bersama Kevin, karena beberapa hari lalu aku sempat kesana bersama Kevin untuk pemotretannya, namun kali ini berbeda dengan waktu itu. Kali pertama Kevin mengajakku ke Bandung aku tidak tahu bahwa ia akan membawaku kesana, waktu itu juga ia hanya mengajakku ke tempat pemotretannya tanpa ada tujuan khusus. Sementara saat ini Kevin benar-benar mengajakku ke Bandung untuk mengunjungi kampong halaman lama kami. Ia mengatakan akan mengantarkanku mengunjungi makan nenek di Bandung nanti. Dan mungkin ibuku akan kaget ketika tahu aku akan ke Bandung lagi pagi ini karena aku belum sempat membertahunya terlebih dahulu.

"Mau kemana Kak? Kok pagi-pagi gini udah rapi?", tanya ibuku kebingungan saat aku memasuki ruang makan untuk sarapan.

"Rain mau ke Bandung ya Bun sama Kevin. Mau ke makam nenek."

"Loh kok dadakan sih? Bukannya kamu beberapa waktu lalu udah di culik Kevin ke Bandung, sekarang mau kesana lagi?" benar saja dugaanku, ibuku benar-benar kebingungan sekarang melihatku hendak pergi ke Bandung lagi.

"Iya tapi kemarin ngga ke makam nenek, kemarin Rain Cuma ikut Kevin pemotretan.", jawabku sambil melahap nasih pecel di hadapanku.

"Bukannya apa saya, Bunda Cuma khawatir aja sama keadaan kamu, Bunda takut kamu kecapean. Bunda ngga mau kamu sampai drop lagi."

"Bunda tenang aja, Rain bisa jaga diri kok.", Kataku berusaha meyakinkan Bunda, kemudian aku beranjak keluar begitu mendengar suara klakson mobil dari luar rumah. "Itu Kevin deh Bun kayanya. Yaudah aku berangkat dulu ya Bun.", pamitku sambil mencium tangan Bunda dan mengecup kedua pipinya.

Aku berjalan menuju pintu rumahku degan tergesa-gesa, khawatir Kevin akan kecewa bila harus menunggu lebih lama. Begitu aku membuka pintu aku sungguh terkejut melihat Kevin yang telah berdiri bersandar pada mobilnya dan memegang sebuket bunga besar di depan rumahku, dengan senyuman yang amat sangat ramah yang seingatku belum pernah ia tunjukkan selama kami bertemu lagi. Tanpa ragu aku langsung mengahmpirinya dan membalas senyumannya padaku.

"Selamat pagi Nona, boleh kah saya memberikan bunga ini kepada anda?", tanyanya begitu manis hingga membuatku tersipu sekaligus tersanjung di waktu bersamaan. "Aku tau kamu pasti berpikir aneh-aneh tentang aku sekarang, tapi yang aku lakuin saat ini hanya untuk merealisasikan apa yang aku katakana kemarin."

Aku berusaha menahan tawaku begitu mendengar cara Kevin berbicara padaku, sungguh berbeda dari biasanya, ia bahkan berbicara Aku-Kamu sekarang. Aku meraih buket bunga dari genggamannya. "Sejak kapan kita ngomong pake Aku-Kamu?"

"Sejak saat ini. Kan tadi aku udah bilang kalau aku mau merealisasikan apa yang udah aku katakana sama kmau kemarin, bahwa aku ingin kita memulai semuanya dari awal untuk Rain, dan aku pengen bersikap seperti dulu lagi untuk Velo. Jadi aku harap mulai sekarang kamu berusaha untuk menyesuaikan apa yangaku lakukan."

"Oke fine. Berhubung kemarin aku bilang setuju, aku bakal berusaha." Kevin tersenyum begitu mendengar jawaban dariku, kemudian membukakan pintu mobilnya untukku dan mengisyaratkanku untuk masuk ke dalam mobilnya.

********

Tujuan utama kami adalah makam nenek, sehingga kami langsung menuju kesana begitu kami tiba di Bandung. Aku menatap lingkungan sekitar makam yang tak jauh dari rumah lama nenekku, rasanya seperti dibawa pada masa lalu, ketika aku masih kecil dan sering berkunjung disini. Mungkin daerah ini sudah banyak berubah karena zaman, namun kenangan yang pernah ada disini sampai kapanpun akan tetap tersimpan tanpa ada yang berubah.

Rain's Love (REVISI)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang