Bad day

8 0 0
                                    

"Merasa bahagia untuk hal-hal konyol, itu salah satu tanda kasmaran kan ?"

Begitu Thatiana keluar dari istananya. Kalo menuruy Thatiana itu istananya, kalo menuruy Ran itu kandang babi, kalo menutut Aya itu Kamar Thatiana si ajaib.

Thatiana harus menerima kenyataan puntu kamarnya yang langsung berhadapan denhan ruang tv dan meja pentri yang jadi pembatas ruangan tv dengan dapur mereka.

Disana sedang dudu si moster mempesona sedang duduk sambi menikmati nasi kuningnya deng khitmat. Apa dia sangat menyukai nasi kuning sampe harus makan dengan ekspresi seperti itu.

Namu dewi batin Thatiana tidak bisa memungkiri dia pria satu-satunya yang terlihat tampan ketika makan nasi kuning. Dewi batin Thatiana mungkin sudah gila. Jika bisa di analogikan dewi batin Thatiana tidak pernah banyak membantu dalam hidupnya. Bukan mirip dewi lebih mirip iblis menyesatkan.

Thatiana berniat masuk kembali kedalam kamarnya karena merasa canggung. Thatiana menyadari jika mereka hanya berdua di apartemen ini karena sudah pasti pagi ini adalah senin dan semua sahabatnya ada jadwal kuliah. Jika dia memutuskan mengikuti saran dari dewi batinnya. Untuk mecoba mendekati Ferdi itu hanya akan menanmbah kecanggungan mereka. Dan Thatiana tidak akan menyukai ide konyol mencoba akrap dengan pria asing. Tapi ketika Thatiana baru saja berbalik dan mencoba membuka pintunya. Tiba-tiba suara itu terdengar. Membuat dewi hatinya menjerit bahagia.

"Apa kamu mau sarapan ?"
Thatiana tersentak kaget hampir menjerit mendengar suara itu. Bukan jeritan senang yang sedang di teriakan dewi batinya. Tapi dia benar-benar terkejut. Pasalnya kemarin dia sudah menetapkan hatinya untuk berpura-pura bersikap biasa saja di depan dirgantara yang satu ini.

Thatian dengan berat hati harus menanggapi kalimat itu kan. Bukan, bukan karena untuk memuaskan hasrat dewi batinya. Hanya untuk kesopanan. Jadi Thatiana memutuskan memutar tubuhnya dan mendekat.

"Ah iya, apa Bang Ferdi tidak keberatan jika aku bergabung utuk sarapan." Thatiana berusaha dengan santai duduk di depan ferdi menutupi kecanggungannya.

"Ya silahkan." masih dengan wajah datar dan tanpa merubah posisinya sambil mengunya. Ferdi menyodorkan kantong plastik berlogo toserba ke depan Thatiana.

Thatiana menatap plastik tersebut dengan bingung.

."sarapan mu" fedi menjawab tatapan bingun gadis di depannya.

"Oh jangan repot-repot bang." meski dewi batinya berteriak girang karena dibelikan sarapan dari pria idamanya. Oh plis apa baru saja dewi batinya menyebutkan jika Ferdi adalah pria impianya. Itu pria impian dewi batin Thatiana. thatiana harus menegaskan lagi jika bukan Thatiana yang menyebut itu.

"Tidak repot, saya keluar untuk membeli sarapan dan lewat toserba jadi sekalian saya belikan sarapan untukmu."

Tentu saja ini menjadi canggung. Thatiana bertanya-tanya kenapa dia membelikan Thatiana sarapan. Thatiana selalu mebcurigai pria semacam ferdi. Pria tampan hanya akan membawa masalah dalam hidupnya. Thatiana selalu menghindari mereka. Namu dewi batinya lah yang bertindak seperti jalang yang mendadak bahagia.

Demi kesopanan kembali, dan Thatiana tidak bisa bersikap judes dengan abang dari sahabatnya dan mungkin akan menjadi saudaranya kan. Jadi Thatiana memustuskan mekihat isi kantong plastiknya.

Ketika membukannya Thatiana hampir terkena serangan jantung sangking kagetnya.

Thatiana melihat 1 kotak wafer coklat dan 2 kotak minuman sari kacang hijau. Dewi batinya berteriak girang. Namun Thatiana mengirimkan alram berbahaya. Dewi batinnya yakin jika pria ini dirgantara lainnya. Pria yang Thatiana berharap tidak akan pernah di temuinya lagi.

The World of ThatianaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang