Damai sebelum Badai

6 0 0
                                    

"Apapun yang keluar dari mulutmu ketika kamu marah, pada akhirnya hanya akan kamu sesali. Jadi lebih baik diam"

Satu minggu penuh kedamaian karena ferdi dirgantara tidak pernah muncul lagi di apartemen mereka. Setelah tragedi pengusiran dramatis oleh Thatina yang di lengkapi adegan pingsan karena kelaparan. Hari damai Thatiana harus terenggut kembali.

Di selasa siang ketika Thatiana sedang sibuk mendengarkan profesor Adnan menjelaskan masalah sulitnya tenaga kerja wanita untuk maju di indonesia. Karena, paradigma di masyarat yang masih selalu berpikir dan membeda-bedakan pekerjaan yang bisa di kerjakan wanita dan tidak. Serta membahas isu-isu terkait hal itu termadul feminisme yang sekarang sedang gencar di perjuangkanwanita-wanita pekerja indonesia.

Thatiana mendadak gugup ketika mengecek hpnya yang bergetar untuk kesekian kalinya. Lima panggilan tidak terjawab. Jelas sekali nama yang tertera disana mendadak membuat kepalanya berdenyut nyeri.

Bang.Edinan ...

Thatiana menggenggam hpnya dengan tangan bergetar ketika panggilan itu masuk kembali.

Hal yang paling membuatnya muak di dunia ini adalah harus berhubungan dengan edinan kakak ke duanya. Jadi dengan tidak masuk akal Thatiana lansung mematikan hpnya. Ketika lagi-lagi panggilan itu masuk.

Thatiana kadang bertindak tidak masuk akal. Dia benci nertemu orang baru,brnci suara telpon,Thatiana lebih suka nerbalas pesan dari pada berbicara ditelpon dengan seseorang. benci seseorang bertamu ke apartmen mereka jika tanpa ijinnya.

Dan Thatiana harus menerima kenyataan pahit jika hari- hari penuh kedamaiannya lenyap ketika Thatiana memutuskan untuk langsung pulang le apartemen begitu kuliahnya selesai karena sudah cukup sore.

Di sana di meja pentrinya kakak laki-lakinya. Elvian sedang duduk dan mengobrol mesra dengan Rania.

Thatiana menelan ludah dan berjalan mengehlah napas berat sambil berjalan ke arah dua orang itu. Elvian mengertkan keningnya sambil tersenyum.

Ketika pulang ke apartemennya Thatiana di kejutkan dengam kehadiran salah satu kakak laki-lakinya. Thatian tidak tau dia harus khawatir atau tidak karena tidak aneh jika kakak laki-lakinya ada disini kan. Namun, Thatiana tidak tidak khwatir karena sebelumnya dia mendapat telpon. Tapi saja dia memang sedang cuti bekerja karena ingin bertemu kekasihnya, namu Thatiana juga tidak bisa menutupi rasa khawatirnya akan sesuatu.

"Abang !" Thatiana masih berusaha menanpakkan mimik wajah biasa saja sambil mendekat ke arah Elvian yang sedang asik mengobrol dengan kekasihnya di meja pentri dapur.

"Hai.. Udah pulang kuliah ?" Elvian memperhatikan adiknya yang sekarang sudah duduk di sebelah kekasihnya.

"Bang, Ran harus balik ke kampus soalnya masih ada kuliah. Bang vian sama Thatiana dulu ya, istrahat aja kalo capek. Ran gak lama." Ran bangkit berdiri lalu mencium tangan dan pipi elfian sekilas. Mengamil tasnya di sopa ruang tv dan pergi meninggalkan apartemen.

Meski itu terlihat natural, Thatiana tau Ran sengaja meninggalnya dengan Bang vian. Karena ada Bang vian ingin bicara. Wah pasangan kekasi ini benar-benar pasangan tangguh.

Elvian menghelah napas, karena kecanggungan dan kehiningan mereka. Setelah ran meninggalkan mereka untuk bicara. sebelum kejadian itu mereka tidak pernah menjadi secanggung ini. Elvian menyesali segalanya karena terlalu sibuk dengan urusan pribadinya sehingga tidak menyadari konsidi adiknya yang terpuruk sendirian. Dan berkubang dengan masalahnya sendiri.

"Apa kamu baik-baik saja dek ?"

Thatiana hanya mengangguk dan tersenyum sebagi jawaban.

"Apa abang dan Kak Ran baik-baik saja ?" sebenarnya canggung sekali memanggil rania dengan sebutan itu. Tapi karena rania memang lebih tua satu tahun darinya dan calon kakak iparnya untuk kesopan Thatiana menyerah dan mencoba memperlakukan Rania dengan hormat di hadapan abangnya.

The World of ThatianaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang