Chapter 4

5.1K 111 23
                                    

"Aku suka sama kakak." Dia melontarkan kalimat itu lagi."iya,gua tau lo suka sama gue," ujarku tanpa melihatnya,dan sebyuman kembali muncul di bibirku.
                          ***
"Di sini lo ternyata" suara Fartan sedikit mengejutkanku yang tengah bermain gitar di taman belakang sekolah, di bawah pohon yang selalu aku
duduki saat sedang ingin sendiri.

"Kenapa?" tanyaku sambil tetap memetik senar dan memainkan melodi.

"Pelajaran udah mau dimulai tuh, gila lo, mau sampe kapan mojok di sini? Mending kalo mojoknya sama cewek, ini
malah mojok sendiri,kesambet baru rasa lo," oceh Fartan sambil ikut menjongkokkan tubuhnya di dekatku.

"Rasa apa?" tanyaku lagi masih asyik mengalunkan melodi.

"Rasa cinta, haha... Ya managua tau rasa apa!Gua gak pernah kesambet"lanjutnya geli.

"Gak ada yang namanya cinta," ujarku datar sambil beranjak dan membersihkan celanaku.

Ada aja lagi ni orang percaya cinta. Lo pasti jatuh cinta nanti, itu dah hukum kehidupan," Fartan ikut beranjak.

Gak percaya gua," kulangkahkan kaki menuju sisi samping gedung sekolah dan Fartan mengikutiku.
"Kan cewek sekolah ini banyak tergila-gila sama lo. Terus banyak anak kelas satu
yang Kece juga. Kenapa gak lo coba pacarin aja?" Ni orang mulai ngelantur, batinku.

"Eh, udah bel!" kata Fartan panik.
"Inikan pelajaran pak samosir ! Gara-gara jemput lo, nih,"Fartan semakin mempercepat jalannya,sementara aku hanya melangkah santai sambil membawa gitar sekolah.

*Toktok"
"Bah dari mana saja kalian?"tanya Pak Samosir dengan logat Batak-nya langsung mengintegorasi kami."Dan kau, Ali, kenapa kau bawa gitar di pelajaranku?" tanyanya lagi sambil melirik gitar yang kubawa.

"Ali kan cowok yang berbakat banget pak, cocok banget deh jadi calon pacar, salah satunya lagi menyahut dan membuat kelas bersorak ramai.
Aku hanya bisa terdiam

"ya sudah, fartan, Ali, kembali ke tempat duduk kalian" pinta Pak Samosir. Aku dan Fartan langsung menuju tempat duduk.

"Jadi kali ini aku mau mengajarkan kalian tentang keharmonisan keluarga. Bisa kalian liat di buku kalian bab dua halaman 49, jelas Pak Samosir. Aku hanya terdiam mendengar judul pembahasan kali ini dan membuka lembar yang diminta. Mataku menangkap ilustrasi foto sebuah keluarga harmonis di halaman tersebut. Entah mengapa ini membuatku
sedikit malas mengikuti pelajaran.
"Nah kalian tengok gambar di situ kan? Harmonis sekali. Ini contoh kakak, sempurna... Lengkap dia, ada bapak, adek, dan yang jelas Pak Samosir panjang-lebar. Aku tetap mendengarkan apa yang dikatakan pak Samosir.

"Tapi, yang paling penting,dalam keluarga itu adalah seorang ibu
kata Pak Samosir membuatku semakin malas, dan tanpa sadar kututup buku tebal itu.

"pak, saya izin ke toilet
ya." Aku sebenarnya tidak
ingin ke toilet saat ini. Tapi aku malas mengikuti pelajaran dan memilih mencari alasan untuk keluar dari kelas.

"Baiklah, yang cepat kau ya. Lagi mengajar aku ini soalnya Setelah dapat izin, aku langsung melangkah keluar. Sekolah memiliki banyak toilet
tapi aku menilih yang paling ujung, agar bisa berlama-lama di luar kelas.Langkah kakiku menggema di sepanjang koridor sekolah. Kuperhatikan
satu demi satu kelas yang kulewati. Siswi yang ada di dalam kelas heboh melihatku melintas, sehingga gurunya marah.

"Prilly mengapa kamu tidak mengisi nomor empat dan tujuh?"

Langkahku terhenti mendengar salah satu guru menyebut nama Prilly.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jan 03, 2018 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

AJARI AKU MENGENAL DUNIAMUTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang