TKBD-1

11.2K 622 77
                                    

-
-
-

°°°°°

Hari menjelang malam ketika motor matic kesayanganku akhirnya terparkir rapi di depan sebuah rumah dengan pagar tinggi yang mengelilinginya. Gaya arsitektur kuno menguar kuat bahkan sebelum aku masuk ke dalam rumah itu. Di tembok sebelah kanan pagar tertulis dengan jelas di sebuah triplek tipis, 'Kost-an Bu Diana'.

Aku mengetuk pagar besi di depanku agak kuat. Pagar ini belum memiliki bel untuk pemberitahuan jika ada yang datang. Kuno sekali bukan? Tapi aku suka. Sejak pertama aku melihatnya aku bahkan sudah tertarik. Ditambah lagi jarak tempuhnya menuju ke tempatku PKL (praktek kerja lapangan) cukup dekat. Lagipula aku suka tempat yang tenang seperti ini.

Krek...
Pagar terbuka menampilkan wajah seorang perempuan paruh baya yang masih terlihat bugar. Cantik, itu kata yang tepat untuk menggambarkannya. Tingginya sekitar 170cm. Cukup tinggi bukan? Wajahnya khas perpaduan latin dengan alis tipis, dan bola mata berwarna coklat terang. Rambutnya lebat dan berwarna pirang, tergerai bebas hingga menyentuh pinggang.

Aku menampilkan sebuah senyuman manis.
"Selamat sore, Bu."


Ia terlihat sedikit mengeryit dengan sapaanku.
"Iya, selamat sore. Ada yang bisa saya bantu?" tanyanya ramah.


"Ini benar kost-an Bu Diana, kan?" tanyaku sopan.


Perempuan itu membelalak, seolah baru mengingat sesuatu.
"Oh, ini Jane yang beberapa hari lalu telah mem-booking satu kamar untuk ditinggali, yah?"


Aku tersenyum, ternyata ia ingat. "Iya, Bu."


"Baiklah, ayo masuk," ajaknya ramah, aku segera mendorong motorku masuk mengekor di belakangnya.


Dan benar, bangunan rumah di depanku sangat besar dengan gaya Eropa yang masih kental, terlepas dari beberapa bagian yang sepertinya telah direnovasi. Taman depan rumah yang terlihat tertata rapi, di salah satu sudut bagian depan berdiri kokoh sebatang pohon Akasia yang tampak rimbun. Dan sebuah lampu taman berdiri beberapa meter dari pohon Akasia. Masih dengan gaya arsitektur kuno. Dilengkapi dengan sebuah gazebo disebelah lampu taman.



Aku terus mengedarkan pandangan ke segala arah, mencoba mengenali tempatku akan tinggal selama beberapa bulan di sini. Setidaknya sampai semua tugas akhirku selesai. Bu Diana terus membawaku menuju ke jejeran kamar-yang ternyata semuanya masih kosong-di bagian belakang rumah. Ketika kutanya, dia hanya bilang bahwa ia baru membuka kosan ini beberapa minggu yang lalu. Pantas saja masih kosong, pikirku.



Bu Diana dengan ramah membiarkanku memilih kamar mana yang akan kutempati. Akhirnya setelah membuka satu-persatu kamar itu, aku menjatuhkan pilihanku pada kamar ujung. Bu Diana tersenyum dan menyerahkan kunci kamar padaku. Ia sendiri kembali ke bagian depan setelah sedikit menjelaskan tentang kamar dan beberapa peraturan yang harus kuturuti.


Blam...
Kututup pintu kamarku dan mulai kembali menjelajah dan mengenali kamar kosan yang sekarang kutempati. Kamarnya cukup luas, dilengkapi dengan satu sofa panjang berwarna merah darah dan dapur mini dengan peralatan terbilang cukup untuk ukuran sebuah kamar kos. Tak lupa sebuah kulkas mini pun sudah tersedia di sana dalam keadaan bersih dan siap dipakai.


Langkah kakiku membawaku menuju kamar mandi yang memang tersedia di setiap kamar kos. Kamar mandinya tidak besar juga tidak kecil, cukup menurutku. Satu bak berwarna putih, sebuah kloset duduk, dan shower yang tergantung di dinding. Serta wastafel tepat di samping kloset.
Aku mencoba menyalakan shower, kran air, lampu, dan semuanya dalam keadaan baik.


Kulangkahkan kakiku kini menuju ke teras depan kos yang langsung tembus ke taman belakang yang tak kalah rapi dengan taman depan. Indah dan tertata rapi. Memanjakan mata yang memandang. Kuhirup udara segar dengan rakus, segar sekali rasanya. Setelah dirasa cukup, aku kembali masuk dan menutup pintu depan kosanku.


Setelah merasa cukup mengeksplorasi kosan baruku, aku memutuskan untuk mulai menata barang-barang yang kubawa. Lemari pakaian kubuka dan mulai menata bajuku di sana. Beberapa peralatan make-up kususun di atas meja rias. Buku-buku kususun di meja belajar di pojok kamar. Setelah selesai dengan acara beres-beres-termasuk dapur dan ruang tamu-aku segera menuju ke kamar mandi untuk menyegarkan tubuhku yang telah melewati perjalanan hampir tiga jam lamanya.


Aku menyalakan kran di bak dan menunggunya sedikit penuh, lalu mulai membersihkan badanku dengan sabun aromatherapy kesukaanku, membuatku rileks dan nyaman.



Setengah jam lamanya ku mengurung diri di kamar mandi, setelah selesai, aku menuju dapur dan mulai membuat sebuah sanwich sederhana kesukaanku. Dan mulai menikmatinya sambil menonton televisi.



Jam sudah menunjukkan pukul 10.00 malam ketika mataku mulai terasa berat dan memaksaku melangkah menuju ke tempat tidur. Aku mulai merebahkan badanku dan memejamkan mata. Ini adalah tidur yang paling nyaman bagiku, karena malam-malam selanjutnya semuanya tak lagi senyaman saat ini.




TBC ya gaes.
Jangan lupa vote dan komen.
See you all.

Tragedi Berdarah [REUPLOAD]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang