-
-
-
°°°°°Ggrrtt...
Ggrrttt....
Suara itu menggema dalam kosanku saat itu, aku membuka mata dan menatap jam di atas meja nakas samping tempat tidur, jarum jam menunjukkan pukul 01.00 dini hari.
Ggrrtt...
Lagi-lagi suara itu terdengar, membuatku penasaran dan menuju ke arah datangnya suara yang datang dari luar kamar kosanku, suaranya seperti seseorang yang tengah mencakar-cakar tembok.
Awalnya aku tak ingin memedulikan suara itu. Tapi rasa penasaran memaksaku untuk membuka pintu dan melongokkan kepala keluar kamar kos. Di sana, tepat di sebelah kamar kos yang kutempati, seorang wanita muda—sepertinya seumuran Mamaku—tengah duduk termenung di teras depan kamar kos. Siapa dia? Bukannya aku penghuni pertama di kosan ini? Aku terus memerhatikan sosok yang sedang menunduk itu, hingga ia mendongak dan...
Brak...
"Hosh ... hosh ... hosh...." Suara napasku yang tak beraturan membuatku sesak dan secara perlahan aku mulai menetralkan dan mengatur napasku agar kembali normal.
Tapi, bayangan wanita tadi, apa tadi yang kulihat? Wajah penuh darah, beberapa sobekan di pipi kiri dan kanan serta mata bolong sebelah.
Ah tidak, ini pasti mimpi bukan? Iya ini pasti mimpi. Tidak mungkin ada hantu di sini, iyakan?
Aku mencubit tanganku, dan hasilnya, jeritan tertahan membuatku meringis kesakitan. Itu artinya ini bukan mimpi. Ah sial sekali. Ini hari pertama dan aku sudah dihadapkan pada hal yang seperti ini? Benar-benar tidak lucu.
Aku kembali bangkit dan menuju ke pintu kamar kos, tanganku gemetar ketika menggapai kenop pintu, kubuka perlahan dan melongokkan kepala ke luar kamar kos. Mataku langsung tertuju pada teras kamar samping kamarku.
Deg!
Tak ada apa-apa di sana. Suasana hening dan tenang. Semilir angin sedikit menerbangkan helaian rambut panjangku. Menyapu wajahku dengan lembut.
Tapi, tunggu. Satu fakta mengagetkanku. Kenyataan bahwa...
AKU TAK PERNAH MENGGERAI RAMBUTKU DI MALAM HARI.
Lalu, yang tadi itu,
APA????
Hoosstttt...
Helaan napas bercampur bau busuk menguar kuat. Sesuatu yang lembek menempel di pundak polosku. Sesuatu yang basah, kenyal, dan juga ... bau bangkai yang menusuk hidung.
Rasa penasaranku memaksa tubuhku membalikkan badan, mataku terpejam rapat. Aku tak ingin melihat hal yang ada di depanku. Tapi rasa penasaran lagi-lagi membuatku menekan rasa ketakutan yang melanda, mataku terbuka sedikit.
Deg,
Mataku langsung berhadapan dengan mata bolong milik... milik siapa? Wanita itu. Wanita yang tadi ada di depan kamar kos sebelah. Bau bangkai menguar dari badannya yang tertutup pakaian lecek dan penuh darah.Huek...
Pertahananku runtuh sudah, muntahanku jatuh dan mengotori lantai di depanku. Ah tidak, bukan lantai, lebih tepatnya karpet tebal. Sial.
Tangan dingin itu bergerak dari bahuku dan menuju leher. Mulai menekan dan menekan semakin kuat. Membuatku sesak napas. Cabut nyawaku Tuhan, kumohon.
HIHIHIHI...
Dia tertawa, memamerkan gigi hitamnya yang-juga-mengeluarkan aroma yang membuatku menahan sandwich yang ingin keluar dari perutku. Tubuhku penuh dengan keringat dingin. Serasa habis lari marathon ratusan kilometer. Napasku sesak akibat tekanan-lebih tepatnya cekikan-nya di leher jenjangku. Ingin rasanya ku menerkam dan melepaskan diri dari cengkeraman makhluk yang kini tengah mencekikku lebih kuat dari sebelumnya, tapi tenagaku hilang lenyap entah kemana. Kakiku lemas bagai sudah tak kuat menopang tubuhku lagi.
Baiklah, aku nyerah sekarang.
"Bunuh aku saja. Jangan siksa aku, bunuh aku. Kumohon." Sial, suaraku benar-benar mengenaskan. Lebih menyedihkan dari suara pengemis yang sering datang ke rumahku dulu.Seringaian licik tercetak jelas di wajah pucatnya-yang sebenarnya lebih mirip wajah habis dilindas mobil saking rusaknya. Tangannya terlepas sebelah dari leherku membuatku meraup oksigen sebanyak yang kumampu. Tapi itu tak berlangsung lama karena kini jari tangannya-yang kukunya telah memanjang-mulai mendekati leherku dan menggores sedikit kulitku mengeluarkan tetesan cairan yang meninggalkan jejak berwarna merah di piyamaku.
Napasku kembali tercekat. Perih, itu yang kurasakan di kulit leherku. Tangan satunya melepas leherku dan meraih rambutku yang diikat kuda. Menariknya keras membuatku menjerit tertahan.
"Aw...!!!" Teriakanku tak membuat ia menghentikkan aksinya, ia menggores-lagi-leherku dengan kuku tajamnya. Perih, lagi-lagi itu yang kurasa. Tetesan berwarna merah semakin banyak mengotori piyamaku.
"Hiks... Hiks... Sakit," rintihku pelan.
Isakanku itu membuat hantu di depanku melepaskan tangannya dari tubuhku, beralih menutupi kedua telinganya kuat-kuat. Sesuatu yang menyakitkan sepertinya tengah melandanya. Ia menjerit-jerit kesakitan. Tubuhnya oleng ke kiri dan ke kanan. Lalu seiring waktu hilang dalam kepulan asap putih. Diikuti dengan tatapanku yang mendadak buram dan gelap.
Jangan lupa vote komen
TBC gaes.
See you all.
KAMU SEDANG MEMBACA
Tragedi Berdarah [REUPLOAD]
Misteri / ThrillerRevisi dengan beberapa perubahan. STAY TUNE, YAK. → Highest Rank : 1 in Mistery/Thriller (190717) → Highest Rank : 2 in Mistery/Thriller (070717) → Highest Rank : 3 in Mistery/Thriller (120717) Apa yang terjadi sebenarnya? aku hanya membutuhkan...