END

37.7K 1.3K 21
                                    

" Hyung lu dimana? " sebuah pesan masuk pada iphone 7 hitam. Disampingnya tergeletak seorang pria yang masih betah bergumul dengan kasur empuknya. Ia belum menghiraukan ponselnya.

Seorang wanita setengah baya mengetok masuk sambil membangunkannya.

" jiminnie bangun nak, nanti ketinggalan kereta ke seoul " ujar perempuan itu dibalik pintu.

Jimin yang mendengar langsung membuka matanya melihat kearah jam. Masih tersisa 3 jam sebelum keberangkatan kereta apinya. Jimin yang bangun langsung mandi.

Seusai mandi ia menyempatkan untuk menjalankan ritualnya. Ia meraih ponselnya lalu

cekrek..

" hmmm pipi merona yang bagus. " gumamnya. Setelah selca, ia lalu mengecek pesan masuk. Ia menemukan sms masuk dari Jungkook. Jimin segera membalasnya.

" aku pulang ke rumah " jawab Jimin melalui pesan itu.

Jimin pulang kerumah karena ia tak tau harus bagaimana ketika bertemu Jungkook nanti. Ia belum menyiapkan hatinya. Jika dipaksakan bertemu akan menjadi awkward. Ia tak mau atmosper pertemanan mereka jadi awkward.

Jimin mengeringkan rambutnya dengan handuk sambil menatap ke cermin. Ia pikir ia akan jatuh cinta lagi pada Jungkook. Namun, ia menatap bayangnya dalam cermin dengan penuh keraguan. Ia tak ingin dikhianati serta kehilangan teman baiknya. Dikhianati, karena Jimin tau bahwa Jungkook masih menyimpan rasa pada Eunha dan jika ia mengatakan perasaannya bisa saja Jungkook malah menjauh. Lihat saja reaksinya saat Jungkook selalu mengalihkan pembicaraannya.

Jimin turun ke lantai bawah melahap makanan lezat buatan ibunya tercinta. Setelah itu pamit pada orang tuanya lalu kembali ke Seoul.

Saat menaiki KTX busan - seoul. Ia sedikit mengingat dimana Jungkook tertidur, saat Jungkook linglung lalu Jimin menggenggam tangannya. Sampai sekarang, tangan Jimin masih terasa hangat. Jimin tersenyum tipis.

20.00
Jungkook membuka kamarnya, melempar tasnya ke sembarang arah dan membanting dirinya ke kasur. Ia membuka ponselnya dan menemukan sms dari Jimin. Ia hanya melihatnya dan tidak membalasnya.

Jimin mengunggah snapgram, Jungkook langsung membukanya. Terlihat Jimin sedang ada di pub. Karena suara musik serta bir yang masuk dalam snapgramnya.

Jungkook mematikan ponselnya lalu, tidur sejenak.

3 jam berlalu. Jungkook terbangun akibat deringan panggilan masuk dari ponselnya. Sudah ada 5 panggilan masuk.

" jimin hyung? "

Jungkook segera mengangkat panggilan itu.

" ya! Hyung kau di PUB? "

" neee~ " sahut jimin yang tengah mabuk.

" kau mabuk hyung? "

" kookie ya~ " suara Jimin terdengar serak dari sebrang sana.

" ehm ne "

" kookie ya~ "

" ah wae hyung "

" aku merasa mual, huekk "

" ya! Hyung. Kau tetap disana ya, jangan kemana mana aku segera datang "

Jungkook mengambil mantel hitamnya serta membawa uang untuk membeli minuman anti mabuk.

.

Jungkook segera masuk ke pub. Ia berputar - putar mencari Jimin. Namun, netranya malah menemukan sesorang yang familiar.

" Eunha? "

Jungkook melihat seorang penari pole dance dengan baju leather hitam nampak seksi, NO. Tapi, sangat seksi. Jungkook menatap Eunha dengan raut muka yang datar. Ia kira Eunha anak yang polos dan anak baik - baik. Ternyata dibelakangnya ia tak menyadari sisi gelap Eunha. Jungkook masih terima ia selingkuh, tapi ia tak bisa terima ini. Ia merasa dipermainkan.

Kecewa

Marah

Serta perasaan campur aduk membuat kepala Jungkook bak terhantam batu. Ditambah musik PUB yang membuat kepalanya serasa berputar - putar.

Jimin

Ia harus mencari Jimin. Ia tau, Jimin memang bisa minum, tapi itu hanya sekedar soju beralkohol rendah. Sedangkan di PUB ia bisa saja memesan minuman beralkohol 40-50%. Ia memang akan menggila di pub jika ia sedang frustasi.

Jungkook menatap Eunha sebentar dari kejauhan lalu berlari mencari Jimin. Jimin adalah hal yang lebih penting sekarang dibanding Eunha yang telah mengecewakannya.Jungkook sudah mulai menghapus Eunha dari memori serta hatinya. Jika ia masih belum move on, ia tak akan bisa bahagia. Hidup ini miliknya, ia pun berhak untuk bahagia.

Ia menemukan Jimin tergeletak di sofa di sudut sana, ditemani wanita jalang yang sudah berancang - ancang menurunkan celana Jimin disaat Jimin tak sadar. Jungkook segera kesana, lalu menarik jalang itu. Namun, Jimin menahannya.

" kau gila hyung? Kau tak seperti ini sebelumnya "

" ah kookie da~ " pipinya sudah bersemu kemerahan.

Jungkook kembali mengenyahkan jalang itu. Jimin mulai menangis bahkan meracau seperti bukan dirinya.

" wae! Kenapa setiap aku mencoba normal kau selalu saja datang, Jungkook-ah "

Jungkook mengernyitkan dahinya. Ia tak mengerti akan racauan Jimin.

" Hyung ayo kuantar pulang " Jungkook meraih tangan Jimin

" ahh shireo! " Jimin menghempaskan tangan Jungkook.

Jungkook kebingungan menghadapi Jimin yang seperti wanita sedang haid. Sangat sensitif.

Jungkook akhirnya menemukan ide. Ia mengangkat Jimin ke punggungnya. Bak kesetanan, Jimin meronta - ronta minta diturunkan.

Setelah melalui jalan cukup panjang serta pukulan - pukulan Jimin sepanjang jalan, mereka akhirnya sampai di rumah Jimin.

Jungkook merebahkan Jimin di kasurnya sebelumnya ia telah membuat Jimin meminum minuman pereda mabuk. Lalu beranjak meninggalkan Jimin yang mulai tenang.

Tep

Jimin meraih tangan Jungkook. Menarik Jungkook ke dalam pelukan Jimin.

" chuwo " Suara Jimin terdengar serak. Jimin memang mudah kedinginan sebab itulah Jungkook selalu meminjamkan jaketnya.

Jungkook berusaha melepaskan tangan Jimin yang memeluknya erat. Namun, sia sia. Jungkook bertahan sebentar di pelukan Jimin. Menunggu Jimin yang lengah.

" saranghae " Jimin berkata dengan nada berbisik namun, hal itu terdengar oleh Jungkook.

Persetan dengan kau suka dengan siapa, kau lelaki atau perempuan. Jimin sudah merasa bahwa ia harus mengatakan perasaannya sebelum perasaan itu akan membunuhnya perlahan.

" huh? "

" tinggalkan Eunha... Lalu pergi bersamaku " Jungkook tak bisa membedakan apakah ini serius atau tidak.

" kookie-ya...kau sudah sangat terluka biarkan aku menyembuhkanmu " Jungkook bisa merasakan hembusan nafas Jimin di tengkuknya.

Hati Jungkook sedikit tersentuh. Jika kau gagal dengan wanita, cobalah dengan pria. Cinta tak memiliki batasan bukan? Jungkook mencubit pinggang Jimin. Sang korban pencubitan pun mengaduh. Jimin membuka matanya. Nyawa Jimin sudah terkumpul 90%.

Aku juga berhak bahagia bukan? Pikir Jungkook.

" kau serius hyung? "

" eum " Jimin mengusap puncak kepala Jungkook.

" jinjja? "

" eum "

Jungkook memberikan ciuman singkat. Jimin membelalakan mata sipitnya. Jungkook segera berlari menjauh sebelum Jimin menangkapnya.

" ya! Jeon Jungkook! Akan kubuat kau tidak bisa berjalan besok! " Jimin mengejar Jungkook yang telah keluar dari kamarnya

-Fin

Yeay berakhir dengan ending yang absurd
Kemungkinan sequel tergantung pembaca^^
Author benar benar berterima kasih dengan 900+ pembaca cerita debut ini.

Guilty Pleasure [COMPLETE]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang