🌸
Hari ini Roya sudah memakai pakaian rapih. Yap, minggu sore ini ia memang sudah ada janji dengan Fiona. Ya, persetan dengan Fiona. Fiona menyetujui ajakan Roya semalam yang mengajaknya pergi ke festival makanan. Roya memutar-mutar kunci mobilnya sambil bersenandung-ria. Sebelum membuka pintu mobil, Roya tersenyum, mengingat ia akan jalan dengan Fiona yang jelas-jelas tidak terlalu dekat dengan dirinya. Wajah Roya sangat cerah, secerah matahari tadi siang. Roya melajukan mobilnya dengan kecepatan sedang seraya mendengarkan musik yang mengalun dari tape mobilnya.
Disisi lain Elsa tengah asyik menonton film kartun kesukaannya si kucing bundar berwarna biru yang sering di pelesetkan menjadi musang. Di temani oleh Rafa yang notabennya menggemari tokoh kartun tersebut. Elsa memangku toples berisikan keripik kentang, sedangkan Rafa memangku toples yang berisikan keripik singkong. Sudah hampir dua jam mereka asyik dengan film tersebut. Tiba-tiba suara bel rumah menginterupsi seluruh ruangan. Elsa melirik pada pintu utama sekilas, kemudian beralih melirik Rafa dengan cengiran.
“Raf, bukain pintu sana,” masih dengan cengiran yang sama, kalau saja Elsa bukan Kakaknya mungkin sudah Rafa tendang jauh-jauh.
Dengan langkah yang ogah-ogahan Rafa beranjak dari duduknya. Siapa sih yang sore-sore begini bertamu. Ganggu waktu santai gue aja. Gerutunya seraya meraih kenop pintu lalu membuka pintu tersebut. Rafa menautkan kedua alisnya samar. Bagaimana bisa Dhyas datang kerumahnya dengan pakaian yang sangat rapi, tidak, tidak. Bahkan sangat rapi, sedangkan Elsa, ia masih mengenakan pakaian santai dan tengah asyik menikmati film kartun kesukaannya. Atau Dhyas ingin bertemu dengannya? Oh tidak, tidak. Mana mungkin Dhyas ingin bertemu Rafa, sedangkan ia dengan Dhyas tidak ada janji untuk kemana pun.
“Hm. Raf, mau sampai kapan lo ngelamun disitu? Lo nggak ada niatan buat mempersilahkan gue masuk?” Ucapan Dhyas membuyarkan lamunannya.
Rafa terkekeh seraya memasang watadosnya, “Eh iya bang, ayok masuk. Bay the way, lo tumben rapi banget, mau ngajak kakak gue jalan ya?”
Dhays tersenyum seraya mengangguk mantap. “Elsa-nya ada?”
“Ada kok bang, seperti biasa dia lagi males-malesan sambil nonton kartun. Kadang gue heran sama dia, kok ada ya perawan model kayak dia. Udah tomboy, tapi gue akui sih kalo dia itu cantik, yang bikin gue greget sama dia, dia hobinya ribut, ikutan silat, kerjaannya ngebo,ngemil, dan lebih parahnya kalo ada yang lagi ngajak ngobrol ke dia dia itu suka jadi irit ngomong. Tapi yang gue heranin lagi, dia yang irit ngomong kenapa bisa jadi pelatih silat. Nggak habis pikir sama alur kehidupan dia.” Rafa dan Dhyas terkekeh. Rafa banyak menceritakan tentang Elsa, seraya mengajak Dhyas menemui Elsa.
Dhyas hanya terkekeh geli saat Rafa mengoceh tentang Elsa. Rafa berjalan menuju ruang keluarga, dan Dhyas hanya mengekor saja. Sampai pada akhirnya Dhyas melihat siluet perempuan yang tengah anteng menonton film kartun dengan mulut yang sibuk mengunyah. Dhyas memperhatikan Elsa, walaupun Elsa hanya mengenakan pakaian santai, tetap saja ia cantik. Rambut yang di cepol asal, mengenakan kaus berwarna puti, dan celana jeans diatas lutut. Satu kata yang Dhyas ingin ucapkan; perfect. Elsa belum menyadari keberadaan Dhyas dan Rafa. Rafa mendengus kesal. Sedangkan Dhyas sibuk memperhatikan setiap detail wajah Elsa. Hingga sebuah ide jahil terlontas di kepala Rafa. Rafa berdiri di belakang Elsa, tetap saja Elsa belum menyadari keberadaan Rafa.
Tangan Rafa bersiap untuk memukul bahu Elsa, “KAK ELSA!!! ADA TIKUS DI BAWAH SOFA LO!!!” teriak Rafa seraya memukul bahu Elsa, guna mengagetkan Elsa.
Elsa yang mendengar kata ‘Tikus’ itu pun reflek mengangkat kakinya dan berdiri diatas sofa. Toples yang berisikan keripik kentang ia lempar asal sehingga semua isinya bertebaran di bawah sofa. Dengan raut wajah yang sudah amat sangat ketakukan, wajahnya memucat, bibir bergetar, dengan tangan di lipat diatas dada. Rafa yang melihat kejadian itu pun tertawa terbahak-bahak seraya memegangi perutnya. Dhyas yang melihat kejadian itu hanya terkekeh geli. Elsa yang mendengar gelak tawa Rafa hanya memasang wajah sebalnya. Dhyas menghampiri Elsa dan mengulurkan tangannya guna membantu Elsa yang masih sedikit gemetaran. Dhyas tersenyum pada Elsa, jauh di dalam hatinya ia sangat ingin mentertawai Elsa dengan sikap konyolnya tadi. Elsa melirik Dhyas sekilas lalu membalas uluran tangan Dhyas dan turun. Sedangkan Rafa ia sudah dulu kabur ke kamarnya sesekali terkekeh dan memasang wajah tanpa dosanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Roya
FanfictionKenapa orang yang bikin kita nyaman selalu pergi bersamaan disaat kita sedang terhanyut-hanyutnya dibuai perasaan. Elsa cinta Roya, Roya cinta Fiona, Dhyas cinta Elsa, Fiona cinta Roya. Rumit bukan? Terjebak dalam hal percintaan di masa putih abu...