Roya - 10

60 9 0
                                    

Malam ini Roya tengah bersantai di rumah, moodnya hancur, ntah mengapa akhir-akhir ini Fiona begitu posesive. Mulai dari melarangnya dekat dengan Elsa, harus mau mengantarnya kemanapun ia ingin pergi, dan lagi hari-harinya selalu bersama Fiona seolah ia tidak di beri waktu untuk sekedar mengobrol bersama teman-temannya. Ini membuatnya jengah, baru menjalin hubungan tiga bulan saja sudah banyak peraturan seperti ini. Muak rasanya ingin memutuskan Fiona segera tapi itu berat. Disaat seperti ini ia selalu teringat Elsa, hari-harinya selalu digunakan untuk menyendiri semenjak ia dan Fiona  menjalin hubungan. Terkadang rasa iba muncul di benaknya, ingin rasanya menghampiri Elsa tapi Fiona akan marah jika dirinya menemui Elsa. Ada rasa yang Roya tidak bisa jelaskan ketika Dhyas dan Irsyat mendekati Elsa ntahlah rasa apa itu. Roya bingung, apakah itu rasa strawberry?
  Handphonenya berdering menampilkan Fiona. Lagi-lagi Fiona ia mengacak rambutnya gusar sebelum akhirnya  panggilan telepon itu diangkat.

“Hal—“

“Nggak pa-pa.”

“Aku bilang aku nggak apa-apa Fiona, kamu ngerti gak sih?!”

“Kalo tujuan kamu Cuma untuk marah-marah, simpan aja amarah kamu buat besok. Aku pusing, aku capek, aku mau istirahat.”

Roya melemparkan handphonenya ke sofa, memijit keningnya. Benar-benar memuakkan sikap Fiona berbalik 90 derajat tidak seperti dulu. Roya kembali fokus pada televisi yang menampilkan film action. Baru saja ia kembali tenang handphonenya kembali berdering menampilkan nama Elsa. Dengan cepat ia mengangkat telepon itu.

“Ada apa? Tumben lo telepon gue sa, gue kira lo lupa sama gue.”

“Lo ngapain disana malam-malam?!”

“Yaudah lo tunggu gue dan jangan kemana-mana. Gue kesana sekarang.”

Roya memutuskan sambungan teleponnya dengan Elsa. Kemudian dengan cepat ia menyambar jaket dan kunci motor, dengan cepat ia pergi menuju alamat yang Elsa beritahu.

Ah bodoh! Kenapa juga gue telepon Roya, kenapa gak yang lain. Astaga Elsa.Rutuknya dalam hati. Ada-ada saja kejadian sial yang menimpa Elsa, malam ini ia sedang ingin jalan-jalan malam namun sial saat ia jalan ia terserempet motor hingga jatuh dan di bagian siku ikut lecet akibat menahan badan agar tidak seutuhnya jatuh. Ia tidak tahu dimana ia sekarang, yang jelas ini jauh dari rumahnya, ini sudah malam sekali bagi perempuan. Sebenarnya ia tidak takut sendirian hanya saja disini sepi taksi pun jarang sekali yang lewat, bahkan sedari tadi belum ada taksi yang lewat hanya beberapa kendaraan pribadi yang berlalu-lalang. Sudah lebih dari setengah jam ia menunggu Roya, akhirnya Roya datang, dengan cepat ia turun dari motornya dengan gerakan cepat pula ia melepas helm full facenya. Menghampiri Elsa yang tengah berdiri menunggunya, tidak ada raut ketakutan di wajah Elsa, selalu saja datar. Roya menghela napas, ia menarik lengan Elsa, membolak-balikkan lengannya memastikan ada yang luka atau tidak. Ia kaget melihat siku lengan kanan Elsa luka, ada darah yang masih bercucuran dari luka itu, Roya duga luka itu sudah Elsa bersihkan walau masih mengeluarkan darah. Melihat Elsa yang hanya mengenakan kaus lengan pendek, Roya melepaskan jaketnya. Menyampirkannya di bahu Elsa, sekilas Elsa menoleh dengan apa yang Roya telah lakukan untuknya, ia tersenyum sekilas Roya melihat itu.

“Kenapa sih lo selalu pergi-pergi sendiri? Lo itu perempuan, lo itu gak selalu bisa jaga diri, lo kalau mau pergi ajak Raffa atau gue kan bisa.” Ucap Roya di sela-sela cemasnya. Sedangakan Elsa bergeming enggan menjawabnya.

“Gue mau tanya, kenapa akhir-akhir ini lo selalu hindarin gue, sa? Kenapa?”

“Gue gak hindarin lo. Mungkin itu firasat lo aja kali,”

“Gue selalu perhatiin lo, dan emang benar lo itu jauhin gue, lo kenapa?”

“Udah deh, Roy, ini udah malam banget mending lo antar gue pulang sekarang.”

RoyaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang