The Past

2.7K 499 3
                                    

Malam itu ketika Jungkook menginjakkan kakinya pada halaman rumah, gelap gulita menerpa dalam hening. Hunian mewah yang sengaja Taehyung sediakan untuk tempat mereka tinggal bersama itu mendadak menjadi sangat amat menyeramkan.

Pagar tinggi yang perlahan terbuka otomatis dan lampu taman yang menghilang satu persatu seiring jalannya ferrary merah Jungkook menuju halaman depan. Sosok berbaju hitam itu menunduk hormat dan perasaan Jungkook semakin tak karuan.

Ada semacam firasat buruk yang tiba-tiba menghantuinya. Jungkook , dalam dua tahun hidup bersama Taehyung, belum pernah menemukan ketakutan sebesar ini dalam menghadapi lelaki otoriter itu. Entah karena terlalu terbiasa membuatnya menjadi tak tau diri atau beberapa bibir menyebutnya tak tau malu.

Entahlah, apapun itu, baru kali ini saja rasanya lorong hunian mereka begitu dingin. Gelap, hening dan menyimpan aura mencekam.

Dibalik anak tangga yang melingkar itu terletak pantri mini. Disana, biasanya Taehyung menghabiskan waktu untuk menunggunya. Bermain dengan teman setianya. Cairan merah pekat yang berbau menyengat.

Namun malam itu ia tak ada. Padahal, pertemuan mereka siang ini begitu singkat. Hanya tiga jam yang sia-sia.

Jungkook melangkah menaiki lantai kedua. Hanya ada dua hal pasti kali ini. Taehyung tengah bermain dengan sahamnya atau lelaki itu tengah sibuk dengan wanita barunya. Apapun itu, sejujurnya Jungkook lebih tak perduli. Taehyung dengan wanita lain hanya seperti tontonan intermezo dalam hidupnya.

Lelaki itu memang brengsek. Dan karena Jungkook hidup bersamanya, maka ia telah jauh-jauh hari berusaha untuk menyesuaikan perasaannya.

Namun luar biasanya, ketika mencoba untuk mencari tau itulah Jungkook tersentak kuat. Melihat lelaki itu tertidur pulas diranjang besar mereka dengan selimut dan gelungan tubuh yang menggemaskan.

Taehyung tertidur.

Ya, ia memang tidur.

Dan itu berarti akan ada malapetaka besar datang.

Lelaki itu benci jatuh tidur sebelum bertemu Jungkook. Ia akan memilih menjadi pihak yang menunggui Jungkook tertidur hingga ia bisa tenang dengan obsesinya. Tapi kini, lelaki itu justru memilih untuk mendahuluinya.

Jungkook tau, ia jauh lebih tau jika Taehyung tengah menyimpan masalahnya sendiri. dan sialnya, jika ia tengah tak memiliki wanita lain, Jungkook adalah satu-satunya pelampiasan yang ia punya.

Jungkook melangkah pelan mengelilingi ranjang besar beralaskan bedcover merah terang itu hingga bertemu muka dengan wajah tanpa dosa Taehyung. Ujung jari-jari lentiknya dengan cepat bergerak menyentuh pelipis tan itu lalu berhenti tepat diujung rahangnya.

Tiba-tiba Jungkook merasa sakit. Satu dari bagian gelap dirinya merasa begitu berdosa. Menghianati Taehyung, tak pernah ada dalam rencana kehidupannya sejauh ini. Meski beberapa kali ia pernah berkencan dengan lelaki lain, namun perasaan seperti ini tak pernah Jungkook rasakan.

Berkencan atau sebatas bertemu muka hanya pelampiasan rasa sepinya akan kehadiran Taehyung. Demi neptunus, tidak pernah ada rasa lain dalam setiap kencannya. Tapi kini Jimin hadir dan menggebrak perasaan itu hanya dalam satu kali temu dengan perbincangan yang terlalu minim.

Benarkah perasaannya masih seutuh dulu?

Atau kehadiran Jimin telah menyentuh batinnya yang perlahan menggapai titik jenuh?

Lelaki itu pernah menghilang dengan tiba-tiba. Lenyap tanpa jejak seperti hembusan angin lalu yang dingin. Jimin pergi meninggalkannya dengan kejam. Meninggalkan Jungkook yang kala itu masih mencintainya dengan utuh tanpa pernah tau betapa hangusnya perasaan Jungkook termakan bara pahitnya putus asa.

『Unexpected 』v.kTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang