Retrouvallie

7K 605 300
                                    

contain harsh words,some of mature scene

Seoul, two years after

Taehyung berdiam diri dari balik kaca tebal itu. Pikirannya terus berputar disekitaran ponsel yang kini ia genggam erat. Kursi-kursi merah dengan dinding ruangan bercat putih dan bau obat-obatan yang bercampur disana tak membuat Taehyung terusik.

Sejatinya, ia tak lagi mudah terusik semenjak, well, mungkin beberapa waktu belakangan ini. Taehyung merasakan sendiri bagaimana tubuhnya menjadi begitu resisten terhadap bau rumah sakit yang dulu begitu tak ia sukai.

Mungkin, karena beberapa kejadian di masa lalu atau bisa jadi karena kini ia memiliki tanggung jawab terhadap segala kejadian yang telah berlalu. Entahlah, Taehyung fikir itu tak jauh berbeda. Dengan masa lalu, ia mencoba berdamai dengan suasana rumah sakit. Dengan masa lalu pula lah kini Taehyung belajar, betapa beratnya nilai sebuah tanggung jawab untuk ia abaikan begitu saja.

Denting panjang itu berbunyi, menyadarkan Taehyung yang sempat kalap ditelan masa lalu. Taehyung terbatuk sebentar sebelum menoleh kedepan. Dari depan kaca Taehyung melihat orang berlalu lalang entah untuk melakukan apa. Disana, tepat di tempat tidur mesin besar bersinarkan X-ray itu, duduk seorang lelaki dengan wajah serius mendengarkan manusia berjubah putih yang berdiri kaku dengan papan jalan yang terus ia pantau.

Sebersit tanya merasuki perasaan Taehyung. Sudah berapa abad semenjak bencana itu terjadi? Lelaki didalam bilik kaca itu mengangguk, dengan bibir polos terbuka persis seperti anak berusia bawah. Rambutnya yang kini tak lagi menutupi dahi serta baju rawat lengkap yang membalutnya dengan ringan membuat perasaan Taehyung berdesir hangat.

Dua tahun.

Semua sudah berlalu lama. Atau mungkin, tidak begitu bagi Taehyung yang merasa tak mampu melangkah sekalipun semenjak ia merasa waktu berhenti berputar disekitarnya. Meski Taehyung tau, rotasi hidupnya sangat amat kacau kini, setidaknya ia masih percaya bahwa ada cerita dibalik segala duka.

Taehyung masih memperhatikannya, ketika lelaki itu menoleh dan manik coklat mereka bertemu. Tatapan teduhnya membuat perasaan Taehyung menghangat. Lalu ia tersenyum dan membiarkan ibu jarinya menggantung diudara. Membuat Taehyung kemudian sadar jika tugasnya siang itu sudah usai.

__

"dia pasti datang"

Taehyung meneruskan goresan bolpoin pada dokumen terakhirnya hari ini. Ini tepat pukul tiga dan ia sudah menyelesaikan segala hal yang harus ia tangani hanya untuk hari ini saja. Taehyung berhenti lalu meletakkan bolpoin dengan tenang. Bibirnya mendesis lelah lalu jemari kokohnya berjalan menyisir rambut tebal yang tumbuh dengan begitu lebatnya.

Taehyung terlihat baik-baik saja meski kepergian Jungkook yang sudah menyentuh jangka waktu dua tahun tak pernah bisa ia lupakan. Bayangan wajahnya yang terus menghantui malam-malam Taehyung yang sebelumnnya selalu terbiasa dengan kehadirannya.

Bau pinus yang selalu Jungkook udarakan lewat feromon tubuhnya yang begitu menggoda. Serta segala hal kecil yang dulu selalu menjadi masalah untuk mereka berdua. Setelah kepergian Jungkook Taehyung tak lagi memiliki teman berdebat yang sepadan. Tidak ada wanita yang memiliki keberanian sepertinya dalam berargumen bersama Taehyung.

Mungkin karena mereka tau betul bahwa tak ada satupun wanita yang mampu menjadi tempat untuk pulang baginya. Sehingga mereka lebih memilih cara aman dengan menurut tanpa ingin membantah.

Taehyung tak pernah menyalahkan waktu akan segala hal yang terjadi kini. Keberadaannya dan Jungkook yang sama-sama berada dalam posisi sulit membuat Taehyung merelakan wanita itu untuk pergi menjauh.

『Unexpected 』v.kTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang