Part 5 : Lebih dari teman

21 2 0
                                    

Brumm!
"Itu rumah gue yang pagernya item" sahutku sambil menunjuk rumahku
   "Thanks ya kak" kataku sambil mengembalikan helm
   "Gak di suruh masuk dulu nih?" jawabnya sambil tersenyum
   "Ma-au masuk dulu?" tanyaku gugup
   "Hahaha nggak lah bercanda serius amat si lo" jawabnya dengan tawa puas
Aku hanya terdiam sampai kak Goblin menghilang dari pandanganku.

   "Asallamuallaikum bun" ucapku memberi salam
   "Waallaikumsallam, loh San? Kamu pulang sama siapa? Reiner mana?" sahutnya
   "Abang masih ada kelas bun katanya jadi aku pulang sama temen tadi" jawabku sambil meneguk segelas air dingin
   "Oh terus mana temen kamu nya? Gak disuruh masuk dulu?" tanyanya lagi
   "Nggak, tadi langsung pulang" jawabku
   "Oh yaudah kamu istirahat dulu sana" kata Diandra sambil mengelus lembut rambutku

  Kembali aku berfikir, belum genap satu bulan aku disebut sebagai anak SMA. Mengapa banyak sekali pristiwa yang terjadi di luar ekspetasiku, mulai dari bunga dan cokelat dari Daniel, diantar pulang oleh Goblin, dan berurusan dengan kakak kelas yang ku tabrak tadi. Rasanya seperti sudah jatuh tertimpah tangga. Kepalaku penat memikirikan semua kejadian yang terjadi hari ini, mungkin lebih baik aku tidur sejenak untuk mengistirahatkan otak ku yang tampaknya sudah ingin meledak. Hari ini adalah hari yang sangat panjang dan melelahkan daripada hari-hari sebelumnya.

****
   "De, disuruh makan sama bunda" itu suara babi laut kesayanganku yang mengganggu tidur nyenyaku
   "Hoaam!! Iya bentar lagi" sahutku sambil menguap
   "Jangan kaya kebo deh lo, liat dong sekarang jam berapa?" jawabnya
Kulihat jendela yang sudah berubah warna menjadi hitam pekat dan jam dinding yang sudah menunjukan pukul 19.45
   "HAH! gila gue tidur berapa lama? Kenapa lu gak bangunin gue dari tadi bang?!" jawabku histeris melihat langit sudah menggelap
   "Yailah gue udah bangunin lu tuh dari satu jam yang lalu kebo, yaudah ah buruan di tungguin bunda di bawah" sahutnya sambil melenggang pergi tanpa menunggu jawabanku.

"Sayang, gimana sekolah baru kamu?" tanya Diandra kepadaku
"Suka kok bun" jawabku sambil memasukan sesendok nasi kedalam mulut
"Iyalah suka, banyak cemceman nya tuh bun" ceplos Reiner meledek
"Ih apaan sih bang, sok tau banget" jawabku jengkel
"Aduh anak bunda udah besar ya sekarang, gak kerasa kamu udah masuk SMA lagi San" sahut Diandra disertai senyum lembut
"Iya dong bun masa Sandra kecil melulu hahaha" kataku
"Hahahahha" gelak tawa Reiner dan Diandra bersamaan.

Momen seperti inilah yang aku rindukan sejak dulu, semenjak Ayah pergi jarang sekali momen-momen berbagi cerita ini terjadi. Aku sangat menyayangi mereka berdua, orang yang tersisa dalam hidupku, penghibur dari segala keluhku, pengobat dari segala penatku, dan aku tidak akan bisa berfikir apa jadinya jika mereka pergi nanti. Semua orang pada akhirnya akan pergi juga, karena itu memang tujuan dari hidup kita bukan? Tugas kita di dunia hanya untuk berbagi kasih dan menjalankan semua perintah dari-Nya. Hanya se-simple itu.

Setelah menghabiskan makan malamku yang hanya dalam hitumgan menit aku kembali ke kamar untuk mengerjakan PR yang banyaknya melebihi populasi manusia di dunia dan ditambah ulangan Fisika. Aku tak tahu mengapa aku masih santai-santai saja sejak tadi padahal jam sudah menunjukan pukul 21.44 dan aku belum sedikitpun menyentuh buku Fisika di atas meja itu.
"Haduh ini gimana ya? Tugas belum selesai, belum belajar lagi" keluhku
Drtt.. drtt.. handphone ku yang bergetar tanda pesan masuk

     From: 08787205xxxx
Hai, Lagi sibuk gak?

"Siapa nih?" ucapku sambil mengerutkan dahi
Drtt.. drtt.. drtt..

08787205xxxx is calling...

"Hah?"
Ku angkat telpon yang tak tau siapa pemiliknya itu
"Hallo Sandra?" ucapnya dari ujung sana
"Siapa ya?" sahut ku tanpa membalas sapaan nya
"Masa lo gak kenal sama suara gw sih?" katanya balik bertanya
   "Hah? Siapa?" tanyaku lagi
   "Ternyata ngobrol panjang lebar sama lo waktu itu gak bikin lo inget sama suara gue ya" sahutnya lagi
Aku terdiam mendengar perkataan orang ini, tanpa sadar aku sudah terdiam cukup lama dan dia akhirnya kembali bertanya
   "Halo? Lo masih disitu kan?" tanyanya
Aku tersentak "E-eh iya iya. I-ini Daniel ya?" tanyaku mengira-ngira
   "Kalo bukan?" katanya
   "Bukan? Terus siapa?" ucapku
   "Saya dari kantor polisi ingin memberi tahu bahwa anda telah menjadi tersangka, dalam kasus pencurian" jawabnya mendadak baku
   "Hah? Pencurian apaan?" sahutku datar
   "Pencurian hati gue. Haha" ucapnya sambil tertawa renyah
   "Garing" kataku
   "Tapi suka kan?" tanyanya tiba-tiba
Aku sedikit terkejut dengan ucapannya barusan "A-apaan sih" ucapku malu
   "Hahaha lo udah terima bunga sama cokelat gue kan tadi pagi?"
   "Udah" jawabku singkat
   "Suka?" tanyanya
   "Suka kok, makasih ya" jawabku berterima kasih
   "Sama-sama"
   "Btw dalam rangka apa?"
   "Gak dalam rangka apa-apa sih cuma pengen aja" sahutnya
   "Terus maksud isi dari suratnya apa?" tanyaku to the point
   "Oh itu? Yaa awal hubungan kita, masa gak tau sih lo cewek kan lebih peka" jawabnya santai
   "Maksudnya gimana?" tanyaku bingung
   "Gue pengen kita punya hubungan yang lebih dari temen doang San, apa lo mau?" jawabnya
Aku tertegun mendengar pernyataan sekaligus pertanyaan darinya. Tak ada jawaban yang keluar dari mulutku, cuma ada keheningan yang terjadi sampai suara diujung sana memecah keheningan yang ada
   "Gue rasa lo masih belom bisa jawab ya? Yaudah deh gapapa lain kali aja jawabnya, hmm.. Good night San jangan tidur malem-malem ya" ucapnya lagi
Tut.. tut.. tut..
  Nada telepon yang diputus. Aku hanya bisa terdiam mendengar semua ini, aku tak tahu harus bagaimana. Yang aku lakukan hanyalah diam sambil terus menempelkan telepon ditelingaku yang sudah terputus sejak tadi.

-Difference

DifferenceTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang