Part 6 : Yang kedua

20 1 0
                                    

Pernyataan Daniel tadi malam berhasil membuatku lupa segalanya, lupa belajar, lupa melanjutkan tugas,dan lupa bangun untuk yang kesekian kalinya. Tadi malam, setelah memutuskan untuk melanjutkan tugas dengan mencontek jawaban Luna aku tak melanjutkan tugas segunungku itu, aku benar-benar tak bisa tidur dan mulai terlelap sekitar pukul 4 pagi, alhasil aku bangun kesiangan la-gi.

Waktu sudah menunjukan pukul 07.44 dan aku masi terduduk manis di dalam angkot yang tak kunjung bergerak sejak tadi, Bang Reiner tak bisa mengantarku hari ini karena ada kelas pagi dan dia seenaknya meninggalkan aku tadi pagi dan tak sedikitpun berusaha membangunkanku, aku memutuskan untuk turun dan jalan kaki saja karena duduk disini akan membuatku semakin terlambat, saat aku sedang berjalan sambil berlari ringan ku dengar suara mobil dari belakang
Tinn..tinn..tinn..
Mobil Jazz berwarna putih tulang berhenti tepat disampingku dan perlahan kacanya terbuka

"Hai calon pacar, ngapain lari-lari gitu?" sahut seseorang di dalam mobil itu
"Loh? Daniel?" jawabku terpaku dengan ucapannya barusan "apa katanya? Calon pacar? yang bener aja" batinku berkata
"Ayo naik! Latihan biar nanti kalo udah jadi pacar gak kaget semobil bareng gw" katanya dengan percaya diri
Aku hanya diam sambil terus menatap dia di dalam mobil sambil memperlihatkan lesung dikedua pipinya.
"Ekmm udah kali ngeliatin nya, gue tau gue ganteng, tapi jangan kelamaan dong yang macet nih" kata Daniel menyadarkan lamunanku
Benar saja sudah banyak antrian mobil dibelakang mobilnya yang sudah men-kalkson dengan wajah penuh amarah, tanpa pikir panjang lagi aku langsung naik ke mobil Daniel dengan cepat.

Di menit pertama hingga beberapa saat hanya ada keheningan yang terjadi di dalam mobil, waktu sudah menunjukan pukul 08.10 dan aku sudah sangat pasrah dengan keterlambatanku yang sangat amat ter-lam-bat ini.
"Kenapa lo telat?" katanya memecah keheningan
"Tadi malem gak bisa tidur" jawabku singkat
"Mikirin gue ya?" katanya meledek
Aku tersipu, yang dia katakan benar tapi mana mungkin aku bilang kalau penyebab dari keterlambatanku hari ini adalah dia.
"Apaan sih" sahutku yang dijawab dengan gelak tawa dari nya
   "Jangan judes-judes nanti cepet tua loh" ledeknya
"Hmm.. ngomong-ngomong udah siang juga kalo tetep maksain ke sekolah juga gak bakalan boleh masuk" lanjut Daniel sambil berhenti ditepi jalan
"Terus?" tanyaku heran
"Bolos aja yuk!" ajak Daniel dengan semangat
"Hah? Gak mau ah gila ya lu" tolak ku
"Yahhh" jawab Daniel dengan nada kecewa yang langsung menunduk murung
Tapi setelah kupikir benar juga yang dia katakan, kalau kita memaksakan untuk tetap sekolah hari ini hukuman macam apa yang akan diberi nantinya.
"Hemm tapi, yaudah deh gapapa kita bolos aja" jawabku kemudian
"ASIK!!" teriaknya yang kelewat kencang
   "Kenceng amat, biasa aja dong" sahutku pelan
   "Ya gak bisa biasa dong, berarti hari ini gue bisa lama-lama sama lu terus" jawab Daniel dengan wajah kelewat senang
   "Ketos macam apa yang ngajak temen satu sekolahnya buat bolos" kataku sambil tersenyum
   "Yehh bukan berarti gara-gara gue itu ketua osis gue gak boleh bolos kan? Gak ada larangan nya juga kalo ketos gak boleh ngajak temen nya bolos" kata Daniel membela diri
    "Haha iya deh iya" sahutku sambil tertawa renyah
   "Yaudah kita jalan aja ya yang" kata Daniel sambil kembali menyalakan mesin mobil
Aku hanya mengangguk saja, tak bertanya akan kemana, tak berniatan juga untuk merespon.

  Selama perjalanan menuju tempat yang aku sendiripun tak tahu, aku hanya diam sambil memperhatikan titik hujan yang mulai turun sejak tadi dari jendela mobil, Daniel juga hanya diam saja sejak tadi sambil terus fokus pada jalanan yang licin.
   "Kita mau kemana sih sebenernya?" tanyaku memecah kecanggungan ini
   "Mau makan dong yang" jawab Daniel dengan senyum
   "Dimana?" tanyaku lagi sambil berusaha tidak menghiraukan panggilannya dengan kata 'yang' barusan
   "Dihatimuuu" jawabnya dengan gelak tawa
   "Apaan sih lu garing" kataku cuek

Meskipun aku bertindak cuek dan tidak peduli seperti ini, kalian harus tau secepat apa jantungku berdetak sejak tadi, rasanya dia ingin lepas dari tempatnya jika terus berdampingan dengan orang disampingku ini.

   "Udah sampe" kata Daniel tiba-tiba yang berhenti disebuah rumah makan yang rasanya pernah aku kunjungi bersama orang lain, namun aku tak mengingat siapa orang itu
   "Woi! Lo tuh kenapa seneng banget ngelamun sih? kesambet aja baru tau rasa" kata Daniel menganggu lamunanku
   "Ahh iyaiya maaf" kataku tersadar
   "Yaudah ayo turun, betah banget berduaan sama gue" kata Daniel dengan senyum meledek
Aku hanya tersipu malu mendengar perkataanya barusan dan bermaksud membuka pintu untuk keluar dari mobil, namun saat aku memegang gagang mobil untuk keluar tanganku di tahan oleh Daniel sambil menatapku hangat dengan senyum yang membuat siapapun akan terpesona melihatnya

   "Bentar deh gue mau ngomong sama lu" katanya dengan memegang kedua tanganku
Aku terkejut sangat terkejut "aduh ada apa nih? copot beneran jantung gue nih kayanya" ocehku dalam hati
   "Ma-au ng-omong a-apa?" kataku tergugup
   "Kayak nya kalo tadi malem gue ngomong lewat telpon kurang gantleman banget yah"
kata Daniel masih dengan senyum
   "Jadi, maksud gue ngajak lo bolos hari ini juga bagian dari rencana gue biar bisa ngomong langsung sama lo" sambungnya perlahan sambil terus memegang tanganku yang mulai dingin
"Aduhh apaan nih? Tolongin gue sekaraanng, gue mau pingsan" kataku dalam hati
   "Lo mau gak jadi pacar gue?" katanya setelah mengambil nafas

Boom! Kekuatan dari perkataanya barusan lebih dahsyat dari yang tadi malam, aku tak tahu harus menjawab apa rasanya seperti disiram oleh air dingin dengan es batu di dalamnya, aku membeku, aku hanya diam terpaku sambil melihat wajahnya yang penuh dengan harap, kita baru saja bertemu, baru saja berkenalan, tapi ada apa dengannya? Apa yang membuatnya memilihku? Apa aku harus membalas perasaannya ini? atau tidak?


-Difference

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jul 05, 2017 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

DifferenceTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang