Chapter || Dead Heart ®6

184 9 3
                                    

Happy reading!

린린린

Author pov.

Jung Soo terpaku ditempatnya berdiri. Ia telah tiba di depan pintu apartemennya sejak beberapa menit yang lalu. Tangannya yang mencengkram gagang pintu tampak bergetar. Ia ragu untuk masuk keapartemennya sendiri. Pikiran dan hatinya tidak tenang sejak tadi. Ia takut akan kemungkinan yang akan terjadi pada kelanjutan hidup rumah tangganya.

Jung Soo sadar jika suatu saat pasti semuanya akan terbongkar, tapi ia tidak menyangka jika itu terjadi secepat ini. Ia belum siap, ia masih membutuhkan keduanya, ia tidak bisa memilih salah satu dari mereka, istri atau kekasihnya yang harus ia pertahankan.

Jung Soo membuka pintu apartemennya dengan pelan, keraguan masih menyelimutinya untuk masuk, tapi ia harus memastikannya sendiri.

Jung Soo melangkah masuk dengan gontai. Ia putar pandangannya di seluruh penjuru ruangan diapartemennya.

Kecewa? Tentu saja!
Ia tak mendapati Ji Soo putrinya yang selalu menyambut kepulangannya, saat ia memasuki apartemen. Tiba-tiba pikirannya melayang pada ketakutannya, membuat tubuhnya melemas seketika dengan berpegangan pada tembok disampingnya. Dadanya bergemuruh, tubuhnya bergetar, napasnya tersengal menahan rasa kalutnya yang menyesakkan. Bahkan tanpa diminta cairan bening itu keluar dari matanya yang memerah.

Di tempat yang sama namun di ruangan yang berbeda, hanya dengan diterangi lampu yang temaram, sesosok wanita sedang berdiri menghadap jendela balkon yang terbuka tirainya, menatap pemandangan malam dari lampu-lampu gedung yang menyala warna-warni.

Matanya memandang lurus ke depan dengan datar, serta tangan yang memegang ponsel yang menempel di telinga kanannya. "Geurae? Arraseo! Geurom... Tugasmu selesai sampai di sini. Terima kasih atas kerja samanya. Sisa bayaranmu akan kutransfer besok."

Sosok wanita yang diketahui bernama Park Soo Rin itu meletakkan ponselnya di atas meja, tepat disampingnya setelah sambungan teleponnya terputus, dengan pandangan masih lurus ke depan.

Tangannya mengepal saat ia mendengar suara pintu terbuka dengan pelan, dengan pandangan mata yang melirik ke samping tanpa menggerakkan kepalanya.

Jung Soo yang kalut segera melangkah menuju kamarnya dengan Soo Rin, ia berharap dapat menemukan istri dan anaknya di sana.

Jung Soo membuka pelan pintu kamarnya. Jantungnya berpacu cepat menghadapi ketakutannya. Ia melihat suasana kamarnya yang temaram, karena hanya diterangi oleh cahaya lampu tidur yang terdapat di atas nakas samping ranjang.

Jung Soo mendesah lirih. Ia merasa lega saat mendapati sosok bayangan wanita, yang berdiri di depan jendela balkon dengan membelakanginya. Sosok wanita yang ia yakini adalah sosok Soo Rin, istrinya. Namun, hatinya kembali resah karena hanya istrinya saja yang ia temukan, lalu di mana putrinya Ji Soo? Kemana anak itu?

Dengan jantung berdetak cepat pandangan Soo Rin kembali fokus ke depan, saat ia mendengar langkah kaki mendekatinya. Ia bergeming mengetahui siapa pemilik langkah kaki itu. Ia terus berfikir apa yang harus ia lakukan sekarang untuk menghadapi suaminya itu. Sikap seperti apa yang harus ia ambil. Haruskah ia bersikap biasa saja sampai Jung Soo yang mengungkitnya terlebih dahulu? Ataukah ia langsung mengungkapnya dan menyelesaikan semuanya saat ini juga? Ia bingung harus memulainya dari mana.

Soo Rin tersentak kecil dari lamunannya saat tubuhnya telah berada dalam pelukan seseorang dari belakang. Ia bergeming dengan bersikap apatis akan pelukan Jung Soo. Ia menunggu dan terus berpikir, dengan pandangan memutar dan alisnya yang mengerut samar, serta menggigit sudut bibir bawahnya bingung.

"Ekhm!... Yeoboya... Eum? Ji Soo, eodiso?" masih dengan memeluk Soo Rin dari belakang, Jung Soo merutuk dalam hati. Ia bingung ingin mengatakan apa. Di satu sisi ia ingin bertanya langsung mengenai, apa benar Soo Rin mengirim seseorang untuk memata-matinya? Tapi di sisi lain ia penasaran dengan keberadaan sang buah hati yang tidak ia temukan sosoknya. Jika saja ia tidak dalam posisi memeluk Soo Rin, sudah dipastikan ia akan menjambak rambutnya sendiri dengan gusar, karena bingung dan bodoh untuk memulai pembicaraan yang bisa di bilang serius, dan mungkin akan menjadi pembicaraan yang mencekam.

MARRIED STORY JUNGSOORINTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang