❄ 03 - Miniatur Eiffel

1K 189 33
                                    

Kemarin, diantara kalian ada yang tanya padaku; Kenapa suka Sehun? Kenapa bisa pacaran sama dia? 'Kan kata kamu dia aneh.

Hm, jadi gini. Kamu pasti sering 'kan baca page yang isinya quotes-quotes galau, cinta atau semacamnya? Kalau iya, berarti kamu nggak asing lagi sama kalimat kayak gini, "Cinta itu nggak terduga. Bisa datang dimana, kapan dan ke siapa aja. Nggak peduli bahwa orang itu kamu benci sekalipun", pasti kamu pernah dengar, soalnya itu kata-kata yang aku copas dari Tumblr.

Sama kayak aku, aku pun nggak pernah nyangka bisa cinta sama dia.

Sehun itu aneh, nggak waras, jahil dan jarang mandi seperti yang aku bilang kemarin. Sementara tipe idealku; kalem, nggak suka buat ulah, orangnya bersih, pinter dan baik sama orang.

Dua terakhir itu ada di Sehun, tapi yang tiga lainnya sama sekali enggak.

Terus kata kamu, kalau gitu kenapa kamu mau sama dia?

Aku pengen bilang kalau aku dipelet. Tapi itu gak mungkin. Soalnya aku 100% sadar bilang iya pas Sehun nembak aku.

Uh, aku salah ngomong. Sekarang kamu malah minta aku buat ceritain kronologi gimana aku ditembak Sehun.

Oke-oke, aku bakal cerita. Dan aku sarankan kamu pegang plastik, jaga-jaga kalau mau muntah.

Kejadiannya tiga bulan yang lalu. Saat aku lagi ngobrol di luar depan kelasku bersama beberapa teman. Pembicaraan kami berputar di film yang sebelumnya sudah kami tonton bersama, Rudy Habibie.

Disela aku sedang bercerita, Lana menginterupsi, "eh, itu gengnya Sehun jalan ke sini!"

Aku langsung menoleh, dan benar saja, dari arah barat Sehun muncul bersama tiga temannya, Kai, Rian dan Daniar. Mereka menatap ke arah kami, dan aku gak tahu mereka mau apa.

"Sehun mau nyamperin Irene, tuh." ledek Myana. Aku cuma menggeleng dan mereka malah makin mengolok-olokku. Soalnya aku dan Sehun memang cukup dekat, atau bisa dibilang, Sehun yang getol mendekatiku duluan. Wajar respon mereka begitu.

Saat Sehun sudah berada dua langkah dari tempatku berdiri, tiba-tiba dia berbalik.

"Ah, gue gak berani." katanya.

"Ya udah biar gue aja." balas Kai.

"Enak aja!"

Habis itu Sehun berbalik lagi dan melangkah mendekat. Aku mengernyit melihatnya, dia mau ngapain?

"Rene, Sehun mau ngomong sesuatu." seringai Daniar. Teman-temanku langsung ber-ekhem-ria.

Aku mendongak, "ngomong apa?" tanyaku ke Sehun. Biasanya, dia kalau mau ngomong ke seseorang itu langsung bilang, nggak perlu dibantu orang lain. Aku jadi mikir kalau Sehun mau ngomong penting. Mendadak aku malah deg-deg-an.

Sehun menjawab, "sesuatu... aja."

Suasana hening.

"Eh! Maksud gue bukan 'sesuatu' kayak gitu pea!" protes Daniar sambil memukul punggung Sehun. Rian dan Kai tertawa di belakangnya. Begitu pun teman-temanku. Cuma aku yang diam.

"Gue juga tau, tapir." kata Sehun sedikit sewot, dia lalu menatapku dan mengembuskan nafasnya. "Rene, aku mau nembak kamu."

Saat itu juga jantungku jadi menggila. Mana ada coba cowok yang dengan entengnya bilang begitu? Apalagi pakai wajah datar kayak Sehun. Dan aku baru sadar kalau kami sudah di kelilingi banyak murid. Rasanya pengen bel masuk cepat bunyi aja.

Sebuah miniatur Menara Eiffel yang dijadikan gantungan kunci dia tunjukkan padaku dari belakang punggungnya. Kemudian diberikannya padaku. Aku menerimanya sedikit bingung. Kok miniatur? Kok bukan bunga?

Dia bilang, "Rene, walaupun ini Eiffel boongan, tapi aku janji cintaku ke kamu sama sekali gak bohong

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Dia bilang, "Rene, walaupun ini Eiffel boongan, tapi aku janji cintaku ke kamu sama sekali gak bohong."

Dengan sekejap, sorakan murid-murid langsung terdengar.

Aku menggigit bibirku, merasa malu sekaligus senang. Saat itu aku nggak tahu Sehun tahu apa enggak tapi sebenarnya aku juga suka dia.

Dan saat Sehun minta aku jadi pacarnya, aku langsung bilang iya.

***

Part ini kepanjangan😂

CheesyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang