***
Di dalam mobil Grevan menatap Sena.
Apa yang dia pikirkan? Kenapa dia menatapku begitu lama? Kenapa mobilnya tidak dinyalakan? Sena terus memutar pikirannya mencari jawaban yang dapat meredakan getaran di hatinya. Sebelum akhirnya seluruh tubuhnya beku karena kini tangannya di gengam lembut oleh Grevan.
"Terima kasih." Grevan menatap mata Sena, mencari jawaban kenapa kehadiran Sena dapat membuat Shinta begitu bahagia, bahkan Sena dengan mudahnya memperoleh kepercayaan dari Shinta.
"Buat apa?" Sena bertanya bingung, tidak hanya bingung dengan ucapan Grevan, tapi juga bingung dengan perasaannya, mengapa getaran di hatinya semakin kuat, tapi Sena dengan cepat menepiskan pikirannya. Dia sadar ini hanya demi uang kuliahnya, tidak boleh membawa perasaan didalam sandiwara ini.
"Besok kita ke rumah sakit ya, tapi sore atau malam, kamu tidak ada kegiatan lain kan?"
Sena mencoba mengingat seluruh jadwalnya kuliahnya, setelah dia memastikan besok tidak ada kuliah malam, dia menjawab "Baiklah."
"Ini KTP mu, boleh ku minta nomor hp mu? Besok kamu bisa bawa proposal polis Asuransi, Premi nya terserah padamu, cukupkan saja dana yang kamu butuhkan. Berapapun itu aku akan menandatanganinya besok dan berjanjilah setelah itu kamu tetap ada disamping ku sampai kondisi ibu ku membaik. Dia satu-satunya yang ku miliki saat ini."
Grevan mengucapkan seluruh harapannya dengan begitu tenang kepada Sena, kini wajah menakutkan itu berubah menjadi wajah yang sangat berkharisma dan menyejukkan, Sena tidak pernah bermimpi bertemu bahkan bersandiwara menjadi calon istri pria setampan Grevan.
***
"Malam ma, bagaimana keadaan mama?"
"Besok pagi mama sudah boleh pulang van."
"Serius ma?"
Baru semalam ketemu Sena, besok pagi udah bisa pulang, jangankan Grevan, Sena pun pasti tidak percaya akan hal ini.
"Iya Grevan, mama kamu sudah sangat membaik, besok pagi sudah boleh pulang jika malam ini tidak ada keluhan lagi, tapi nanti tetap rutin berobat jalan ya" Kata dokter yang baru saja masuk ditemani oleh seorang suster membawa alat pemeriksaan.
Sena berdiri disamping Grevan ikut bahagia mendengar seluruh kalimat dokter. Tanpa sadar Sena berucap "Puji Tuhan, Thanks Lord" dengan suara kecil tapi cukup terdengar oleh Grevan.
Grevan menatap Sena dan menariknya keluar ruangan, diluar dia peluk Sena dengan begitu erat dan berkata "Terima kasih Sena". Sena merasakan air menetesi lehernya, Grevan menangis karena Ibu nya sudah dapat pulang, Grevan sangat terharu, Grevan berpikir Shinta tidak akan pernah pulang dengan keadaan sehat dan selamat. Ternyata kedatangan Sena membuat kondisi Shinta drastis membaik.
Grevan memang pria galak, tapi untuk hal yang menyangkut Shinta, dia bisa berubah menjadi pria yang sangat lemah dan cengeng. Bahkan rasa malunya hilang ketika air mata nya menetes begitu saja. Usia dan kondisi Shinta yang membuat Grevan tidak memiliki banyak harapan. Wajar saja anak tunggal ini bisa menjadi sangat lemah, karena tanpa Ibu nya dia akan menjadi manusia sebatang kara di dunia yang cukup besar dan asing baginya. Si galak yang tidak pernah memiliki teman.
Sena menyambut pelukan Grevan dan berkata "Terima kasih juga, anda sudah menyelamatkan nasib dan masa depan saya." Sena mengelus punggung Grevan begitu lembut dan getaran yang tidak pernah Grevan rasakan timbul begitu saja di dalam hati Grevan, Grevan begitu sejuk dalam pelukan Sena, dan kini semakin merasakan kenyamanan bersama Sena.
"Bu Shinta sudah selesai di periksa." Kalimat dokter yang baru saja keluar dari ruangan membuat pelukan Grevan dan Sena terlepas.
"Terima kasih dok." Kata Grevan sambil melangkahkan kakinya masuk ke dalam ruangan dan tangannya tidak lupa menggenggam tangan Sena.
Sena mengikuti langkah Grevan.
"Mama mau akhir bulan ini kalian menikah."
Seperti disambar petir, Sena mendengar kalimat dari Shinta. Hari ini sudah tanggal 17 bagaimana mungkin akhir bulan ini bisa menikah? Apa yang harus dikatakan Sena kepada orang tua nya? Bagaimana nanti jika orang tua Sena menganggap Sena sudah berbuat kurang ajar sehingga harus dinikahkan dalam waktu singkat?
"Baik ma.. yang penting mama cepat sembuh dan pulih ya." Grevan menjawab dengan tenang, memang tidak ada alasan yang membuat Grevan bisa menolak permintaan orang yang sangat dicintainya ini, apalagi dalam kondisi seperti ini. Grevan mengingat kejadian yang membawa Shinta harus di rawat seperti saat ini. Andai saja saat itu Grevan tidak membantah permohonan Shinta yang menginginkan Grevan cepat menikah mungkin saat ini Shinta sedang menyulam diruang keluarga dikursi favorit Shinta.
***
"Jangan nyalakan mobilnya, aku ingin bicara." Sena memberanikan diri bicara.
"Ada apa Sena?"
"Kenapa kamu mengatakan iya kepada tante untuk menikah di akhir bulan ini? Bukankah perjanjian kita hanya sampai kondisi tante membaik, tidak ada pernikahan."
"Sena, aku mengerti apa yang kamu pikirkan, tapi cobalah mengerti apa yang ku pikirkan. Dia mama ku, orang yang sangat ku cintai, satu-satunya yang ku miliki saat ini. Aku tidak ingin melihatnya kembali sakit jika aku menolak permintaannya. Aku berjanji akan terus jadi nasabah mu, aku berjanji setelah menikah tidak akan menyentuhmu, aku berjanji, apapun yang kamu inginkan akan ku lakukan Sena. Ku mohon kamu mau menjadi istri ku." Grevan menatap dalam Sena dengan wajah yang sangat memohon.
Debaran kini Sena rasakan kembali, entah dirasuki oleh makhluk apa Sena mengangguk begitu saja.
***
YOU ARE READING
Lebih dari yang ku harapkan
RandomMenjadi wanita yang terlahir dari keluarga yang berkecukupan membuat ku lupa untuk bermimpi, karena tanpa ku impikan akan segera ku dapatkan. Tapi sesuatu terjadi sehingga ku menjadi seorang pemimpi, bahkan sering dikatakan penghayal oleh seluruh te...