4

8 1 0
                                    

***

Ini adalah hari pertama Sena mencoba baju pengantin, seminggu yang lalu setelah Shinta meminta Grevan menikahi Sena mereka langsung sibuk menyiapkan seluruh persiapan pernikahan mereka, mulai dari gedung, makanan, undangan dan lainnya.

"Ini calon istri saya, tolong bantu dia untuk mencoba gaun pengantinnya." kata Grevan kepada salah satu pelayan di butik.

"Mari mba, saya bantu, kamar gantinya ada disini." Pelayan tersebut langsung membawa Sena.

Setelah merasa gaun yang digunakannya sudah terpajang rapi membalut tubuhnya Sena memutuskan keluar menemui Grevan, Sena ingin tau komentar Grevan. Sena melangkahkan kakinya begitu anggun, Grevan yang sibuk melihat hpnya langsung melihat Sena ketika mendengar suara langkahan kaki Sena semakin mendekat.

"Bagaimana? Kamu suka?" tanya Sena dengan perasaan yang sedikit malu karena gaunnya cukup menampilkan lekukan tubuh Sena yang hampir sempurna.

Grevan menatap sosok wanita yang di depannya dengan penuh kekaguman, Grevan tidak menyangka Sena memiliki tubuh sebagus ini, karena selama ini Sena selalu menggunakan baju yang kebesaran dan terkesan tomboy.

"Grevan, menurut kamu bagaimana? Jelek ya?" kata Sena bingung melihat ekspresi Grevan tanpa sepatah kata pun.

"Tidak, gaunnya yang cantik di badan mu Sena, aku suka bahkan semakin suka pada ..." Grevan menghentikan perkataannya begitu melihat ekspresi Sena berubah. Grevan sadar ini hanya pernikahan sandiwara demi kesembuhan ibu yang disayanginya. Grevan sudah berjanji tidak akan menyentuh tubuh Sena walaupun sudah menikah.

"Semakin suka pada apa? Kok berhenti?" tanya Sena penasaran.

"Semakin suka pada gaunnya, saya tidak sangka gaun ini akan terlihat semakin cantik di badanmu." ucap Grevan bohong.

***

31 Mei 2015

Tepat hari ini pernikahan Grevan dan Sena.

"Sena, kamu sudah siap sayang? Grevan dan keluarganya sudah sampai." suara mama terdengar memanggil Sena.

"Iya ma, Sena sudah selesai."

Jantung Sena begitu berdebar, Sena tidak pernah bermimpi akan seperti hanya karena menumpahkan minuman ke baju seorang pria. Sena melangkahkan kakinya menuju Grevan.

"Kamu sangat cantik." bisik Grevan ketika Sena sudah berada di mobil pengantin yang akan membawa mereka ke sebuah Gereja yang memiliki bangunan sederhana, sesuai dengan impian Sena jika menikah ia ingin dinikahkan di Gereja ini.

Wajah Sena merah mendengar kalimat Grevan, jantungnya semakin berdebar. Sebentar lagi Sena akan menjadi seorang istri dan status lajangnya kan berubah. "Terima kasih, kamu juga sangat tampan." Jawab Sena dengan suara lembut dan tersipu malu."

Di Gereja mereka mengucapkan janji nikah, hati Sena berkata janji nikah ini bukan sandiwara, Sena berjanji akan menjadi istri terbaik untuk Grevan walaupun Grevan hanya menganggap Sena istri sandiwara.

Grevan memikirkan hal yang sama, Grevan berjanji kepada Tuhan di dalam hatinya akan menjaga Sena dan mencintai Sena semampunya walaupun Sena hanya menganggap Grevan suami sandiwara.

***

"Kamu mandi duluan, aku belakangan saja" kata Grevan melihat wajah Sena yang begitu kelelahan.

Sena diam, tidak menjawab, Sena hanya melihat gaunnya dengan wajah kebingungan.

"Kenapa?" tanya Grevan

"Aku tidak bisa membuka gaun ini sendirian, tangan ku tidak sampai ke belakang." jawab Sena malu.

"Aku panggil bibi saja ya, biar dia bantu kamu melepaskan gaun itu." Grevan memberi usul, Grevan bukan tidak mau membukanya, tapi Grevan takut Sena berpikir macam-macam terhadap Grevan.

"Tidak perlu, bibi sudah cukup lelah hari ini membereskan semuanya, kamu bisa bantu lepasin?" tanya Sena dengan keraguan.

"Tentu, kalau kamu mengizinkannya."

Grevan melangkah kebelakang Sena, perlahan diturunkannya resleting gaun Sena, Grevan meneguk air liurnya. Grevan yang tidak pernah melihat tubuh wanita sebelumnya kini malah menyentuhnya. Tubuh Sena begitu indah, kulit mulus putih bersih bercahaya, walau Sena tomboy, tapi kulitnya begitu terawat.

Grevan berhenti ketika resleting sudah terbuka setengah.

"Apa harus ku turunkan semua disini?" Grevan bertanya dengan penuh rasa segan tapi penasaran.

"Bagaimana aku melepaskan gaun ini jika hanya diturunkan setengah?" 

"Haruskah ku menutup mata untuk melanjutkannya?"

Sena mengerti akan ucapan Grevan, tapi Sena ingin menghancurkan tembok pemisah diantara mereka.

"Grevan, aku tau pernikahan kita hanya sandiwara, tapi bolehkah aku memohon agar kita menjalaninya tanpa sandiwara? Aku ingin kehidupan yang normal, biarkan semuanya berjalan dengan sendirinya, jangan pernah mencoba menghentikannya." Sena mengutarakan isi hatinya.

Grevan terdiam mendengar perkataan Sena. 'Apakah Sena mengizinkan ku mencintainya?' batin Grevan.

Grevan meneruskan membuka resleting gaun Sena, Grevan menutup mata dan mendekatkan wajahnya ke punggung Sena, jarak wajah Grevan dan punggung Sena hanya tinggal 5 cm sehingga Sena dapat merasakan hembusan nafas Grevan dan Grevan dapat mencium aroma tubuh Sena.

Grevan mencium punggung Sena dengan lembut, Sena diam tak menghindar.

"Grevan, ayo makan, ajak Sena juga, makan malam sudah selesai." mendengar suara Shinta, Grevan menghentikan ciumannya dan berbisik "Sudah terbuka, cepetan mandi, aku tunggu di ruang makan." dan melangkah keluar.

Sena yang menikmati setiap tindakan Grevan hanya mengangguk menerima instruksi dari Grevan.

***

"Mama sudah membelikan tiket bulan madu kalian ke Lombok, besok jam 10.30 jam keberangkatan pesawatnya. Jika nanti kalian merasa bosan di Lombok, kalian bisa pindah ke Bali." kata Shinta sambil menikmati hidangan makan malamnya.

Shinta memang sudah tidak sabar menggendong cucu, sehingga tanpa tanya Shinta inisiatif membeli tiket buat Grevan dan Sena bulan madu.

Hari ini adalah hari pertama Sena makan malam dan duduk di meja makan bersama Shinta dan Grevan, hal itu membuat Sena canggung dan tidak banyak bicara. Sena hanya menganggup begitu Shinta selesai membahas tentang bulan madunya.

"Besok pagi ma? Apa tidak terlalu cepat ma? Sena masih ingin menyelesaikan S2 nya." Grevan ingin menolak tapi tidak ingin menyakiti hati Shinta.

"Nanti biar mama yang jaga cucu mama, ga apa-apa kok kalau Sena mau kuliah, yang penting Sena sudah melahirkan seorang cucu yang akan menjadi teman mama di rumah yang sunyi ini." Shinta memohon dengan tatapan penuh harapan melihat Sena.

"Iya tante, tante doakan saja, biar Sena cepat diizinkan Tuhan untuk hamil dan menjadi seorang Ibu." jawab Sena yang tak ingin membuat Shinta kecewa.

"Jangan panggil tante, kamu sudah resmi jadi istri Grevan, panggil mama saja ya Sena. Mama senang dengar jawaban kamu, Grevan tidak salah memilih kamu sebagai istrinya." Shinta menjawab dengan bahagia.

***

=== Jangan hanya menjadi silent reader ya,

tanggapan, komentar dan sarannya sangat diharapkan. (^.^) ===


***

Setelah ini, bagian berikutnya akan di kunci ya, jadi jangan lupa follow untuk membacanya. 



You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: May 24, 2017 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

Lebih dari yang ku harapkanWhere stories live. Discover now