Bab empat

6.4K 220 42
                                    

Naruto
.
.
.

Pernikahanku sudah dua tahun dengan Teme, tapi sedikit pun dia tidak peduli padaku, bayangkan saja dia selalu pergi pagi, pulang malam berhubungan sex pun dua atau empat kali dalam satu bulan. Aku tuh laki-laki normal kadang-kadang aku juga ingin melakukannya kalau lagi nafsu, tapi seperti biasa Teme, istriku tidak bisa atau tidak mau melakukanya. Hahh... Berat sekali rasanya

Aku sangka Teme sedikit berubah peduli padaku senjak kita tinggal diKonoha, dia lebih perhatian dengan hal kecil seperti menyiapkan air mandi, pakaian yang aku pakai, kadang-kadang dikamar dia menyiapkan makanan kecil atau kopi untukku. Tapi semuanya hanya impianku saja karena yang melakukannya teryata bukan Teme tapi tou-san. Yah Kami-sama, aku binggung dengan hidupku, apakah salah aku minta perhatiannya walaupun itu hanya sedikit dari istriku sendiri

Ah sudahlah...biarkan saja, ini memang sudah takdirku menikah dengan Teme, istri yang kucintai meskipun dia tidak terlalu peduli padaku tapi aku tahu dia mencintaiku. Hah... Dari pada aku stres memikirkan semua sifat istriku yang sedikit egois yang hanya peduli diri sendiri, lebih baik aku kekamar untuk melihat tou-san sedang apa dan bertanya apa benar yang dikatakan Iruka-san kalau selama ini tou-san yang menyiapkan semua keperluanku

BRAKK......

PRAKK.....

DUKK.....

PYARR....!!!

"ADUH....!!!"teriak tou-san dari kamar mandi sewaktu aku membuka pintu kamarku

"Tou-san....!!!"seruku langsung berlari menuju kamar mandi yang pintunya tidak tertutup, aku terkejut melihat pemandangan indah yang membuat adik kecilku berdiri. Tou-san yang selalu bersifat dingin dan tegas bisa seliar dan seseksi ini, bayangkan saja kimono tou-san yang sepertinya tipis itu memperlihatkan tubuhnya yang putih dengan puting warna merah berdiri tegak seperti menantangku untuk menjilatnya, mengecupnya dan mengigitnya pelan agar tou-san mengerang karena terlalu enaknya

"Naru... Naru.... Naruto...!!!"teriak tou-san membubarkan lamunan jorokku yang seharusnya nggak kulakukan karena aku membayangkan tou-san yang berteriak keenakan dibawah tubuhku bukannya Teme

"Maaf tou-san"kataku menyesal bukan hanya tidak membantunya tapi juga membayangkan hal-hal jorok tentangnya meskipun untungnya tou-san tidak tahu, syukurlah

"Tou-san juga minta maaf meneriakimu, tapi bantu tou-san berdiri"kata tou-san mengarakan tanganya keatas, agar aku membantunya berdiri. Dengan sigap aku membantu tou-san berdiri, tapi sebelum berdiri tegak, tou-san terjatuh lagi untung saja aku dapat menahanya dengan memeluknya dengan erat, agar tou-san tidak terjatuh lagi

"Maaf Naruto, kaki tou-san sakit, sepertinya keseleo"kata tou-san yang masih bersandar didadaku, aku nggak menyangka kalau tinggi tou-san hanya sebahuku saja aku sangka lebih, aku baru tahu juga teryata tinggi Teme meniru tou-san, munyil. Aku suka sekali karena sangat pas dengan tubuhku, jadi nyaman untuk memeluknya dan menciumnya kalau lagi ingin

"Yah udah, kalau begitu tou-san kugendong saja kekamar"jawabku sambil mengedongnya gaya bridal. Aku lihat wajah tou-san memerah. Aduh manis sekali, gak kalah dengan istriku tersayang. Aku jadi ingin memakanya, sepertinya entar malam aku harus minta jatah Teme karena berdekatan dengan tou-san membuatku jadi nafsu

"Naruto... Em.... Langsung kekamarku saja, biar tou-san bisa langsung ganti baju"kata tou-san sewaktu aku keluar kekamar mandi

"Baik tou-san"jawabku mengeratkan pelukan sebelum keluar kamar agar tou-san tidak jatuh sewaktu aku turun dari tangga

NARUFUGA

FUGAKU

.
.
.
.

Maaf Anakku, Aku Mencintai SuamimuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang