Prolog

534 58 1
                                    

Tap

Tap

Tap

Derap suara langkah kaki dirasa kian mendekati tempat Baekhyun berada kini. Seiring didengarnya langkah yang mendekat, semakin meningkat pula degupan jantungnya. Tungkai mungilnya sejak tadi berjalan tanpa tujuan di dalam kamarnya, sembari menggenggam sebuah buku usang di tangan kanannya.

Sebuah buku yang menjadi alasan kewaspadaannya saat ini. Sebuah buku yang entah dikatakan membawa musibah atau kemujuran padanya.

Cklek Cklek

Baekhyun melonjak terkejut dan menatap cemas ke arah pintu. Kepanikan sungguh mulai melanda dirinya, memikirkan segala cara untuk menghindari seseorang-atau tepatnya-sosok di balik pintu. Ia menarik nafas panjang sejenak, kemudian menatap penuh harap pada buku yang tengah ia genggam.

"Ayolah..ayolah! Pasti ada mantra untuk membatalkannya!" Baekhyun semakin gusar membolak balik lembaran buku tersebut, sementara gedoran keras kian terdengar dari arah pintu. Membuat jemarinya semakin bergerak tak karuan. Ia sudah akan memekik putus asa sampai dilihatnya tulisan kuno pada akhir halaman, yang dengan ilmu ala kadar yang ia miliki berartikan 'Pembatalan perjanjian'.

Maka dengan itu Baekhyun lantas berlari menuju jendela kamarnya, sambil sesekali memperhatikan area belakangnya, takut-takut jika sosok disana sudah menerobos masuk ke dalam kamarnya.

Penuh kehati-hatian ia mengendap-endap keluar jendela, meminimalisir suara langkah kakinya agar tidak terdengar sampai luar pintu. Ia tutup jendela itu kemudian, menyempatkan bersorak dalam hati setelah dirasa percobaan kaburnya berhasil. Setidaknya sampai ia memutar tubuhnya dan-

"Mencoba untuk lari dariku?"

-Baekhyun berjengit hingga terduduk di lantai ketika sosok dibalik pintu tadi kini hadir di hadapannya. Melayang tanpa menapak, ditopang oleh sayap hitam yang mengembang dibalik punggungnya. Puluhan kupu-kupu hitam yang mengitari sisi tubuhnya, membuat sosok lelaki ini bagai penguasa malam di bawah temaram sinar bulan.

Sosok lelaki itu bersedekap, memasang wajah dinginnya, lurus menatap pada Baekhyun. Dengan parasnya yang rupawan di luar batas kemanusiaan, seharusnya bisa menekuk lutut siapapun yang melihatnya, termasuk Baekhyun.

Yah..seharusnya.

Jika saja lelaki itu bukan makhluk bersayap dan tak memiliki detak jantung di dadanya.

"A-aku t-tidak! Aku tadi ingin keluar-ah maksudku aku ingin menghirup udara segar sebelum bertemu denganmu" kilah Baekhyun dengan terbata-bata, dalam hati ia berdoa agar sosok di depannya ini percaya akan ucapannya.

"Begitukah?" Baekhyun mengangguk dengan cepat sementara lelaki itu menatap lekat pada Baekhyun, membuat si mungil gugup dan berulang kali menelan liurnya sendiri. Perlahan-lahan Baekhyun mulai membawa langkahnya mundur, setelah dirasanya sosok itu bergerak maju ke arahnya.

Masih tanpa menapak, disertai kupu-kupu hitam yang terus mengitari sisinya.

"Jadi..." lelaki itu melayang dengan cepat menuju hadapan Baekhyun, menangkup wajah mungilnya hingga Baekhyun terdiam mematung. "...kau sudah siap membayar imbalan untuk perjanjian kita?" bisiknya halus, dan Baekhyun bersumpah itu terasa seperti bisikan kematian. Lelaki itu semakin membawa tubuhnya mendekat dan Baekhyun lantas mengeluarkan seluruh tenaganya untuk menahan tubuh lelaki itu.

"T-tunggu s-sebentar Tuan *Thanathos-ah tidak maksudku Dewa Yang Agung. A-aku belum-YAK BERHENTI SIALAN!" Baekhyun memekik dengan nafas memburu. Entah datang dari mana keberanian itu hingga ia berani meluapkan emosinya pada sosok di depannya, yang hanya menatap Baekhyun datar dan dingin. "Dengar ya makhluk jadi-jadian! Aku sudah menemukan mantra untuk pembatalan perjanjian kita, maka berakhir sudah kesepakatan kita! Kau tidak bisa mengambil nyawaku hahahaha" Baekhyun berseru dan tertawa penuh semangat dan kebanggaan. Hingga satu menit setelahnya tawa renyah dari mulut mungilnya kian menyurut, mendapati seringai licik yang mengembang di sudut bibir sosok lelaki tinggi di depannya. Seringai itu semakin melebar ketika Baekhyun akhirnya tersudut oleh dinding.

Diangkatnya tangan kanannya untuk menangkup pipi kanan Baekhyun, dan si mungil bergidik merasakan betapa dinginnya tangan lelaki itu. "Kau pikir aku meminta nyawamu?" tanya si pria bersayap, sedang Baekhyun tak sadar menganggukkan kepala. Lelaki itu terkekeh ringan dan Baekhyun bersyukur tidak ada taring tajam di dalam sana. "Kau terlalu banyak membaca buku dongeng, bocah manis!" Ia terkekeh kembali melihat bibir Baekhyun yang mengerucut tak terima, kemudian mencubitnya sebelum membawa tubuh keduanya semakin dekat. "Jikalaupun ada yang seperti itu, aku tetap tidak akan meminta imbalan dengan nyawamu" seringai kembali muncul seiring dengan iris matanya yang menggelap.

Dengan polosnya Baekhyun mengerjapkan mata, lalu berucap. "Lalu?". Sosok bersayap itu tersenyum begitu liciknya, kemudian berbisik halus di depan bibir Baekhyun. "Mengapa aku harus mengambil nyawamu..." Ia berhenti sesaat untuk membawa kedua tangan dinginnya merayap menuju pusat tubuh si mungil, sedang kepalanya merunduk menuju telinga kanan Baekhyun.

"...jika ada tubuh indahmu yang bisa kunikmati..." 

.
.
.

Lanjut atau delete?

Amor Vincit Omnia Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang