Part 1

403 42 0
                                    

Pada masa yang teramat lampau, tepatnya jauh dari dimana manusia berpijak, hiduplah para penghuni dan penguasa langit dengan harmonis. Sungguh berbanding terbalik dengan kondisi di muka bumi, dimana peperangan terus terjadi di setiap sudut dataran. Hingga pada akhirnya ketika dengan lancangnya sekumpulan manusia mencuri api dari Gunung Olimpus untuk dijadikan alat membunuh, para dewa pun murka bukan kepalang.

Maka untuk menghukum kesalahan umat manusia tersebut, Dewa Zeus menyuruh salah satu anaknya, Hefaistos dewa pandai besi, untuk membuat seorang manusia. Terciptalah manusia setengah dewa berjenis kelamin perempuan pertama di dunia.

Setelah sosok itu tercipta, berbagai dewa dewi ditugaskan untuk menyempurnakan sosok manusia setengah dewa tersebut. Dewi Athena mengajarinya menenun dan menjahit serta memberinya pakaian, Dewi Afrodit memberinya kecantikan dan hasrat, para Kharis memakaikan padanya perhiasan, para Hoirai memberinya mahkota, Dewa Apollo mengajarinya bernyanyi dan bermain musik, Dewa Poseidon memberinya kalung mutiara, Dewi Hera memberinya rasa penasaran yang besar, Dewa Hermes memberinya kepandaian berbicara serta memutuskan untuk memberikan sebuah nama padanya.

Pandora,

yang bermakna "mendapat banyak hadiah"

Dengan tingkat kesempurnaan yang nyaris ia miliki, baik dari segi kemampuan maupun penampilannya, membuat para penghuni langit menaruh perhatian padanya. Sebagian besar dari mereka terpesona akan paras cantiknya dan kagum akan pribadi si gadis.

Termasuk pun Dewa Horus, sang dewa perang dan pelindung langit, yang ditugaskan untuk menemani sekaligus menjaga sang gadis sejak ia berumur lima tahun. Nampaknya Horus lah satu-satunya, yang tidak pernah luput mengamati tumbuh kembang Pandora mulai dari sejak ia kanak-kanak hingga akhirnya tumbuh sebagai seorang gadis cantik jelita.

Kebersamaan mereka selama bertahun-tahun, mau tidak mau membuat keduanya begitu dekat, saling memahami, saling mengagumi, termasuk...

saling menyembunyikan sesuatu dalam hati masing-masing. Semua akan terasa mudah tanpa ada yang perlu ditutupi, andai saja...

Horus tidak mempunyai sosok yang sudah ditakdirkan untuk menjadi pendampingnya.

Adalah Dewi Hathor, sang dewi yang melindungi kaum manusia dan memberikan cinta beserta kegembiraan pada makhluk bumi, yang ditakdirkan menjadi belahan jiwa Dewa Horus. Kepribadiannya yang lembut dan penyabar, membuatnya tidak pernah sekalipun mengeluh pada sang suami, yang nyatanya lebih memilih menemani Pandora ketimbang dirinya.

Meski hari-hari yang ia jalani nampak membosankan, mengawasi segala aktivitas di bumi setiap detiknya dalam kesunyian, ia tetap bersyukur karena setidaknya sang suami telah memberikannya satu peri gigi untuk menemaninya.

Peri gigi itu diberikan oleh Horus padanya tepat ketika pertama kali suaminya itu ditugaskan untuk menemani Pandora. Saat itu Horus sudah memperkirakan bahwa kelak waktunya bersama sang isteri akan habis tersita. Nyatanya keputusannya itu tepat, sebab hanya si peri gigi yang senantiasa menemani Hathor, ketika Horus bahkan tak pernah lagi menyediakan waktu untuk sekedar mengetahui kabar sang Dewi.

Pada suatu hari, usia peri gigi sudah mencapai batas kaum peri. Dewi Hathor yang tidak siap untuk melepasnya pergi, dengan isak tangis merapalkan berbagai mantra untuk melindungi peri gigi tersebut. Baik dari penyakit yang terus menggerogotinya, maupun dari Osiris, sang raja kematian.

"Tidak...aku mohon bertahanlah periku..." isaknya sambil memegang kepala si peri dengan tangan mungilnya yang bergetar. Sementara si peri gigi sendiri sudah semakin melemah, namun masih sanggup memberikan senyum hangat untuk dewinya. "Kau harus bertahan periku. Aku...aku tidak sanggup sendiri lagi..." Hathor tak sanggup lagi meneruskan ucapannya, sebab isak tangisnya tak bisa dibendung lagi olehnya. Bibir tipisnya tak lelah berucap mantra...

Amor Vincit Omnia Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang