Part 3

386 54 8
                                    


PRESENT
(Lanjutan dari prolog)

Present

"APA KAU BILANG?!"

Baekhyun memekik dengan hebohnya sembari menghempaskan tangan dingin yang dengan kurang ajar menyentuh pusat tubuhnya, kemudian segera menutupi tubuhnya dengan kedua tangannya. Meski faktanya pakaian lelaki itu cukup tebal membungkus tubuh mungilnya.

"Dengar kau iblis! Jangan harap bisa mengambil nyawaku atau bahkan menyentuh tubuhku! Karena aku benar-benar akan membacakan mantra untuk pembatalan perjanjian kita!" Ucapnya nyalang, sedang pria bersayap itu hanya mengedikkan pundak dengan satu alisnya yang menukik ke atas.

"Oh ya...? Baca saja. Aku suka mendengar suaramu bocah, apalagi ketika nanti meneriakkan namaku." Thanathos mengeluarkan seringainya, yang demi apapun benar-benar membuat Baekhyun ingin melempar sendalnya pada wajah lelaki itu. Si pria mungil menarik nafas sejenak sembari mengelus dada, sebelum membuka kembali halaman buku yang telah ia lipat sebelumnya.

Baekhyun berdeham sejenak, kemudian mulai merapal mantra yang tertulis pada buku.

"O theós ton theón. Me tin ádeiá sas zítisa, boró na ton kratísei, Thanathos, to dorití mias eirinikís thanátou" Ia menjeda sesaat, membasahi bibirnya yang terasa kering. "Os ek toútou, óli tin óra zoúse mónos. Epitrépste mou loipón na..."

Baekhyun menjeda kembali untuk memberikan seringai kemenangan pada lelaki bersayap. Sambil menatap lamat padanya, Baekhyun kembali berucap.

"...synodéfsei theós Thanathos"

Hening.

Tidak ada yang bersuara sejak Baekhyun telah menyelesaikan merapalkan mantranya. Pada 1 menit pertama, ia menduga bahwa mantra itu mungkin tidak lantas langsung bekerja efektif. Pada menit ketiga, Baekhyun masih mencoba berpikir positif, meskipun sosok di depannya sudah melayang-layang di sekitarnya.

Maka pada menit kelima...

Habis sudah kesabaran Baekhyun.

"Yak! Ini pasti perbuatanmu! Kau diam-diam mengeluarkan kekuatanmu agar mantranya tidak bekerja, iya 'kan?!" Todong Baekhyun dengan suara cemprengnya. Ia kesal setengah mati, ditambah lagi melihat makhluk gelap itu sedang terkekeh mengejeknya di atas sana.

"Aku tidak memiliki kekuatan seperti yang kau tuduhkan bocah. Jelas saja mantranya tak berlaku, sebab otak pintarmu itu begitu jeli menerjemahkan sebuah mantra." Sindirnya sambil tersenyum angkuh nan memuakkan bagi Baekhyun. "Apa kau bahkan mengerti sepenggal kalimat saja dari mantra itu?" Tanyanya, benar-benar membuat Baekhyun nampak seperti bocab idiot. Ia menggeleng sambil memutar mata, ketika dilihatnya si mungil hanya terdiam di posisinya.

"Dekatkan aku padanya, izinkan aku menemaninya...sebab Thanathos telah melupakan arti kebahagiaan"

Deg!

Baekhyun bersumpah sesaat yang lalu, degupan asing begitu kentara di dadanya. Ia tak mengerti, hanya karena kalimat yang diucapkan oleh makhluk di depannya ini, menimbulkan sesuatu yang mengetuk bawah sadarnya. Asa yang tidak asing baginya.

"Cih! Benar dugaanku. Tidak ada satupun kalimat dari rangkaian mantra itu yang mampu diterjemahkan oleh otak 'pintarmu' itu." Thanathos mendengus, memberi penekanan pada ujung kalimatnya.

Baru saja Baekhyun sedikit terenyuh akan lelaki itu, dengan segera sirna mendengar ejekan yang dilontarkan olehnya. Ia melonjak-lonjak keatas, mencoba meraih ujung kaki Thanathos, dan berhasil pada tarikan ketiga.

"Omong kosong! Ini pasti akal-akalanmu saja. Kau yang sudah menggagalkan mantranya dan semua yang kau katakan tadi hanya karanganmu saja! Asal kau tahu ya, aku ini penerima beasiswa dan-"

"-sshh...diamlah. Jika masih ingin berdebat denganku...bukankah sebaiknya kita pindah ke ranjang, lalu kau bisa meneriakkan suaramu sepuasnya. Bagaimana?" Goda Thanathos, sambil mengeluarkan seringai andalannya.

Baekhyun benar-benar telah mencapai batas kesabarannya, hingga dihempaskannya tangan dingin Thanathos yang membungkam mulutnya. "Iblis sialan! Menjauh dariku seka-"

Brukk!

Si mungil kehilangan suaranya, dan meneguk liurnya gugup. Terlalu bersemangat meluapkan emosi membuat ia tak menyadari bahwa sejak tadi, tubuhnya diam-diam telah disudutkan menuju ranjang. Ketika ia sadar, semuanya telah terlambat.

Dengan gagahnya Thanathos telah mengukung tubuh mungilnya, dan sialnya kaki beserta tangannya sama sekali tak bisa digerakkan. Degupan jantung Baekhyun meliar, ketika aura dingin mulai melingkupi pinggul hingga ujung kakinya.

"Lepaskan aku! Sialan kau! Aku bilang lepas sialan!" Baekhyun tak hentinya mengumpat, tak ayal tubuhnya mulai panas dingin ketika dirasanya celana piyamanya telah tergeletak di lantai. Merasa keperjakannya benar-benar terancam, membuat ia merasa ingin menangis saja. Ia tatap Thanathos yang sedang mengecupi tubuh bawahnya, dengan mata sabitnya yang berkaca-kaca. "Tuan Thanathos..ah m-maksudku Dewa Thanathos yang agung. Kumohon..lepaskan ak-aaahhh..."

Lenguhan pertama tiba-tiba lolos dari mulut mungilnya. Diikuti oleh lenguhan kedua, ketiga dan kesekian kalinya.

"More..please hhh.."

Selesai sudah. Baekhyun telah tersihir, sedang si lelaki bersayap menyeringai penuh kemenangan. Ia bawa tubuhnya kembali ke atas, menuju telinga si mungil. "Say my name..."

Ia menjeda, menyempatkan untuk memberi tanda di sana.

"...Park Chanyeol..."

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jul 01, 2017 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Amor Vincit Omnia Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang