Keempat - Niyala

152 11 0
                                    

Dikelas, Niyala menghampiriku. Setelah aku mengucapkan salam ketika memasuki kelas dan langsung mengarah ke tempat duduk ku.

"Perasaan aku baru sampe kelas, Syah. Kok kamu sudah sampe sini juga. Kamu tidak bicara apa2 ya sama Fa'iz? " Tanya Niyala heran.

"Kamu ini bagaimana sih, La. Kenapa aku hanya ditinggal berdua? Itu kan tidak boleh. Kami kan bukan muhrim, baru kenal lagi. Setelah kamu pamit, tak lama akupun pamit" Jawabku panjang karena agak kesal.

"Jadi, kamu benar2 meninggalkan nya di kantin sekarang??" Tanya nya lagi.

"Iya, Niyala. Memang nya kenapa? Lagian kamu ada2 saja sih!" Jawabku protes.

Niyala terdiam.

"Yasudah yuk kita belajar saja. Aku sudah minta maaf kok sama Fa'iz. Sudah ya jangan di risaukan lagi.." Tambahku sedikit menghiburnya.

Kemudian ia bertanya lagi dengan nada yang agak penasaran.
"Tapi Fa'iz tampan kan, Syah...? Sholeh lagi. Lihat deh jenggotnya yang sedikit itu.. Lucu banget kan?"

"Iya, tampan." Jawabku singkat.

"Kamu tidak tertarik apa Syah sama dia??" Tanya nya lagi dengan nada heran.

"Niyala... Memangnya sedang tarik tambang apa dia menarik2 aku? Hehehe" Jawabku sekena nya.

"Yee Aisyah, malah bercanda. Tapi tampan kan...?" Tanya nya lagi dengan nada yang agak memaksaku untuk menjawab.

"Iya,  Niyala. Tampan. Kenapa sih??" Tanyaku berbalik.

"Tidak apa2 sih.. " Jawabnya singkat.

"Hmm... Aku tahu nih.. Kamu suka ya sama Fa'iz??" Tanyaku meledek.

"Tidak2, aku kan menjodohkan mu Aisyah" Jawabnya gugup.

"Niyala, jodoh itu di tangan Allah. Sudah yuk, jangan ngomongin Fa'iz terus, ntar dia keselek loh! Hehe.." Ujarku menghentikan pernyataan.

Niyala pun terdiam. Dan segera mengambil bukunya kemudian ikut belajar bersamaku.

Trililit.. Trililit... Terdengar suara handphone berbunyi. Ku lihat, Umi Khadijah. Segera saja ku angkat.

"Assalamu'alaikum Aisyah..."
Terdengar suara Umi dari seberang sana.

"Wa'alaikumsalam Ummi, ada apa ya Ummi? Kok tumben nelpon jam segini?" Tanya ku agak kaget. Khawatir kalau terjadi apa2 pada ummi.

"Begini Aisyah, nanti sepulang kuliah mampir kesini dulu ya.. temenin Umi. Sekalian bawa baju2nya juga ya.. Bilang sama teman kost mu kalau kamu mau menginap dirumah Umi. Bisa kan??" Tanya umi meminta persetujuan ku.

"Memangnya Aba Rahman kemana Ummi? Kok tumben Isyah disuruh menginap ummi?  Tanya ku.
Aku biasa memanggil Kyai Abdurrahman dengan sebutan Aba, karena beliau yang menyuruhku memanggilnya seperti itu, katanya itu artinya ayah/bapak. Beliau masih ada keturunan Arab, makanya wajahnya memang seperti orang Arab tulen. Berbanding terbalik sama aku, kalau aku masih jelas wajah khas Jerman nya.

"Iya Syah, Aba mu mau pergi ke Solo,  ada acara maulidan disana, acaranya seminggu. Umi kesepiah deh.." Jawab umi agak lesu.

"Baik ummi, nanti aku katakan pada Sofiah kalau aku akan menginap dirumah umi. Tunggu Aisyah ya ummi." Ujar ku penuh senyum.

"Ya udah, syukron ya Aisyah.. Umi tunggu. Assalamu'alaikum.."
Ungkap umi pun penuh senyum.

"Wa'alaikumsalam warahmatullahi wabarokatuh, ummi.."

Kemudian ummi menutup telepon nya.

-----------------

Aku senang sekali punya orangtua angkat seperti Aba Rahman dan Ummi Khadijah. Mereka telah aku anggap seperti orangtua kandungku sendiri. Sebenarnya mereka punya anak, namanya Zainab. Ia seumuran dengan ku. Ia sekarang masih kuliah di Kairo, Mesir. Subhanallah..
Zainab itu sangat cantik, aku lihat fotonya, jilbab nya anggun, dan pastinya ia juga sangat cerdas sampai bisa mendapatkan beasiswa ke Kairo. Aku juga ingin seperti dia, kapan ya aku bisa pintar agama seperti dia? Bathinku memelas. Aku harus rajin mengaji. Ya, aku harus lebih rajin lagi untuk belajar agama. Agar aku bisa seperti Zainab! ungkapku penuh semangat.











--------------------------------------
Sejauh ini gimana guys.. ? 
Kasih komentar masukan nya ya..
And jangan lupa juga.. Kasih vote nya 👍😁

Nb :
Itu yang di atas ceritanya gambar Niyala ya guys.. Bayangin aja begitu. Hehe

Cinta Suci Seorang Mu'allaf JermanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang