3~100 Years Later

1.7K 156 22
                                    

Cling!!!

Tiba-tiba Syifa dan Prilly sudah ada didepan cermin disebuah pusat perbelanjaan.

"Hebat! Kita sudah berada di 100 tahun kemudian," ujar Prilly sambil menyimpan batu Nod miliknya kesaku baju.

"Bangunan ini mewah sekali. Apa ini adalah istana di 100 tahun kemudian. Wow!" decak kagum Syifa ketika melihat keadaan sekitar. "Lihat baju-baju ini. Banyak sekali. Pasti putri raja dizaman ini sangat suka mengoleksi pakaian."

"Astaga! Kau ini. Ini bukannya istana. Tapi sebuah pusat perbelanjaan. Semacam pasar yang sudah sangat modern. Ah, aku jadi pusing menjelaskannya."

Seorang pegawai wanita menghampiri keduanya dan menundukkan kepala memberi salam. "Apa kalian membutuhkan sesuatu?"

"Ya. Carikan kami baju yang bagus,"sahut Prilly mencoba sesantai dan senormal mungkin.

"Stt...Apa dia mengetahui kalau aku seorang putri, makanya dia bersedia melayani kita," bisik Syifa.

"Bukan begitu."

"Lalu apa?"

"Sudahlah jangan banyak bertanya ikuti saja perkataanku."

"Yak. Biar bagaimanapun aku ini adalah seorang putri. Beraninya kau memerintahku," teriak Syifa. Untunglah orang-orang disekitar mereka sedang asik berbelanja hingga tak begitu memperdulikan perkataan Syifa barusan.

"Hei. Pelankan suaramu. Sekarang kita sudah ada dizaman modern. Sebaiknya kau jangan membahas lagi soal putri-putrian. Nanti orang-orang bisa curiga. Kita harus bersikap layaknya teman oke!"

"Yasudahlah. Kau sudah pernah tinggal disini dua tahun yang lalu. Jadi aku akan menuritimu."

Keduanya kemudian mencoba banyak baju yang dibawakan oleh pegawai disana.

"Kenapa semua bajunya pendek-pendek begini?" tanya Syifa memegang ujung dress warna merah muda yang sedang ia kenakan. "Tak kusangka di 100 tahun kemudian rakyatnya hidup menderita hingga tak bisa membeli kain."

"Ini trend. Memang begitulah cara berpakaian orang dizaman ini. Ah sudahlah tak ada waktu untuk menjelaskan lebih lanjut. Kau akan mengikuti apa yang aku katakan kan?"

"Hmm. Ya."

"Oke. Dalam hitungan ketiga kita lari."

"Haah kenapa?" Syifa menatap Prilly heran.

"1."

"2."

"3."

Meski tak tahu apa alasan mereka harus lari. Syifa mengikuti saja langkah cepat Prilly ngacir keluar dari pusat perbalanjaan. Dan anehnya ada seorang pria yang mengejar mereka dari belakang.

"Seseorang mengejar kita."

Prilly menoleh sebentar kebelakang. "Gawat rupanya satpam sudah menyadari kita mengambil bajunya tanpa membayar."

"Jadi pakaian ini dijual? Artinya kita mencuri pakaian ini?!" pekik Syifa.

"Kita bukan mencurinya. Hanya mengambilnya tanpa membayar," ujar Prilly yang makin melajukan larinya.

"Itu sama saja dengan mencuri." Syifa sempat-sempatnya memukul kepala Prilly meski sama-sama dalam keadaan berlari.

"Kita tak punya pilihan lain. Kita tidak punya uang. Tapi kalau kita terus memakai baju kuno kerajaan bisa-bisa semua orang memandang heran pada kita. Ayo berbelok kekiri." Prilly menarik lengan Syifa dan membawanya membungkuk disamping tong sampah besar.

Kepala Syifa melengok melihat situasi setelah beberapa menit berlalu. "Keadaan aman. Sepertinya orang yang tadi mengejar kita sudah kehilangan jejak."

100 Years LaterTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang