9~Dendam

1.4K 170 41
                                    

Begitu Angga dan Syifa sudah di pinggir jalan yang ramai. Angga langsung melambaikan tangannya memanggil taxi.

"Naik!" perintah Angga begitu sudah ada taxi yang berhenti.

"Dari tadi disuruh naik taxi terus. Sekali-kali ajak adinda naik kesinggasana bersamamu wahai kakanda,"canda Syifa.

Melihat Angga yang menatap galak padanya. Syifa akhirnya menurut dan masuk kedalam lebih dulu disusul Angga yang kemudian duduk disebelahnya.

"Bagaimana kau bisa mengalahkan 7 orang preman seperti tadi?" bisik Angga saat mobil taxi melaju kencang.

"Sudah kubilang aku ini termasuk dalam 10 lagenda ahli pedang di 100 tahun yang lalu," ujar Syifa ikut berbisik. Ia tidak mau diturunkan paksa oleh supir taxi untuk kedua kalinya seperti saat bersama Prilly waktu itu.

Alis tebal Angga menyatu. Ia memperhatikan wajah Syifa berusaha menemukan kebohongan dari raut wajah gadis itu. Tapi tak ada gurat kebohongan disana.

"Aku ingin tidak mempercayai cerita konyolmu ini. Tapi yang barusan aku lihat memang tak main-main. Kau bisa mengalahkan 7 laki-laki bertubuh kekar dan membuat mereka berlutut padamu. Hingga keahlianmu dalam membelah buah diudara, serta bisa membuat buah campur yang hanya diketahui oleh orang-orang di zaman dahulu. Membuatku bertanya-tanya apa kau benar-benar datang dari 100 tahun yang lalu. Astaga aku pasti sudah gila karena mulai percaya dengan hal tak masuk akal."Angga mengacak rambutnya jadi tak beraturan.

Bukannya mendengarkan penuturan Angga. Syifa malah memandangi Angga dengan terpesona. Luar biasa Angga tetap tampan bahkan saat rambutnya berantakan. Nikahin adik bang nikahin 😍

"Anggap saja aku percaya pada ceritamu berarti kau ini nenek dari neneknya nenek nenekku ya?"tanya Angga masih dengan berbisik.

"Aku tak setua itu!" pekik Syifa tak terima.

Mulut Syifa langsung dibekap Angga. "Hei pelankan suaramu atau supir taxi akan mendengar pembicaraan kita."
***

Rumah yang sangat mewah dan luas. Ukurannya bahkan beberapa kali lipat  lebih luas dari istana Syifa di 100 tahun yang lalu. Di depan rumah megah inilah Syifa sekarang berdiri bersama Angga.

Bel dipencet dan keluarlah pelayan dengan seragam merah muda. "Silahkan masuk Tuan muda!" ujar pelayan itu sambil membungkuk 90°.

"Bukannya dulu kau bilang tidak akan menginjakkan kakimu lagi dirumah ini," sindir seorang wanita paruh baya ketika Angga dan Syifa masuk keruang tengah.

Cih! Angga lebih memilih berpura-pura tuli ketimbang harus meladeni wanita murahan yang sedang duduk manja dengan majalah ditangannya.

"Mana ayah?" tanya Angga pada salah satu pelayan yang memang berdiri hampir disetiap sudut rumah. Entah apa gunanya pelayan-pelayan sebanyak itu.

"Tuan besar berpesan. Jika anda datang. Anda bisa langsung ke meja makan,"sahut seorang pelayan sopan tanpa berani menatap Angga.

Tak ada pilihan lain. Angga menarik tangan Syifa agar mengikutinya ke ruang makan.

"Sudah kuduga. Kau pasti datang." Pak Roy tersenyum miring.

"Ayah tolong jangan melibatkan orang lain dalam masalah kita. Gadis yang disampingku ini, dia bukan pacarku."

"Begitukah." Pak Roy bersikap acuh tak acuh.

"Ayah aku akan kembali kerumah. Tapi dengan satu syarat. Jangan pernah mengganggu orang-orang terdekatku lagi."

"Baiklah. Sekarang ayo kita duduk dan makan. Aku sudah menyiapkan hidangan ini untuk menyambut kepulanganmu."

Angga terpaksa menuruti kemuan ayahnya yang memang tak bisa dibantah itu. Pria tua itu hanya mengenal kata perintah dan jika perintahnya tak digubris dia akan melakukan segala cara agar kemauannya terlaksana.

Tak lama kemudian wanita yang kata Angga murahan itu telah bergabung di meja makan. Ia terus memandangi Syifa dari atas kebawah. "Aku harap temanmu ini sederajat dengan kita."

"Memangnya kau dari derajat mana? Bukannya kau dulu hanya wanita pinggar jalan yang akhirnya dipungut ayahku."

"Angga jaga bicaramu." kata Pak Roy dengan nada keras.

Angga mendengus kesal.

"Hmm. Cara kau memotong daging hebat juga. Kau kelihatan ahli menggunakan pisau. Apa kau seorang chef?" ujar pak Roy mengalihkan pembicaraan.

"Sebenarnya saya ahli pedang. Saya tidak tahu chef itu apa tapi yang jelas saya pernah membunuh orang dengan pedang," jawab Syifa asal.

Istri pak Roy bahkan hampir memuncratkan minumannya mendengar jawaban Syifa yang frontal.

"Ah dia bercanda. Dia memang suka sekali membuat lelucon hahaa." Angga pura-pura tertawa.

Di bawah meja Angga menyepak kaki Syifa dan gadis itu malah balas menyepaknya. Jadilah dua orang itu main sepak-sepakan 😂

"Ini pertama kalinya ada seseorang berani bercanda padaku." Pak Roy ikut tertawa.

Tawa lepas pak Roy yang baru kali ini Angga lihat dan yang membuat Angga tak percaya, itu semua karena Syifa. Gadis yang aneh sekaligus menakjubkan. Tanpa sadar Angga malah terus memandangi Syifa. Ternyata kalau diperhatikan Syifa ini seperti 'Le Minerale' ada manis-manisnya gitu.
***

Di zaman kerajaan Raheagle. Suku Eagle yang kalah berperang terdesak dan hanya bisa tinggal di gua-gua. Mereka semakin menaruh dendam pada suku Rah.

"Menurut kabar burung. Putri Syifa berhasil mendapatkan batu Nod. Kita harus menyelidiki apakah itu benar atau tidak," ucap Tuan Adipati yang dulunya adalah raja Eagle.

"Benar Tuan. Meski itu hanya dianggap isapan jempol. Tapi siapa tahu ternyata batu Nod memang benar ada. Karena sampai sekarang putri Syifa benar-benar telah menghilang."

"Ya. Cari dimana kediaman wanita tua yang katanya memiliki batu Nod itu. Aku akan buat putri Syifa yang telah membunuh anakku, menderita!"

____________

Yaelah suku Eagle mau balas dendam nih kira-kira apa yang akan mereka lakukan ya?

Bocoran episode selanjutnya. Prilly akan bertemu dengan Arbani bersama pacarnya Dinda. Dan tak sengaja ada Ali juga disana. Kira-kira bagaimana ya kelanjutan kisah segi empat mereka?

Arnold, sahabat Angga tertarik pada Syifa. Kira-kira apa Angga akan cemburu?

Buat pembaca gelap abis ini gak perlu vote+coment... apalah daya saya memaksa anda..kalian suci saya penuh dosa 😂

100 Years LaterTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang