Dua tahun yang lalu memang Prilly lumayan jago naik sepeda. Tapi setelah ia memutuskan kembali lagi ke zaman kerajaan ia melupakan keahlian itu. Naasnya hari ini pegawai yang sering mengantar pesanan sakit, jadi terpaksa Prilly yang menggantikan tugasnya meski dengan kemampuan bersepeda yang dibawah rata-rata. Jangan ditanya berapa kali Prilly hampir menabrak orang di jalan.
Gubrak!!!
Mampus. Sepeda Prilly oleng dan kue dikeranjangnya jatuh menimpa seseorang.
"Maaf." Prilly bergegas menghampiri orang yang sekarang belepotan kue di rambut, wajah, baju dan sepatunya.
"Shit!" Ali reflek mengusap wajahnya yang terkena krim.
"Tuan Ali, anda baik-baik saja?" sektetaris pribadi Ali nampak panik. Ia tahu bosnya itu sangat gampang meledak. "Saya akan bersihkan,"ujarnya mengeluarkan sapu tangan dari saku celananya untuk membantu membersihkan tubuh atasannya sebelum ia mengaum atau menggonggong (hewan kali ah 😂).
Tangan Ali memberi kode agar sekretarisnya mundur. Ali menatap Prilly tajam. "Kau yang harus bersihkan."
"Ba..baiklah." Prilly mengambil sapu tangan di genggaman sekretaris Ali. "Orang ini ganteng juga,"batinnya saat mengelap wajah Ali.
"Sepatunya juga!" ucap Ali datar.
"Haah? Maaf sepatu juga?"
"Ya sepatunyakan juga kena krim. Meski cuman sedikit sih." Malah Sekretaris Ali yang menyahut.
"Baiklah copot sepatunya. Saya akan membersihkannya."
"Kau tahu betapa mahalnya sepatuku ini? Gajihmu 10 tahunpun tidak akan sanggup membelinya. Untung aku tidak meminta ganti rugi padamu dan hanya menyuruhmu mengelapnya. Dan sekarang lap sepatu ini dikakiku sebagai hukumannya."
"Gila! Sombong benar ini orang," batin Prilly. Mana mungkin dia berjongkok dibawah kaki pemuda galak itu?
Prilly mendekati Ali dan Hup! Ia memelintir tangan pemuda itu hingga Ali meringis kesakitan dan menyembah-nyembah meminta ampun padanya. Walau tak ahli pedang seperti Syifa. Tapi keahlian Prilly dalam hal bela diri tak bisa dianggap enteng. Ia bahkan berani diadu dengan Ivan Gunawan. Oh ya, Ivan seorang desainer bukan ahli bela diri 😂.
Oke lupakan paragraf diatas itu sekedar khayalan Prilly. Kenyataannya malah dia masih diam mematung ditempat.
"Tunggu apalagi!" Ali setengah membentak. Tangannya dimasukkan ke dalam dua saku celananya.
Sok sekali. Sok berkuasa. Sok paling kaya. Sok paling terhormat. Sok ganteng. Khusus yang terakhir Prilly terpaksa harus mengakui kalau si tuan Ali ini memang ganteng.
"Maksudmu aku harus menunduk dibawah kakimu? Begini-begini aku masih punya harga diri," dengus Prilly kesal.
"Cih! Kalau begitu kau harus mengganti sepatu ini."
"Apa?!!!" Prilly terbelalak. Ia akhirnya terpaksa berjongkok dan mengelap sepatu Ali. Dia memang salahkan? Tak ada pilihan lain selain menuruti si tuan Sok!
"Ada apa dengan wajahmu heh?! Jangan pasang tampang masam seperti itu." Ali tersenyum sinis merasa menang.
Oke! Sudah cukup Prilly tak tahan lagi! Ia mencopot sepatu Ali dan melemparnya asal hingga masuk got.
"Woi!" Ali bersiap menyalak tapi Prilly langsung kabur dari sana.
"Selamat ngeker ya pulangnya," teriak Prilly dari jauh. Dia masih sempat menjulurkan lidahnya.
"Awas kau!" Teriak Ali sambil mengacak rambutnya. "Bagaimana ini? Mana mungkin aku berjalan dengan sebelah sepatu?" Ali menoleh pada sekretarisnya. Sial! Sekretarisnya itu malah terlihat menahan senyum.
KAMU SEDANG MEMBACA
100 Years Later
FanfictionBagaimana kehidupan Syifa yang seorang putri raja, jago bela diri dan ahli pedang menyesuaikan dirinya dengan orang di 100 tahun kemudian? dan bagaimana pula perjuangan Syifa mengejar cinta Angga yang mirip dengan kekasihnya dimasa lalu?