Renzo POV
Ku edarkan pandanganku setelah mengambil duduk di tempat biasa. Senyumanku mengembang ketika melihat pelayan itu berjalan melintasi meja di depanku dengan membawa nampan di tangannya.
Ya ampun, aku belum mengetahui namanya siapa, 2 hari yang lalu aku hanya mengenalkan namaku tanpa bertanya siapa namanya.
Ku urungkan niatku untuk memanggilnya. Rasanya aneh bila memanggilnya 'pelayan, menu please'
Ku tunggu sampai dirinya menyadari kehadiranku walaupun membutuhkan waktu sedikit lama karena mejaku berada di pojokan.
Wajahnya sedikit merengut ketika menghampiri mejaku.
"Sudah memesan Om?" Tanyanya dengan suara datar.
Keningku berkerut mendengar panggilannya untukku. Sepertinya dia menikmati membuatku kesal.
"Siapa nama kamu? Kemarin saya hanya mengenalkan nama saya tanpa bertanya siapa namamu"
Ku lihat matanya memicing menatapku.
"Anda sudah memesan Om?" Dirinya mengulang pertanyaannya.
Aku mengambil nafas panjang. Ok, baiklah, sepertinya aku harus extra sabar menghadapi perempuan yang berdiri berjarak 3 jengkal dari mejaku.
"Avocado blt salad please, oil olivenya sedikit banyak, minumnya equil sparkling dengan irisan lemon ya, thanks"
Dirinya memutar tubuhnya setelah mengulang pesananku.
Memandangi punggungnya yang menghilang dari pandanganku. Baru kali ini ada perempuan yang mengacuhkanku sedemikian rupa. Well, dia perempuan kedua setelah Davina sih.
Aku menopang daguku dengan kedua tanganku. Kembali mengingat pertemuanku dengan Davina, dengan menggelengkan kepalaku mengusir kenangan lama yang berhasil mengusik pikiranku lagi.
Pesananku datang tak lama kemudian, seorang pria mengantarkan pesananku.
"Um, wait, pelayan perempuan yang tadi menanyakan pesanan saya, kenapa bukan dia yang mengantarkan pesanan saya sekarang, kemana dia?"
Si pria pelayan tersenyum ke arahku.
"Tadi Linda minta saya yang mengantarkan pesanan anda Sir, ada lagi yang bisa saya bantu?"
Aku menggeleng.
Pria itu berlalu.
Jadi namanya Linda, ok, no problem, untuk saat ini aku tidak dapat berbicara banyak dengannya tidak mengapa yang penting aku sudah tau namanya.
°°°
Hari berikutnya aku datang lagi. Dengan berbekal keyakinan kalau kali ini aku bisa berbicara lagi dengannya.
Seorang pelayan pria menghampiriku.
"Sudah siap memesan Sir?" Tanyanya ramah.
Aku mengangguk dan menyebutkan pesananku.
"Linda ada?" Tanyaku di akhir kalimat.
"Hari in Linda datang sore Sir. Ada lagi pesanannya?"
Aku menggeleng.
Susah sekali untuk bertemu dengannya.
Apa aku urungkan aja niatku untuk memintanya menjadi sekretarisku. Tapi sejak awal diriku tertarik dengannya.
Walaupun aku tidak tahu background pendidikannya apa, tapi dengan sintingnya aku malah menawarkan dirinya menjadi sekretaris.
Sambil memandangi taman yang berada di samping cafe aku mengesap kopiku.
KAMU SEDANG MEMBACA
Mood booster
RandomBEBERAPA PART SAYA HAPUS UTK KEPENTINGAN PENERBITAN Warning for +21 only Penulis hanya menuangkan ide cerita, tidak menganjurkan untuk dipraktekkan, harap bijak dalam membaca Happy reading 2017