10. perkenalkan, dia adalah...

11.2K 1.2K 36
                                    

Linda POV

Di usiaku yang ke 25 ini memang sangat telat untukku merasakan bibir pria yang melumat bibirku dengan penuh perasaan seperti yang dilakukan atasanku semalam.

Aku memang belum pernah merasakan pacaran dan sudah pasti ciuman semalam itu adalah ciuman perdanaku.

Sejak semalam aku tidak bisa memejamkan mataku. Memikirkan apa yang pria blt itu lakukan padaku.

Mengantarkanku ke hotel

Dia yang registrasi kamar

Ke kamar

Menciumku

Tunggu, tunggu, aku kan hanya meminta dirinya untuk mengantarkanku ke hotel terdekat karena bermaksud kabur dari rumah.

Tapi kenapa pria blt itu malah....

Sepertinya atasanku itu salah faham.

Ya ampun, apa yang dipikirkannya? Apa dia mengira aku mengajaknya untuk menginap di hotel untuk....

Ewwww double ewwww

Aku mendadak duduk di atas ranjang kamar hotel yang ku tempati sejak semalam setelah keluar dari kamar hotel dengan pikiran kalut.

Aku mengacak rambutku gusar.

Pria blt itu pasti menganggapku murahan.

Dia pasti mengira aku menggodanya untuk menginap di hotel. Pantas saja dia langsung menciumku.

Jariku memegang bibirku. Rasa bibirnya masih ada.

Aku memejamkan mataku mengingat potongan kejadian di mana pria blt itu menciumku dan lidahnya yang menyeruak masuk membelai lidahku.

Ya ampun, pria blt itu pasti sudah sangat berpengalaman.

Ciumannya sangat memabukkan, bibirnya lembut melumat bibirku.

Jariku kembali menelusuri bibirku. Perasaan hangat menjalari tubuhku.

Untungnya hari ini hari Sabtu, jadi aku tidak bertemu dengannya setelah kejadian semalam.

Aku tidak bisa membayangkan diriku berhadapan dengannya setelah kejadian semalam.

Aku menjejakkan kakiku di atas lantai, melangkah ke arah kamar mandi. Membasuh wajahku dan menggosok gigi lalu berjalan lagi dan duduk di tepian ranjang.

Bingung.

Aku mengambil jam tanganku dari atas nakas.

Menghela nafas panjang.

Apa yang harus kulakukan sekarang?

Pulang ke rumah artinya sama saja bunuh diri, menyerahkan tubuh ini secara pasrah ke pria yang tidak aku kenal untuk menjadi istrinya.

Dan aku juga tidak mungkin menginap di apartment mba Julia, orang tuaku pasti menemukanku dengan mudah.

Menginap di hotel sudah pasti bikin kantong kering.

Aku harus mencari kostan yang murah untuk ku tempati sampai keadaan aman terkendali.

Aku menatap gaun mba Julia yang teronggok di sofa.

Harus membeli baju baru untuk sementara waktu.

Dohhh, aku kembali mengacak rambutku.

Banyak benar masalah yang datang, belum lagi soal atasanku yang sudah salah faham.

Bagaimana menghadapinya hari Senin nanti?

Aku menutup wajahku.

Apa berhenti kerja aja ya? Terus kembali kerja di coffee shop mba Julia?

Tapi nanti mama pasti menemukanku.

Errrr....

Aku harus bertemu mba Julia untuk tukar pikiran, berbicara lewat telepon tidak membantu, yang ada malah ngabisin pulsa.

Dan gimana juga mau menelpon mba Julia kalau handphoneku pun baterenya habis.

Aku memutuskan untuk mandi dan berpakaian.

Mudah-mudahan mama tidak mencariku di coffee shop.

°°°

Aku celingak-celinguk melihat keadaan jalanan menuju pintu coffee​ shop dengan dada berdebar kencang. Mencari-cari sosok yang ku kenal apa ada yang nongkrong di coffee shop mba Julia.

Sepertinya aman, dengan langkah lebar aku berjalan melewati pintu samping coffee shop dengan menutupi wajahku dengan clutch dan langsung masuk dari pintu samping khusus karyawan.

Aku langsung menaiki tangga dengan 2 tanjakan sekaligus.

Semoga mba Julia ada di kantor.

"Mba Juliaaaa​"

Aku mengetuk pintunya pelan.

Pintu terbuka sebelum tanganku kembali mengetuk.

Mba Julia langsung menarik tubuhku masuk ke dalam ruangannya dan mengunci pintunya.

"Semalam kamu menginap di mana Lin?" Tanyanya dengan muka yang terlihat khawatir.

Aku berjalan ke arah sofa.

"Mamamu berkali-kali nelponin mba terus nanyain kamu"

Aku meringis.

"Mba Juliaaaa, tolongin aku, aku ga mau di paksa nikahhhh" Rengekku sambil menghentakkan kakiku.

"Jangan ngerengek gitu ah, ga banget deh"

"Ya abis mama ko curang banget, belum ada sebulan mba, tapi aku di suruh pulang mau dikenalin sama pria itu"

"Lagian kan mama mustinya liat dulu perubahan aku sekarang ini. Mbaaaa... Gimana dong?" Aku kembali merengek.

Mba Julia mengusap-usap perutnya.

"Amit-amit ih liat muka kamu jelek gitu Lin"

Aku kembali menghentakkan kakiku.

"Mba Juliaaaa..."

"Ihhh Linda, gini-gini, kamu mending nenangin pikiran kamu deh, kamu ke apartment mba, ngumpet di sana aja. Mba yakin mamamu ga nyari kamu di sana. Mamamu kan taunya kamu kerja di sini"

Aku menatap mba Julia.

"Mau nenangin pikiran gimana mba? Musti ada jalan keluarnya juga, masa aku mau kabur selamanya dari rumah"

"Nahh, ya nenangin pikiran biar bisa nyari jalan keluarnya, kalo mba bilang sih mending kamu pulang aja ke rumah Lin, hadapin mamamu, bilang terus terang, ga mau di paksa nikah, kan beres"

"Yang ada kalo aku pulang ke rumah, langsung di nikahin mbaaaaa... Mba Julia kaya ga tau mamaku aja" Aku kembali merengek.

Mba Julia berdecak.

"Ck, kamu tuh ya, belum di hadapin udah mikir yang ngga-ngga aja. Kan semuanya bisa di bicarain baik-baik Lin, mba yakin kalo kamu jelasin ke mamamu, belum mau nikah sekarang bisa aja kan waktunya di undur"

Aku tertengun.

Dengan gusar aku mengusap wajahku.

"Aku tidur dulu di apartment mba deh, nanti sore aku pulang ke rumah" Kataku akhirnya.

Mba Julia tersenyum.

Aku berdiri dan melangkah ke arah pintu.

"Mba aku minjem charger ya, di apartment mba ada charger nganggur kan?" Tanyaku sebelum mencapai pintu.

"Ada, di nakas ruang TV"

Aku mengangguk.

"Ok, aku pamit dulu ya mba" Kataku sambil membuka kunci pintu dan membuka pintu sambil melangkah keluar dan menubruk tubuh seseorang yang berdiri di depan pintu.

"Aduhhh..."

Dengan mengusap wajahku aku mendongak menatap wajah seorang pria di hadapanku.

"Anda siapa?" Tanyaku pelan, kerongkonganku mendadak kering menatap wajahnya yang tampan.

"Saya mencari Linda, saya tunangannya"

Mataku mendadak melotot.

Tbc

Mood boosterTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang