Renzo POV
Nomor yang anda tuju tidak dapat dihubungi, cobalah beberapa saat lagi. The number that you are calling.....
Aku kembali mematikan hubungan telepon untuk kesekian kalinya.
Dengan kesal ku lempar handphoneku ke atas sofa.
"Kemana Linda pergi, handphonenya juga ga aktif" Gumamku pelan sambil berjalan mondar-mandir.
Sejak semalam aku tidak bisa tidur memikirkan Linda yang pergi meninggalkanku begitu saja di kamar hotel.
Aku sudah membuatnya takut, itu sudah pasti.
Dengan kesal aku mengacak rambutku.
Apa sih yang aku pikirkan. Menciumnya sampai membuat dirinya bergetar ketakutan.
Kemana aku harus mencarinya untuk meminta maaf karena kelakuanku.
"Coffee shop" Kataku tiba-tiba lalu berlari menyambar handphone dan kunci mobilku.
Semoga Linda ada di sana, kalaupun tidak ada aku bisa bertanya ke kaka sepupunya, mungkin saja dia tahu keberadaan Linda, pikirku.
Aku mengedarkan pandanganku begitu masuk ke dalam coffee shop yang tidak begitu ramai pengunjung di siang hari ini.
Dengan ragu aku melangkah ke arah pria yang berdiri di belakang meja kasir.
"Sori, saya mau tanya, apa Linda ada di sini?" Tanyaku langsung tanpa basa-basi.
Si pria itu tersenyum.
"Maaf Sir, Linda sudah tidak kerja di sini lagi" Jawabnya.
Aku menghela nafas.
Kalau itu aku pun sudah tahu, Linda bekerja menjadi sekretarisku sekarang.
"Um, siapa nama pemilik coffee shop ini? Bisa saya bertemu..."
Kalimatku menggantung begitu melihat Linda keluar dari arah pintu ruangan diikuti seorang pria jangkung di belakangnya.
Linda terlihat kaget melihatku dan langsung berjalan menghampiriku dengan wajah yang ku tangkap sedikit lega.
"Ya ampun babe, kamu udah lama nunggu aku? Kita jalan sekarang?" Linda merangkul tubuhku dan mencium sudut bibirku lalu menyeretku berjalan.
"Linda, kamu mau kemana?" Tangan pria yang tinggi badannya melebihi mungkin 10 cm di atasku menarik lengan Linda.
Linda memutar tubuhnya menghadap pria itu.
"Lepasin ga, saya udah ada janji sama pacar saya. Saya ga bisa ikut anda pulang ke rumah" Mata Linda melotot galak ke arahnya, lalu menghentakkan tangannya untuk melepaskan dari cengkraman tangan pria itu.
Aku yang berdiri di tengah-tengah mereka menatap bingung ke arah Linda dan pria itu bergantian.
"Babe, ayo kita pergi" Linda kembali menyeretku berjalan, tangannya memeluk erat lenganku, kami berjalan keluar coffee shop di ikuti pandangan penasaran pengunjung coffee shop.
"Dia itu pacar kamu? Kelihatannya seperti paman dan keponakan. Dia terlalu tua buatmu"
Perkataan pria itu otomatis membuatku menghentikan langkahku dan berbalik ke arahnya yang berdiri di depan pintu coffee shop.
"Siapa yang kamu bilang tua?" Tanyaku dengan suara sedikit geram. Tangan Linda menarikku untuk tidak berjalan menghampiri bocah berbadan jangkung itu.
"Om, udah kita pergi aja dari sini, ga usah diladenin" Linda kembali menarik tanganku.
Kulihat pria itu mendengus.
KAMU SEDANG MEMBACA
Mood booster
RandomBEBERAPA PART SAYA HAPUS UTK KEPENTINGAN PENERBITAN Warning for +21 only Penulis hanya menuangkan ide cerita, tidak menganjurkan untuk dipraktekkan, harap bijak dalam membaca Happy reading 2017