Senja Bagian 5

19 1 0
                                    

Esoknya pagi-pagi sekali Steven langsung beranjak dari tempat tidurnya. Ia segera beranjak ke kamar mandi. Ia tidak sabar melepaskan segenap cerita yang sudah terkurung dalam benaknya semenjak kemarin. Ia tidak sabar untuk memanas-manasi Anton lantaran ia ingin menembak cewek baru. Cewek yang baru-baru ini dekat dengannya. Siapa lagi kalau bukan Elivia. Dengan segudang semangat ia melangkah menuju kampusnya.

Sesampainya di kampus, ia duduk manis di kursi sudut kelas. Dengan senyuman yang menggantung di wajahnya ia mematut-matut wajahnya yang rupawan di layar handphonenya. Tak lama kemudian datanglah Anton dengan segenap tanda tanya dan tenaga yang terkuras lantaran ingin mendengarkan cerita dari Steven.

"Tumben banget lo datang pagi, apa gerangan yang terjadi?" sambil sedikit ngos-ngosan Anton membuka percakapan.

Ketika menatap wajah Anton tiba-tiba saja ia seperti orang yang sedang kesurupan. Ia langsung meraba-raba wajah Anton. Ia mengira yang berdiri di depannya sekarang adalah Elivia. Melihat itu, Anton pun langsung ngeri melihatnya. Ia langsung beranjak dan menghardik Steven.

"Woi sadar, lo kesambet apaan sih? Gue cowok, bukan cewek yang bebas untuk lo raba"

Kata-kata Anton barusan sontak langsung membuat Steven terkejut. Ia pun langsung menunduk malu.

"Maaf gua kira tadi loe adalah Elivia" ucap Steven setelah sadar bahwa yang ada di depannya ternyata Anton bukan Elivia.

"Siapa itu Elivia? Lo punya cewek lagi ya? Kenapa lo gak cerita sama gua kalo lo udah punya cewek lagi? Lo bener-bener ya" pertanyaan demi pertanyaan ia lemparkan kepada Steven setelah mendengar nama Elivia.

"Elu bisa nggak kalau nanya itu satu-satu? Gua juga butuh waktu lah buat mikir jawaban dari pertanyaan-pertanyaan lo" jawab Steven kesal.

Tanpa menghiraukan kata-kata dari Steven, Anton pun kembali bertanya dengan beribu-ribu pertanyaan.

"Iya iya, siapa itu Elivia? Dia cantik gak? Lo kenalan sama dia dimana? Eh lo jawab pertanyaan gua dong, malah ngelamun" akhirnya Anton kesal juga karena Steven tak menghiraukannya.

Lama didiamkan akhirnya Anton bertambah kesal juga. Ia pun kembali bertanya, namun kali ini hanya satu pertanyaan, yaitu " Siapa Elivia?"

Akhirnya Steven pun mengalah juga, ia pun akhirnya menjelaskan.

"Jadi Elivia itu adalah gebetan gua yang baru beberapa hari ini gua kenal. Dia cantik, suaranya lembut. Suaranya mampu menggugah hati gua." sambil sedikit melebih-lebihkan ia menceritakan tentang Elivia. Lalu ia pun melanjutkan "Dia ternyata pengagum gelap gua. Dia bilang dia sudah lama memerhatiin gua dari jauh, dan asal lo tau dia mengenal gua karena dia ngeliat gua membuang hadiah yang awalnya gua peruntukkan untuk Rina pas sesaat sebelum kami putus" Steven pun sedikit menghela nafas karena terlalu panjang bercerita.

"Beneran lo? Dasar ya baru aja putus loe udah dapat gaetan baru, lo kasih tips nya dong?" ujar Anton seperti mau menginterogasi Steven.

"Loe mau tau rahasianya?" tanya Steven.

"Iya, apa rahasianya?" tanya Anton penasaran.

"Rahasianya adalah kegantengan wajah gua" jawab Steven sambil berpose layaknya seorang model.

"Ah elu, tau aja wajah gua cuman pas-pasan. Oh ya trus kelanjuttannya gimana? Kapan loe mau nembak dia?" tanya Anton semakin penasaran.

"Nanti sore" jawab Steven singkat. Namun, jawaban itu justru mampu membuat Anton terlempar dari tempat duduknya. Seakan tidak percaya ia akan kata-kata yang barusan dilontarkan oleh Steven. Ia selalu dibuat terkejut akan sifat dari temannya ini, padahal mereka sudah lama kenal.

Melihat Anton yang hanya terdiam, akhirnya Steven pun melanjutkan melanjutkan ucapannya.

"Iya jadi nanti sore kami akan ketemuan, nanti sore gua juga mau nembak dia, lo doain ya semoga sukses"

"Iya iya, terbaiklah lah buat lo, have fun ya" hanya itu yang bisa terlontar dari mulut Anton lantaran kagetnya masih belum tenang.

"Iya makasih ya" kata-kata barusan menutup pembicaraan mereka pagi itu. Rasa deg-degan masih terus menghantui sanubari Steven.

***

Sore hari, angin beriak menuntun ombak menuju garis pantai. Angin sore menyegarkan raga yang berdiri disana hingga terpaku bak barisan pohon kelapa. Disana berdirilah dua insan yang sedang beradu pandang menatap mesra satu sama lain. Saat itu dengan disaksikan oleh langit sore Steven mengucapkan kata cinta di hadapan Elivia. Seakan menyihir keadaan sekitar, semua yang melihat langsung terpaku karenanya. Bahkan mentari pun seakan enggan untuk kembali ke peraduannya hanya karena ingin menghiasi moment indah itu.

Dengan sedikit anggukkan dan wajah yang memerah, Elivia pun menjawab kata cinta dari Steven. Setelah mendengar jawaban dari Elivia, barulah akhirnya keadaan kembali normal. Steven berteriak girang dan langsung memeluk mesra Elivia hingga akhirnya malam pun datang menjelang.

end.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: May 20, 2017 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Senja MenyapaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang