ACDP - Bab 1

890 197 147
                                    

(Pertemuan dengannya)

🌹🌹🌹

"Manda semangat, lo pasti bisa!" teriak Rachel dari kejauhan, "liat noh anak kecil aja bisa masa lo kalah."

Suara itu begitu menggema di telinga. Kupaksakan untuk tersenyum meski hanya senyum tipis yang bisa dibuat. Dengan susah payah, sekali lagi mencoba bangkit kembali menggunakan sepatu es ini.

Sulit. Itulah kata pertama yang keluar dari mulutku. Aku sangat tidak menyukai permainan kali ini. Sangat, sangat tidak suka! Jika saja Rachel dan Vanessa tidak merengek untuk bermain ice skating, sungguh sampai kapanpun tidak akan pernah mau kuinjakkan kaki di tempat ini lagi.

Aku memandang kedua sahabatku yang kini datang menghampiri.

"Manda, ayo dong semangat. Masa gini aja jatuh terus," kekeh Vanessa sambil membantuku berdiri.

"Udah ya mainnya, gue gak bisa beneran deh," lirihku pelan.

"Yah, jangan gitu dong kita kesini kan buat have fun, masa lo udahan sih," kata Rachel yang baru saja datang, "ayo dong semangat, katanya lo juga mau bisa main ice skating."

Aku terdiam, memasang wajah memelas. Habisnya kesal, sudah hampir satu jam kami bermain disini. Tapi tidak ada perubahan dari cara bermainku. Mereka sih enak bisa berseluncur kesana kemari menggunakan sepatu yang aku juga tidak  tahu mengapa harus berbentuk seperti itu.

Sedangkan aku, belum juga berdiri lagi-lagi terjatuh. Menyebalkan memang ya, menuruti perkataan sahabat di saat diri sendiri tidak ingin melakukannya.

"Pliss.." ucapku kemudian, "gue udahan ya, lo bisa main berdua sama Nessa dan gue bakal tunggu di luar."

Rachel menggelengkan kepalanya, gadis itu tersenyum jail. Dengan cepat ia menarik pergelangan tanganku dan membiarkan diriku meluncur dengan sendirinya. Rachel tertawa senang, begitu juga Vanessa yang bukannya membantu malah ikut menertawaiku. Sial! Tau begini aku gak bakal ikut main sama mereka.

"Hel, gue gak tau cara berhenti!" teriaku kencang.

"Gampang kok, tinggal tekuk sedikit kedua lutut lo ke arah dalam dan dorong keluar dengan satu atau kedua kaki. Lo juga harus memberikan sedikit tekanan pada permukaan es biar kaki lo gak tergelincir. Kalo enggak, tekuk aja kedua lutut lo dan rentangkan kedua lengan ke samping biar lo gak jatuh dan terhindar dari cedera," oceh Rachel panjang lebar.

Aku menoleh kebelakang kemudian menautkan kedua alis, "hah! Coba ulang!"

Rachel menepuk dahinya, lalu ucapannya dilanjutkan oleh Vanessa.

"Siap-siap benturan, Nda!"

"Hah! Apaan sih!" Aku tidak lagi mendengarkan perkataan mereka. Karena saat menoleh kedepan, pandanganku tertuju pada punggung seseorang.

Secara tak sengaja kepalaku menabrak punggung itu, cukup keras sampai aku mulai terhuyung kebelakang. Dan kejadian selanjutnya kalian pasti tau kan, aku terjatuh lagi.

"Aduh!"

Orang yang kutabrak tadi menoleh ke belakang, ralat lebih tepatnya menoleh kearahku.

"Lo gak apa-apa?" tanyanya khawatir.

Ringisan pelan terdengar ketika menyadari bahwa bokongku terasa sangat sakit.

"Iya gak apa-apa," dustaku.

Dia tersenyum kikuk memandangku sejenak dengan menautkan kedua alisnya. Tampaknya dia mengkhawatirkan kondisiku.

Bukanya aku ge-er atau bagaimana, aku memang belum melihat keseluruhan wajahnya, tapi dari gestur tubuhnya seolah mengatakan apa yang harus dia perbuat kepadaku? Tangannya kemudian terulur ke depan. Dia mencoba membantuku berdiri kembali.

Antara Cinta Dan PersahabatanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang